Tiga

22.5K 972 30
                                    

Rose harus berpikir kembali. Kenapa ia bisa pasrah terdampar di butik ini di minggu kedua setelah pertemuannya dengan lelaki itu. Bermula pada keberengsekan Jovan yang tanpa izin menyeret tubuhnya. Dan kini Rose terjebak pada situasi dimana ia harus menjadi putri manis yang penurut.

Jovan bahkan menjadi patung setia di dekat Rose mencoba menghindari suatu hal yang mungkin bisa membuat wanita itu nekat membatalkan pernikahannya. Seperti terjun ke dasar jurang. Atau merobek gaun pengantin mewahnya di saat hari pernikahan tinggal menghitung hari.

Dan Rose tidak bisa melawan selain menuruti kemauan pak tua dan Jovan si kaki tangan Ayahnya yang sialan itu.

Rose kembali menghela napas. Pandangannya tertuju di depan cermin yang memperlihatkan seluruh tubuhnya. Sangat sempurna. Gaun pengantin ini sangat pas membalut tubuh rampingnya. Menjuntai panjang, dengan aksen mewah di setiap pahatannya.

"Anda sangat cantik sekali, Nona."

Rose hanya bisa memberikan senyuman kecil saat salah satu pegawai memuji keindahan tubuhnya. Kemudian ia berbalik. Dan sedikit melirik ke arah para pegawai yang membantunya memakai gaun pengantin ini. Mereka terlihat berjalan menjauh. Lalu tirai di depannya terbuka perlahan. Memperlihatkan wajah tanpa ekspresi Alex yang sedang duduk di atas sofa.

Tatapan keduanya bertemu. Dan Rose mencoba mengamati ekspresi wajah yang Alex perlihatkan. Rose kira, Alex akan melihatnya penuh pemujaan seperti yang banyak tertampung di wajah lelaki lainnya. Tapi Alex terlihat berbeda. Tidak sedikit pun ia memandangnya dengan rasa kagum. Sebaliknya laki-laki itu terlihat tidak terlalu peduli. Seperti Rose tidak terlihat cantik sedikit pun dengan gaun pengantinnya.

"Apa aku cantik dengan gaunku?"

Lalu ketika tidak tahan dengan rasa penasarannya. Rose memilih untuk menanyakan sendiri ketika mereka sudah berada di dalam satu mobil yang sama.

"Ya," jawab Alex singkat tanpa tersirat makna apa pun di dalam ucapannya.

Rose memutar bola matanya kesal. Ia seperti berbicara dengan tembok. Kenapa makhluk kaku ini datar sekali.

"Kenapa menerima perjodohan ini? Kau terlihat tidak menyukaiku."

Adalah pertanyaan yang sudah lama tertampung di dalam mulutnya untuk dimuntahkan. Tentang mengapa laki-laki ini seolah pasrah mengatakan ya untuk menerima perjodohan ini sedangkan hatinya mengatakan tidak.

"Aku tidak punya pilihan."

Jawaban Alex membuat dahi Rose berkerut.

"Jika kau tidak suka. Seharusnya kau menolaknya."

"Sepertinya kau terlalu cerewet untuk jadi seorang perempuan."

Rose terdiam ketika kata-kata tajam itu meluncur jatuh dari mulut Alex. Oh, berani sekali laki-laki ini. Rose seolah tidak mempunyai harga diri sedikit pun di matanya. Sudah cukup. Jangan biarkan lelaki ini besar kepala. Dia juga bahkan bukan level seorang Rose.

"Perlu kau tau. Kau itu bukan typeku. Aku juga menerima pernikahan ini dengan terpaksa. Jangan terlalu percaya diri dengan berpikir bahwa aku juga menginginkannya," ucap Rose penuh nada penekanan di setiap bait per baitnya.

Alex malah membalasnya dengan menarik sudut bibirnya. Senyuman mengejek itu membuat Rose kesal di atas rasa sombongnya.

"Bagus. Karena aku pun berpikir sama. Kecantikanmu sama sekali tidak membuatku tertarik. Karena aku sudah mempunyai kecantikan yang lain."

Oh bagus. Sekarang calon suaminya sedang mengatakan bahwa ia mempunyai peliharaan lain di luar sana.

Mengobrol dengan Alex terlalu mengesalkan. Jadi ia mengunci mulut untuk sekarang. Tidak berniat lagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan tolol yang dijawab lelaki ini tak kalah tololnya.

Seduce For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang