"Bunda! Lihat ada putri duyung di sana!!!" Seokjin menunjuk ke arah karang yang tidak begitu jauh darinya, matanya berbinar takjub. Ia lekas menarik tangan bunda mendekati batuan karang. Begitu sudah dekat, Seokjin segera melambaikan tangannya ke arah putri duyung yang ia lihat.
"Benarkah? Apakah dia cantik Seokjin-ah? Apa warna ekor indahnya?" Seokjin langsung menatap bunda.
"Dia sangat cantik. Ekornya berwarna biru dengan ujung berwarna hijau terang dan ada benda bulat cantik menghiasi pinggang dan kepalanya. Pokoknya kalau Seokjin bertemu lagi Seokjin akan memperkenalkan bunda ke putri duyung cantik tadi," Seokjin melompat girang sembari menggenggam erat kedua tangan bunda.
"Benarkah? Terimakasih Seokjin-ah. Ayo sekarang kita kembali ke panti, nona Park akan sangat khawatir jika kita bermain terlalu lama," Seokjin merengut kesal, namun mau bagaimana lagi, bisa saja bundanya kelelahan. Mau tidak mau Seokjin menuntun bunda kembali ke panti asuhan.
"Seokjin-ah, apa saja hal menarik yang kau lihat hari ini selain putri duyung cantik tadi?" wajah Seokjin kembali berbinar mendengar pertanyaan bunda dan mulai menarasikan seluruh pengalamannya, mulai dari ia berangkat sekolah hingga sebelum melihat putri duyung cantik tadi.
Seokjin bisa mempercayai bunda dengan segala hidupnya, karena bunda selalu mempercayainya disaat yang lain menganggap dirinya gila. Hanya bunda. Hingga beberapa tahun kemudian bunda jatuh tersungkur di pantai yang sama. Darah keluar dari lubang hidung, telinga, mulut, bahkan mata bunda yang dibalut oleh perban. Seokjin hanya bisa menangis dan menjerit meminta tolong kepada siapapun. Saat ia hendak beranjak memanggil nona Park tangan bunda meraih tangannya, menarik Seokjin mendekat.
"Jin-ah," bunda menangkup pipi kanan Seokjin dan berusaha menghapus air mata yang turun dari mata Seokjin, "apapun yang terjadi jaga dirimu, jadilah anak bunda yang kuat."
Seokjin hanya bisa mengangguk pasrah, air mata masih terus mengalir dari matanya, "kau tahu Jin-ah, mata violet akan begitu indah dengan dirimu," Seokjin hanya bisa mengangguk dan menggenggam erat tangan bunda. Ia tidak terlalu memperhatikan perkataan bunda, "Jin-ah, bisakah bunda meminta satu permintaan?" Seokjin kembali mengangguk cepat, ia membelai lembut surai legam bunda yang berada di pangkuannya.
"Bunda ingin kau pergi ke kamar bunda, lalu..."
Setelahnya Seokjin segera berlari ke kamar bunda. Ketika Seokjin berhasil melakukan amanat Bunda dunianya berubah menjadi hitam. Ia masih sadar, hanya saja ia seakan terkurung dalam kegelapan. Seokjin tentu saja menjadi panik. Apa yang Bunda lakukan padanya?
Di tengah panik, Seokjin hanya bisa berteriak meminta pertolongan. ia berulang kali memanggil nama nona Park, mengharapkan sebuah jawaban yang tidak kunjung datang.
Tak lama setelahnya ia terkulai seakan tak bernyawa. Berakhir memilih untuk jatuh ke dalam kebutaan. Beberapa saat kemudian ia terbangun di atas ranjang empuk nan hangat.
Tanpa memori.
~*~
ZEROPrologue
Violet
~*~
Apakah kalian pernah bermimpi aneh? Mimpi mengenai sosok wajah yang tidak pernah kalian kenal misalnya? Semua orang tentu saja pernah mengalami hal itu.
Seokjin tahu jelas, semua itu hanyalah cara kerja otak manusia. Otak manusia itu rumit dan penuh dengan misteri. Mata kita memiliki kemampuan untuk menangkap tiap detik di dunia yang kita jalani. Wajah asing yang muncul di mimpi kalian? Terkadang itu adalah wajah yang kalian jumpai di jalan, orang yang kalian perhatikan atau mungkin orang murah senyum yang tanpa sengaja berbalas tatap dan otak kalian tidak akan pernah melupakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO [Namjin]
FanfictionSeokjin merasa puas di kehidupan normalnya. Ia hanya anak kuliah biasa yang memiliki sedikit perbedaan. Tak masalah. Mungkin itu yang Seokjin dan temannya pikirkan, namun untuk 'mereka' Seokjin adalah ancaman. Seokjin adalah anomali. Seokjin adalah...