14

174 43 55
                                    



Bazar buku terbesar tahun ini dibanjiri pengunjung. Berbagai macam stand dipenuhi orang-orang yang berminat untuk membeli atau sekadar melihat. Stand Doseogwan Pen Press termasuk salah satu stand yang paling banyak mendapatkan perhatian. Yang datang berjubel-jubel, apalagi ada Jeon Boram, pengarang novel best seller yang turut hadir untuk memberi tanda tangan. Myungsoo yang terjun langsung mengawal disitu lumayan sibuk mengatur mereka agar suasana tidak kacau dan mengganggu pengunjung lain.

Berada di antara ABG, ada saja yang tidak terpikirkan terjadi. Mengira Myungsoo adalah teman Boram, sesama selebritas, mereka pun minta foto bareng dengannya. Dan, karena Myungsoo tidak melayani itu, mereka memotretnya diam-diam.

"Lebih terkenal kamu daripada aku nih sepertinya, Myungsoo," goda Boram. Myungsoo tersenyum tipis saja dan melanjutkan pekerjaannya.

Tak jauh dari pintu masuk menuju gedung tempat penyelenggaraan bazar, Siwan dan Jiyeon berdiri berdampingan, bingung mau mulai darimana tournya.

"Kita berpisah saja ya, Oppa. Nanti ketemu di pintu ini lagi," kata Jiyeon, masih mencoba untuk menjauh dari Siwan.

"Nggak, nanti kamu hilang lagi," tolak Siwan. "Ayo." Dia menarik jaket Jiyeon dan membawanya ke arah kiri. Jiyeon tidak dapat menolak. Setiap kali dia menjaga jarak, Siwan malah nyamperin dan menggandeng tangannya.

Benar-benar bisa gagal nih. Kemarin saja, saat Jiyeon menjenguk teman-temannya yang masih di rumah sakit, dikawal seharian sama Siwan. Benar-benar terasa seperti dulu.

Hampir satu jam mereka berkeliling, Siwan sudah mengantongi dua buku tentang interior design. Belakangan, dia tertarik membaca-baca tentang itu, sepertinya mau merencanakan rumah masa depannya.

Jiyeon meninggalkan Siwan yang berhenti di stand buku-buku lama/kuno. Penasaran melihat orang berjubel di stand paling besar. Hm, ada jumpa penulis tampaknya. Standing banner-nya tertulis seperti itu.

Doseogwan Pen Press. Lhah, ini kan perusahaannya Myungsoo, eh, ayahnya. Wah, lagi banyak diskon. Gimana nih, masuk tidak ya. Ada beberapa buku yang diincarnya, kan lumayan dapat potongan setengah harga.

Sambil memiringkan badan, Jiyeon menembus kerumunan orang untuk mencari buku yang diinginkannya. Satu diskon 50%, satunya lagi hanya 30%. Dihitung-hitungnya uang yang dibawanya sekarang. Hasil bekerja di Seokparang sudah menipis dipakainya seminggu ini.

"Harus bayar cash, tidak boleh ngutang."

Bruk! Dua buku di tangan Jiyeon jatuh ke karpet. Dia pasti salah dengar. Tidak mungkin di Busan ini ada monster berwajah dingin itu.

Perlahan, Jiyeon menolehkan kepala. Deg!

"Jiji! Dicariin kemana-mana kok meng...." Siwan melirik orang di dekat Jiyeon. Kaget juga melihat keadaannya di situ.

"Selamat siang, Siwan-ssi." Myungsoo mengulurkan tangan. Dengan enggan Siwan menyalaminya. "Silahkan, lagi banyak potongan harga disini." Myungsoo mengambil buku-buku yang dipilih Jiyeon yang masih tergeletak di karpet, lalu Myungsoo meninggalkan mereka karena harus melayani pembeli yang lain.

"Ayo kita pergi dari sini, aku nggak mau ada keributan," kata Siwan.

"Keributan apa? Nggak ada keributan kok."

"Bagaimana bisa dia ada disini? Jangan-jangan dia mengikutimu."

"Ya ampun, Oppa, jangan parno gitu deh. Ini perusahaan milik ayahnya. Ada event besar begini ya maklum dong dia ditugaskan disini."

"Kamu kok membelanya sih, katanya dia yang mengganggumu." Siwan curiga.

"Lima belas persen, Oppa, hanya lima belas persen."

D I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang