SATU

33 6 12
                                    

Sinar matahari menyeruak masuk melalui celah jendela kamar seorang gadis yang masih bergelut dibawah selimut tebalnya.

"FEY, FEYMARS, ASTAGA SYAILANT FEYMARS BANGUN NAK"

Gedoran dan teriakan sang ibunda tidak berpengaruh apapun kepada Feymars, gadis itu masih saja anteng dibawah selimut dengan mulut yang sedikit terbuka. Dengan keputus-asaan, Mawar Ibunda Feymars menuju kamar anak sulungnya untuk meminta bantuan. Karna hanya dengan cara itu Feymars bisa bangun.

Tok tok tok

"Dev, Devano.. "

"Iya Bun, bentar. Aku pake baju dulu"

Selang beberapa lama pintu kamar terbuka menampakkan tubuh jangkung Devano lengkap dengan seragam sekolah nya.

"It.. " belum sampai perkataan ibundanya, Devano mengangguk bersamaan dengan Ia menaikkan kedua sudut bibirnya tanda mengerti.

"Bangunin Fey kan? Udah tau aku Bun"
Devano meletakkan kedua tangannya dipundak Mawar yang tengah menghela nafas panjang "Lain kali nggak usah bangunin Fey, biar itu urusan Devano aja, Bunda juga buang buang tenaga gedor-gedor sambil teriak ujung-ujungnya juga Fey bangun kalau denger suara aku"

"Baiklah baiklah. Yaudah sana, Bunda lanjut masak lagi"

Devano bergegas kekamar adiknya, Bertepatan dengan Mawar yang turun kebawah karena kebetulan kamar anak-anaknya berada dilantai dua.

"Fey, bangun ih. Nanti telat loh. Fey.."

Dibalik pintu, Feymars langsung menguap namun tetap saja melanjutkan tidurnya. "Syailant Feymars bangun. Kalau nggak bangun awas aja aku bilangin--" Ucapan Devano terputus

"Iya bang iya udah bangun nih. Nggak asik, tiap bangunin Fey selalu aja yang diomongin itu" Teriak Feymars dengan sebal.

"Udah, mandi sana. Ntar bukan cuma ngomong doang loh tapi abang bilangin ke orangnya beneran. Mampus dah tuh kamu" Kata Devano dengan kekehannya.

"IYAH IYAH. UDAH SANA ABANG PERGI"

"Buset, tuh anak ngemil toa apa yak" Devano tak habis pikir dengan suara menggelegar adiknya itu, Ia hanya bisa menggaruk pelipisnya sambil menggeleng-gelengkan kepala dan kembali kekamarnya untuk mengambil tas lalu turun kebawah untuk sarapan.

"Hai hai, selamat pagi semuanyaaa. Salam sejahtera untuk kita semua" Feymars menyapa dengan senyum lebar menghiasi bibirnya. Sedangkan Ayah, Bunda dan Abangnya terkekeh sambil menggeleng kan kepala melihat kelakuannya itu.

"Udah cepet sini sarapan. Gue tinggalin tau rasa lo" Devano berkata disela-sela Ia menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

Dengan menyentak-nyentakkan kakinya sebal. Feymars bergegas sarapan ditambah dengan mukanya yang ditekuk. Lagi lagi Ayah Bundanya hanya bisa geleng-geleng kepala menanggapi. Selang beberapa lama, jam sudah menunjukkan pukul 06.30 tandanya Devano dan Feymars harus segera ke sekolah.

"Udah buruan. Ntar telat bang" Feymars menatap sinis Devano

"Idih, yang bawa mobil gue juga. Nyuru-nyuru lu" Devano bergegas ke ruang tamu untuk menggunakan kaos kaki dan sepatunya.

Mendengar jawaban dan melihat kelakuan abangnya, Feymars mencebikkan bibirnya sebal "Bunda Ayah. Liat tuh abang, tadi aja nyuruh buru-buru sampe aku keselek. Ternyata pakai kaos kaki sama sepatu aja belum"

"Lah emang belum, biasa juga abang kek gitu Fey. Kamu mah" Bundanya menanggapi

Belum mendengar tanda-tanda abangnya selesai. Feymars mendekati Ayahnya. "Yah, nggak minat beliin Fey mobil gitu atau nggak motor aja?"

"Abang kamu nggak cukup setahun lagi sekolahnya. Ntar kalau dia udah lulus, kamu Ayah beliin mobil sesuai keinginan kamu. Sekarang kan masih ada Abang kamu yang bisa nganter dan jemput kemana-mana" Rama Ayahnya menepuk-nepuk kepala Feymars dengan senyum menghiasi bibirnya.

"Yaudah deh, Ak.. " belum juga sampai perkataan Feymar. Devano diluar sana sudah berteriak-teriak "FEYMARS CEPET IH"

Feymars pamit ke Ayah dan Bundanya "Pamit Yah, Bun. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam"

Di dalam mobil hanya diisi dengan musik dari radio. Feymars maupun Devano tidak ada yang ingin membuka suara. Sekitar lima belas menit tibalah mereka di sekolah. Feymars buru-buru ingin turun namun dicegah oleh Devano, "Jangan ngambek dih, biasa juga kek gitu tapi nggak sampai sunyi tuh perjalanan kita ke sekolah. Ada apa sih? Galau lo?"

Feymars tetap diam. Dia menundukkan kepalanya tidak ingin menatap Devano. "Eng..eng.. Itu, tadi aku minta beliin mobil sama Ayah atau nggak motor aja deh biar nggak ngerepotin abang mulu, tapi kata Ayah abis abang lulus aja"

Devano meletakkan kedua telapak tangannya di kedua pipi adiknya agar mereka saling bertatapan. "Emang abang pernah bilang kalau kamu ngerepotin? Nggak kan? Dengerin aja kata Ayah nggak usah murung sampai nggak mau ngomong sama abang gitu. Udahlah, selama abang disini. Kamu mau kemana aja abang anterin kan seperti biasanya?" Feymars mendengar hal tersebut mengangguk setuju dan memaksakan senyumannya.

"Udah sana, kamu masuk. Tuh udah ada Ayria juga dianterin Beno. Gih" Sebelum Feymars membuka pintu, lagi lagi Devano mencegahnya. "Senyum Fey senyum" Feymars menampakkan senyum tulusnya dan bergegas turun.

Ting ting ting...

Bel tanda istirahat berbunyi. Feymars dan Ayria merapikan buku-buku mereka dan segera ingin ke kantin menghentikan aksi demo cacing-cacing diperut mereka. Namun belum juga selesai, Beno datang dan menarik Ayria dan dibawanya entah kemana. Ayria menatap tak enak hati ke arah Feymars yang ditanggapi dengan senyum dimanis-manisin. Sudah biasa seperti itu, Beno datang mengacaukan acara mereka yang ingin makan bersama.

Sedikit cerita, Beno adalah sahabat Devano abangnya Feymars yang berarti sebentar lagi akan lulus. Dan hal tersebut selalu di ambil alasan,  katanya Feymars masih ada waktu dua tahun untuk makan bersama Ayria dikantin sedangkan dirinya tinggal menghitung bulan saja. Tak habis pikir,  padahal kan bisa makan bersama, ck. Tapi Feymars ogah sih jadi nyamuk, mending dia ke kelas abangnya saja.

Sebelum Feymars tiba di kelas abangnya Devano, Ia berhenti dikoridor sebab ada yang mengganggu penglihatannya. Disana, di bangku depan kelas Devano duduk Davies bersama seorang gadis yang dikenalinya bernama Meysha.

Davies merupakan kakak kelas Idola Feymars, awal mula Ia mengidolan Davies saat baru beberapa bulan Feymars bersekolah disana dijam olahraganya saat sedang asyik bercerita dengan teman sekelasnya menunggu Pak Amir guru olahraga yang sedang ada urusan di ruang guru. Pantulan bola basket mengalihkan perhatian Feymars, disana seorang dengan seragam ekstrakurikuler berwarna merah dengan nomor punggung tiga sedang bermain basket seorang diri dengan keringat bercucuran di seluruh tubuhnya. Feymars saat itu juga men-cap bahwa Ia mengidolakan seseorang itu.

Feymars lalu mencari tahu segala hal tentang Davies sehabis pulang sekolah. Mulai dari nama, sampai sosial medianya. Saat itu dewi keberuntungan berpihak kepadanya. Devano datang kekamarnya dan bertanya apa yang dilakukan oleh Feymars, dengan malu malu Feymars menceritakan segalanya. Dan ternyata, seorang itu teman sekelas Devano. Feymars bahagia, Ia menanyakan segala hal yang ingin diketahuinya dan Devano menjawab setahunya. Dan saat itu juga, Feymars menanyakan username instagram Davies dan mencari serta mengikutinya. Beberapa hari setelahnya, Ada notifikasi yang masuk ke handphone Feymars. Tapi sayang, bukannya Davies mengikutinya, Davies hanya mengizinkan Feymars melihat apa isi instagram nya. Namun itu saja sudah cukup baginya.

Tbc...

Feymars (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang