15

195 50 82
                                    



Yoona dan Sohee datang ke Busan. Kalau Yoona, Jiyeon dapat mengerti. Dia sudah lama berpisah dengan Siwan pastinya rindu dan ingin bertemu. Kalau Sohee? Apa mungkin dia rindu dengan Myungsoo dan ingin menemuinya? Tapi, Sohee bukan pacarnya Myungsoo kan. Apa yang akan dilakukan Sohee ya kalau tahu Myungsoo mengajaknya jadian?

Sebenarnya Jiyeon tidak ingin bertemu dengan mereka. Dia tidak mau berada disuasana yang sekiranya dapat membuat hatinya kembang kerut, karena dia tahu kemungkinan besar dia masih akan cemburu bila melihat kemesraan Siwan dan Yoona. Tapi, apa daya, mereka berdua malah mengundangnya makan malam di salah satu restoran seafood ternama nanti pukul tujuh.

Mungkin mereka ingin tahu cerita tentang kejadian tempo hari.

Jiyeon tidak mungkin bersaing dalam fashion dengan kedua model cantik itu, jika dia pergi makan malam dengan pakaian dinasnya. Jeans, kaos oblong berwarna putih dan jaket bertudung. Hm, baju dinasnya mengingatkan pada Myungsoo saat di kereta, dia menjulukinya cowok bertudung saji. Ah kenapa tiba-tiba teringat Myungsoo sih? Dia berangkat sendiri karena Siwan sedang menjemput mereka di hotel.

Mereka belum datang saat Jiyeon tiba di restoran. Tapi meja sudah dipesan, jadi dia bisa menunggu mereka di sana. Resoran ini mengingatkannya pada Seokparang. Gaya pelayanannya juga.

Dia memesan milkshake cokelat. Sambil menunggu, Jiyeon menelepon Bibi Wonhee. Tadi dia dapat SMS yang mengabarkan kalau Bibi Wonhee sudah menerima Chef Sunkyun dan akhir bulan ini akan ada acara lamaran. Wah, senangnya. Walaupun hanya sedikit membantu, tapi kok rasanya sebahagia mak comblang yang sukses menggelar perjodohan.

"Halo, Jiyeon."

"Oh, Sohee. Komo, maaf, nanti disambung lagi ya. Udah pada datang nih. Oke. Dadah." Jiyeon menutup teleponnya.

"Halo, Sohee, apa kabar?" mereka bersalaman dan cipika-cipiki. "Mana Siwan oppa dan Yoona eonni?"

"Sebentar lagi. Gimana kabarmu? Sudah nggak hilang-hilang lagi?" tanya Sohee dengan senyum penuh arti.

"Oh, nggak, sudah balik. Sorry kalau sudah membuat kalian khawatir. Aku sama sekali nggak bermaksud begitu. Kupikir nggak terjadi apa-apa, jadi aku santai saja berlibur. Nggak tahunya semua orang jadi repot."

"Jiji. Belum pesan makanan?" tanya Siwan yang sudah tiba bersama Yoona.

Setiap kali melihat mereka berdua, Jiyeon selalu diserang panas dingin. Yoona begitu menyilaukan, hingga sulit untuk dilihat.

"Belum. Takut salah pesan."

"Ah, kamu kan tahu seleraku," kata Siwan sambil menarik kursi dan mempersilahkan Yoona duduk.

"Iya, kamu kan tahu betul selera Siwan." Ada nada sinis dari ucapan Yoona.

Jiyeon mencoba mengabaikannya. Kenapa suasana agak mencekam ya? Seolah dia datang pada tempat yang salah.

"Halo, Yoona eonni, apa kabar?" tanya Jiyeon.

"Buruk." Jawab Yoona singkat. Dan terus terang, Jiyeon lagi-lagi mencoba berpikir positif. Yoona kena jetlag.

Siwan memanggil waitress sebelum percakapan mereka diteruskan. Sejenak mereka berkutat dengan menu. Jiyeon semakin gelisah karena beberapa kali melihat pandangan Yoona dan Sohee padanya tidak seperti biasa.

"Mereka ingin dengar cerita selengkapnya tentang hasil pertapaanmu, Jiji," kata Siwan bercanda. Yoona dan Sohee tersenyum.

"Apa yang harus diceritakan. Nggak ada yang penting."

"Mungkin yang penting diceritakan bukan apa yang kau lakukan di sana, tapi kenapa kamu melakukannya." Sohee menatap Jiyeon, menembus ke tulang dan dagingnya.

D I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang