03. First Kiss

3.4K 100 7
                                    

Flashback On.

Tidak sengaja Lili memejamkan mata. Ini ciuman pertamanya, dia gugup dan ingin menolak. Tapi apa yang dirasakannya saat ini membuatnya memiliki keinginan untuk sedikit lebih lama menikmatinya.

Ups...bukan yang pertama. Yang pertama adalah tadi malam. Saat dia pura- pura terpejam.

Gary menghentikan ciumannya. Dia menjauh 2cm dari wajah Lili. Lili membuka mata, dia menatap Gary. Pria itu juga sedang menatapnya.

Entah kenapa mata Lili mengarah pada bibir Gary. Gary mengecup bibir Lili sesaat.

"Maaf." Gary menatap mata Lili. "Aku tidak tahan."

Lili tersenyum tipis. Gary mengerutkan alis. "Kau tersenyum??" Gary seketika menggembangkan senyumnya.

"Apa aku tidak boleh tersenyum?" Lili memegang tangan Gary yang masih dirahangnya dan melepaskannya dengan paksa. Lili kembali meraih gelas yang menyisakan satu tegukan. Lili meminumnya.

Gary tersenyum. "Itu artinya aku boleh mencium bibirmu mulai sekarang??" Gary menerutkan alis menunggu jawaban.

"Kenapa bertanya? Semalam saja kau menciumku seenaknya tanpa bertanya terlebih dahulu." Lili meletakkan kembali gelas dalam genggamannya.

"Kau tahu? Kau belum tidur??" Gary tergagap. "Seharusnya kau bilang kalau kau belum tidur. Setidaknya itu kan ciuman pertama kita." Gary menatap Lili. "Haruskah aku ulangi lagi." Gary menatap bibir Lili.

Lili seketika berdiri. "Ayo pulang."

Lili berjalan menjauh. Gary ikut berdiri dan sedikit berlari lalu langsung merangkul pundak Lili. Gary mencium pipi Lili sesaat. "Aku mencintaimu." Gary berbisik.

Lili tersenyum tipis. Dalam pikirannya saat ini ada banyak keraguan dan ketakutan tersendiri. Harus bagaimana dia setelah ini, kenapa juga dia harus senang. Lili menghela napas pelan.

***

"Kenapa Syutingnya harus sampai malam?" Gary menggenggam tangan Lili.

"Aku tidak tahu. Sekarang lepaskan. Aku harus masuk." Lili tersenyum.

"Hati-hati. Hubungi aku jika selesai." Gary membelai kepala Lili dengan lembut.

Lili mengangguk pelan. Gary melepas genggamannya, dia menatap gadisnya berjalan masuk menuju gedung tinggi didepannya.

Gary kembali kemobil dan meraih ponsel didasbor sampingnya. Dia menghubungi seseorang.

"Ibu."

"Hallo sayang. Bagaimana kabar mu? Bagaimana dengan adikmu? Kalian sehat kan? Sudah makan?"

"Kami sehat. Tadi sudah makan. Lili sedang syuting iklan Bu, aku baru saja mengantarnya."

"Jangan terlalu lelah. Oke. Katakan pada Ibu dan Ayah jika kalian butuh sesuatu."

"Iya. Ibu dan Ayah jaga kesehatan ya."

"Tentu saja sayang. Oiya kata Ayah, uang semester kalian sudah ditransfer tadi pagi."

"Iya."

"Kau mau bicara dengan Ayah??"

"Gary ingin bicara dengan Ibu dan Ayah. Bisa Ibu loudspeaker??"

"Ada apa sayang? Ada masalah?"

Gary diam. Dia menarik napas pelan.

"Sudah Ibu Loadspeaker. Sekarang bicaralah?"

"Ibu, Ayah."

"Iya Ayah disini Nak." Tuan Wang bersuara.

"Aku mencintai Lili."

DEFECTIVE LOVE.☑️ ADA DI EBOOK, NOVEL LIFE, HINOVEL, BABELNOVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang