Pukul 3 pagi, namun Alex masih tetap tidak bisa memejamkan matanya sedikitpun. Pernah ia mencoba berpindah posisi, berharap bahwa itu akan membantu matanya untuk segera terlelap. Hanya saja cara itu tidak berhasil, Alex tetap tidak bisa menutup kedua matanya, dengan artian, Alex masih belum bisa tertidur.
Alex sendiri cukup pusing. Mengapa sedari tadi hanya wanita itu yang menari-nari dalam pikiranya. Memporak-porandakan sesuatu yang entah Alex pun tidak bisa menerjemahkannya. Sosok wanita yang dengan berani memeluknya dan mengatakan bahwa ia pantas dicintai. Suara wanita itu bahkan sudah melekat permanen di lubang telinganya, dan itu sungguh sangat mengganggu Alex.
Dari nada suaranya Alex menyimpulkan bahwa wanita itu seperti menyembunyikan kesedihan yang tidak boleh diketahui oleh siapapun.
Alex mengumpat. Sial sekali. Kenapa ia harus memikirkan wanita itu!
Tidak! Alex tidak boleh terlarut dengan pemikirannya sendiri, Alex harus keluar dari fase yang sangat tidak nyaman ini. Ia harus melupakan wanita itu.
Alex bangkit dari ranjang, mungkin ia harus meminum bir sedikit. Dan dipastikan setelahnya ia akan tertidur nyenyak.
Di tengah perjalanan menuju dapur. Alex tidak sengaja melihat seluet tubuh Rose yang sedang tertidur di sofa ruang tamu. Sepertinya wanita itu habis meminum sesuatu yang bisa menghilangkan kesadarannya. Terbukti dari banyaknya botol yang berserakan di meja maupun yang kini masih berguling-guling di bawah lantai.
Dan entah apa yang merasuki jiwa Alex sehingga membuat kedua kakinya melangkah ke tempat Rose berada, lupa bahwa niatnya tadi adalah untuk mengenyahkan wanita itu dalam pikirannya. Alex malah memperhatikan wajah tidur wanita itu. Yang pasti akan semakin mengganggu pikiranya.
Alex mengakui. Rose memang sangat cantik. Alex sangat sadar akan hal itu. Ia juga berani bersumpah tidak pernah menemukan wanita secantik dan sesempurna wajah Rose. Namun kecantikan itu tidak menjadi jaminan bahwa Alex akan menyukainya.
Alex masih yakin jika ia tidak suka sama sekali dengan Rose.
Kening Alex mengernyit ketika melihat wajah tidur Rose yang gelisah. Kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan seolah-olah ia sangat tidak nyaman dengan tidurnya.
Apa Rose sedang bermimpi buruk?
Pertanyaan itu muncul begitu saja di benak Alex. Wanita ini terlihat seperti sedang bermimpi sesuatu yang buruk di celah bunga tidurnya. Alex sedikit mendekat, bermaksud ingin membangunkan Rose. Namun sebelum jemari Alex menyentuh tubuh Rose. Mulut wanita itu tiba-tiba bersuara, sangat lirih. Berhasil menghentikan pergerakan Alex.
"Jangan sakiti aku."
Dan Alex mendengar jelas rancauan yang di ucapkan Rose dengan nada penuh kesakitan.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan wanita ini?
***
Rose mulai membuka kelopak matanya perlahan dan menemukan ia sedang terbaring di sofa ruang tamu. Tatapannya kemudian jatuh di selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Lalu kening Rose mulai menunjukkan kebingungan. Setahunnya tadi malam ia tidak membawa selimut ke sini. Tetapi kenapa sekarang selimut itu ada di tubuhnya.
Apa mungkin Alex?
Ah tidak! Rose langsung menepis pemikiran bodoh itu dari kepalanya. Tidak mungkin pria sialan itu menyelimutinya, mengingat betapa kasarnya perlakuan laki-laki itu kepada Rose semalam. Mungkin hantu atau apa lah itu yang menyelimutinya. Rose sama sekali tidak peduli.
Terdengar suara langkah kaki menggema di ruangan. Rose langsung menolehkan kepalanya ke asal suara. Di sana terlihat Alex yang sedang menuruni anak tangga, pakaian laki-laki itu terlihat sangat rapi.
"Mau ke mana?" Rose bertanya dengan sedikit meninggikan suaranya.
Rose tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya ketika melihat gelagat lelaki itu. Wajahnya terlihat cerah dan cukup berbeda. Rose bahkan tidak pernah menemukan raut wajah Alex setampan ini. Dan tunggu. Rose sedikit memincingkan matanya ke arah Alex. Apa laki-laki itu berdadan? Terlihat sangat jelas. Dari rambutnya yang tertata rapi bersama dagu yang tidak seberantakan semalam.
Alex berhenti berjalan, mendengar suara Rose dari arah ruang tamu membuat ia beralih fokus ke sana. Wanita itu terlihat menatapnya heran, masih terlihat duduk di atas sofa dengan kondisi yang amat berantakan. Dan sialnya kenapa masih terlihat cantik?
Sial! Ada apa denganmu Alex. Tidak biasanya kau menyebut wanita lain cantik? Kau bahkan tidak pernah menyukai Rose?
"Aku ada pertemuan," jawab Alex malas. Mencoba terdengar biasa saja. Padahal berbeda dengan keadaan di dalam jantungnya. Alex cukup terganggu dengan ulah jantungnya saat ini.
"Pertemuan dengan siapa? Ini kan hari weekend."
Alex berdecih. Kenapa wanita ini cerewet sekali. Tidak penting juga ia akan bertemu dengan siapapun toh itu bukan urusan Rose. Mungkin wanita ini terlalu menikmati perannya sebagai seorang istri.
"Kau tidak perlu tau."
Setelah mengucapkan itu Alex langsung keluar, meninggalkan Rose yang mulai mencium aroma sialan dari kepekaannya sebagai seorang istri
Sial! Alex pasti akan menemui peliharaannya.
Rose harus mengikuti laki-laki itu. Ia harus tahu secantik apa peliharaan Alex. Sehingga laki-laki itu tidak tergoda sedikitpun oleh kecantikannya.
***
Setelah bergegas mengganti pakaian tanpa mandi Rose mulai mengikuti mobil Alex kemana pun mobil itu pergi. Rose tidak mau kehilangan jejak Alex. Jadi persetan dengan mandi. Ia harus menguntit Alex sampai menemukan kecurigaannya selama ini. Meskipun begitu, Rose masih tetap bisa terlihat cantik dengan pakaian santainya. Ia hanya menambahkan topi hitam dengan kacamata berwarna serupa untuk mendukung penampilannya.
Dan di sinilah ia. Bersembunyi di dalam taksi. Sambil mengamati mobil Alex yang kini berhenti di parkiran bandara.
"Menjemput siapa laki-laki itu?" gumam Rose semakin penasaran.
Mungkin kah kekasih Alex tinggal di negara yang berbeda? Atau mungkin baru pulang dari suatu tempat sehingga Alex menjemputnya ke tempat ini.
Rose melihat Alex yang keluar dari pintu mobil, melangkah ke dalam ruang tunggu bandara dan tanpa buang waktu Rose langsung buru-buru menyusulnya. Tentu menguntit dengan jarak yang lumayan jauh agar Alex tidak menemukan keberadaanya sedikitpun.
Lumayan lama Rose bermain dengan waktu, melihat Alex masih menunggu seseorang yang di temuinya. Bahkan ini sudah dua jam. Rose juga sudah terlihat bosan, dan perutnya keroncongan akibat belum memasukan apapun ke dalam mulutnya. Dan lelaki sialan itu belum juga beranjak dari kursi tunggu. Sedari tadi bahkan ponsel Alex tidak berpindah sedikitpun dari jemari lelaki itu. Ah, andai saja Rose bisa menjadi posel itu. Ia bisa diraba setiap detik oleh tangan panjang berotot milik Alex.
Rose menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan bayang-bayang absurd di dalam otaknya.
Hingga kemudian susuatu terjadi. Rose bisa melihat seorang wanita berambut panjang menghampiri Alex dan memeluk tubuh lelaki itu dengan manja.
Seketika mata Rose terbelalak. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat sekarang, tidak menyangka bahwa wanita itu yang akan menjadi peliharaan seorang Alex.
Bersambung.
Hayo siapakah wanita itu?
#5 Januari 2020
🥀🥀🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
Seduce For Love
RomanceRose dijodohkan oleh ayahnya untuk menikah dengan Alex. Sosok lelaki kaku yang tidak pernah menyukainya sedikit pun. Bukan hanya karena Alex sudah punya kekasih, lelaki itu juga tidak suka Rose karena wanita itu terlalu murahan untuk menjadi istrin...