[5] Rose Side*

125 13 2
                                    

12.00 pm

Rose Side*

"Rose,ayo cepat bangun!"

'Aku mendengar seseorang menyuruhku untuk bangun. Tetapi aku sudah terbangun.... di sebuah tempat yang gelap. Hanya ada satu hal yang aku lihat. seseorang tengah berdiri sangat jauh dariku, dan dia bercahaya, iya benar... dia benar benar bercahaya. Lalu aku tidak tau kapan dia ketempatku berada, karena dia sudah ada didepanku. Dia memelukku lalu dia berkata.... "Mulai sekarang aku yang akan melindungimu, jadi jangan pernah khawatir lagi". Setelah itu, semuanya benar benar gelap, aku tidak dapat melihat apa apa lalu aku menutup mataku. saat aku membuka mata, Jimin sudah ada di depan ku dan ia segera memeluku. Ini benar benar aneh.... aku tidak dapat menjelaskan apa yang aku lihat tadi, tetapi aku benar benar yakin bahwa dialah orang yang telah melindungiku selama ini'

Jimin melepaskan pelukannya. Dia menatapku dengan tatapan khawatir, dia benar benar kakak terbaik. Aku merasa beruntung mempunyai kakak seperti dia dan seorang malaikat pelindung.

Aku menatap Jimin lalu tersenyum namun senyumanku seperti orang sakit yang sudah kehabisan tenaga.

"Apa kau baik baik saja? Aku benar benar khawatir. Untung saja kau hanya pingsan" ucap Jimin dengan tatapan khawatirnya.

Aku hanya mengangguk petanda bahwa aku baik baik saja, mungkin.. aku baik baik saja.

Seketika aku mengingat kejadian yang tadi. Aku segera melihat sekelilingku, aku mencari Ibu tetapi ia tidak ada. Aku ingin menangis tetapi air mataku tidak kunjung keluar.

Jimin tau bahwa ingin menangis tetapi tidak bisa. Jimin memelukku dan berkata

"Menangislah, aku akan menemanimu disini. Aku akan selalu ada untukmu, dan aku berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkanmu"

Setelah itu aku menangis tanpa henti di pelukan Jimin. Sampai pada akhirnya seseorang mengetuk pintu.

Tangisanku terhenti, lalu Jimin segera membuka pintu. Ternyata itu Ibu. Ia menatapku seolah aku bukanlah manusia. Jimin menghalangi Ibu untuk masuk ke dalam.

Ibu sangat kesal dengan tingkah laku Jimin, lalu Ibu Jimin dan segera  menarik tangannya. Mereka pergi begitu saja tanpa menutup pintu.

Aku bangun dari kasurku dan berjalan menuju pintu, Saat aku ingin menutup pintunya aku tidak sengaja mendengarkan pencakapan Ibu dengan Jimin.

"Jimin! Sudah berapa kali Ibu bilang bahwa kau tidak boleh terlalu dekat dengannya! Dia bisa merusak reputasimu Jimin" (Ibu)

"Ini adalah hak ku, aku akan terus berada disisinya. Dia adalah satu satunya orang yang aku butuhkan, Bukan Ibu!" (Jimin)

"Apa! Aku telah membesarkanmu sampai kau sudah sebesar ini, tetapi apa yang Ibu dapatkan? Anak yang tidak punya sopan santun kepada orang tua." (Ibu)

"Itu menurut Ibu, dari dulu Ibu juga selalu menyiksaku seperti Rose. Ibu sama saja seperti Ayah! Tidak ada bedanya" (Jimin)

"Apanya yang menyiksa? Ibu itu mendidikmu supaya dirimu tidak seperti ayahmu itu yang selingkuh dengan perempuan lain" (Ibu)

"Percuma saja! Mulai sekarang aku tidak ada hubungan dengan Ibu lagi! Aku akan membawa Rose, dan menjaganya dengan baik" (Jimin)

"Terserah dirimu! Ibu tau bahwa kau hanya akan merusak masa depan dirimu sendiri" (Ibu)

"Lihat saja, aku akan membuat Rose bahagia walupun caranya sangat sulit sekalipun" (Jimin)

"Yea, we will see about that" (Ibu)
[Ya, kita lihat saja nanti]

Aku dari tadi hanya bisa membeku. Aku membenci diriku sendiri, karena Aku telah membuat kak Jimin harus menanggung semuanya karena diriku yang tak berguna ini, dia memutuskan hubungannya dengan Ibu dan kami berdua secepatnya pasti akan pergi meninggalkan rumah ini dan Ibu.

Aku ingin menangis lagi tetapi aku tidak mau terlihat lemah, karena kak Jimin telah melakukan semuanya untukku maka aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membahagiakan kak Jimin.

Saat aku ingin menutup pintu, Jimin mau masuk ke dalam kamar dan...

"Ugh sakit"

Yup, wajah Jimin tertampar pintu. Aku langsung membantu Jimin berdiri dan membawanya ke kasur. Aku menyuruh Jimin untuk duduk lalu mencari kotak obat.

Setelah mendapatkannya aku langsung menempelkan plester di batang hidung Jimin yang memerah.

"Ah, sakit tau. Tempelin plesternya yang bener dong" ucap Jimin sambil meringis kesakitan

"Iya iya maaf, aku benar benar minta maaf. Tadi aku mau menutup pintu tetapi kau langsung ingin masuk ya... beginilah jadinya" ucapku dengan rasa bersalah

"Ini gak seberapa kok" ucap Jimin sambil tersenyum

Aku sudah selesai menempelkan plesternya, aku ingin menaruh kotak obat tadi ke tempatnya. Tetapi tangan Jimin menariku kembali duduk.

"Kenapa sih? Aku mau balikin kotaknya tauuuu" ucapku sebal

"Buahahahah, wajah kesel kamu itu.. hahaaha bener bener ngegemesin tau buahahahaha" Jimin berbicara sambil tertawa dan mencubit kedua pipiku

"Iiiih, ngeselin amat ini kakak" aku memasang wajah cemberut. Pipiku mengembung tetapi Jimin mengempeskannya dengan kedua jari telunjuknya.

"Huffft"

"Udah ya jangan marah, nanti ini wajah kayak nenek nenek"

"Iiih orang kesel malah di katain nenek nenek, kan jadi tambab kesel"

"Ya iya, sorry deh"

"Nah gitu dong dari tadi, kan jadi gak kesel"

Setelah itu aku segera berdiri dan menaruh kotak obatnya ketempat semula.

Aku kembali lagi ke kasur ku dan berbaring. Jimin juga berbaring disebelahku.

"Ngomong ngomong, kalau kamu mempunyai kakak yang sebenarnya suka sama kamu,dan dia itu rela ngelakuin apa saja buat kamu, kamu mau gak sama dia?" Tanya Jimin

"Hah??" Ucapku bingung

"Udahlah pertanyaan aku bodoh banget ya?" Ucap Jimin

"Memang bodoh sih, tapi kalau aku punya kakak yang suka sama aku... kayaknya aku gak mungkin sama dia. Karena bagaimanapun diakan kakakku" jawabku

"Pasti kakak itu akan berharap bahwa dia tidak pernah menjadi kakakmu, melainkan orang yang kamu sukai" ucap Jimin

"Sudah ah, jangan nanya yang aneh aneh deh, Tidur aja sana." Ucapku

Setelah itu aku tertidur lelap, begitu juga Jimin.









Jangan lupa Vomment ya!
Nanti aku usahain buat cerita setiap hari libur, doain aja ya 😉 tapi gak janji.

See you in the next story!

FX 😘

The Mysterious AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang