1 : Anders

21 2 0
                                    

Pemuda dengan segala aura positif yang membuatnya dicintai banyak orang, jangan lupa ramah tamahnya dan pesonanya sebagai seorang penyanyi yang namanya marak dibicarakan di kota ini. Selesai menjalankan pekerjaannya sebagai composer sekaligus penyanyi biasanya ia pulang dengan segelas iced americano di tangannya dan wajah yang setengahnya tertutup masker.

Mengendarai mobil Audi A8 bercat hitam, jarak tempuh dari perusahaan rekaman ke tempat tinggalnya menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Sebelah tangannya merogoh kunci mobilnya dari saku celananya, memencet tombol untuk menonaktifkan kunci otomatis di mobilnya. Ia berjalan ke sisi seberang dan masuk ke dalam mobilnya. Gelas plastik berisi kopi kesukaannya ia simpan ke slot minuman yang ada di pintu mobil ini.

USB yang terpasang di radio mobilnya telah terisi oleh demo lagu terbarunya yang masih harus ia perbaiki untuk bisa rilis ke pasar musik. Lagu itu langsung terputar begitu Anders menekan tombol power pada perangkat audio itu.

Time.. goes by~

Suara merdunya otomatis keluar saat musik ini terputar, bersamaan dengan tangannya yang mulai mengendalikan stir mobil dan kakinya menginjak pedal gas perlahan. Jalanan New York kali ini agak sedikit bersahabat. Tidak terlalu penuh dengan kemacetan dan keruwetan lalu lintas. Mungkin karena hari ini adalah hari Minggu dan orang orang belum keluar ke jalanan di sore hari begini?

Lagunya sudah terdengar lebih dari lima kali putaran, hampir 30 menit berkendara akhirnya Anders tiba di depan bangunan flat tempat tinggalnya. Flat ini tidak terlalu mewah, cukup untuk hidup layak dan menyembunyikan identitasnya. Mengingat beberapa bulan lalu ia sangat sering kedatangan fans maniak yang aneh-aneh. Di flat ini terdapat basement dengan satu lantai. Membantu sekali agar penghuninya tidak parkir di jalan dan menambah biaya parkir lagi. Namun kenyataanya hanya dua orang di sana yang memiliki mobil, satu Anders dan satu lagi Darrien.

Begitu sampai di basement flat ini, Anders langsung melangkahkan kakinya menuju lift. Tidak pernah mau berrepot-repot ria menaiki tangga hingga sampai ke lantai empat.

Ding

Pintu lift terbuka tepat saat monitor di sisi atas pintunya menunjukkan angka 4. Anders yang memang dasarnya sudah lelah seharian berkutat dengan mixer dan dapur rekaman mengalihkan pandangannya dari angka 4 itu dengan malas untuk berjalan ke arah pintu kamarnya. Agak terkejut sebenarnya saat melihat sosok perempuan yang tidak terlalu tinggi, dengan sweater merah dan rok sepanjang lutut juga sandal berwarna merah muda berdiri di depan pintu kamarnya. Dengan sebuah tas kertas di tangannya gadis itu terlihat sedang menunggunya, mungkin orang baru? Atau pengantar paket?

"Maaf, nona? Ada perlu apa di sini?" ujar Anders, mencoba tenang dan tidak mengejutkan perempuan di depan pintu kamarnya ini. Jaket di badannya sembari ia lepaskan dan mengalungkannya di sebelah tangannya.

Zoe agak terkejut akan suara yang tiba-tiba keluar dari mulut Anders. Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang lelaki dengan sweater coklat panjang dan jaket baseball berawarna hitam-putih di tangannya.

Ah.. pemilik kamar ini.

Zoe mencoba menerka di dalam hati.

"Apa kau pemilik kamar ini? Aku baru pindah ke flat ini malam tadi dan ingin berkenalan dengan semua penghuni flat ini" ucap Zoe dengan senyum tipis yang terulas di bibirnya.

Anders pun ikut tersenyum dan mengangguk.

"Ah, kau yang membeli kamar bawah dari Tara?" Anders mendekat ke perempuan itu, lebih tepatnya ke slot password di pintunya yang otomatis membuat Zoe sedikit menggeser posisi berdirinya ke sisi kanan pintu. Anders menekan beberapa tombol di sana dan bunyi kunci pintu terbuka pun terdengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang