Happy reading
Tap.
Setets darah mengucur dari kening pemuda itu. Rambut nya acak-acakan serta merta keringat yang bertetesan ke atas tanah. Dia mendecih sesaat kemudian berdiri tegap, sebelah tangannya ia gunakan untuk melepas ranting kering. Lalu jubah nya berkibar serentak angin yang berhembus.
"Hm?" Nama pemuda itu adalah Sasuke. Siapa yang tidak mengenal dia? He is so... hot and sexy exactly.
Sasuke menatap sekeliling, gadis-gadis yang berbisik kagum dengan penampilan pemuda itu. Padahal ia terluka, namun sepertinya gadis-gadis desa itu lebih memperhatikan perut kotak-kotak nya yang sedikit tersingkap karena jubah pemuda itu robek.
Dia datang ke desa terpencil ini untuk berlabuh sejenak dan mengistirahatkan diri. Namun, beberapa menit yang lalu, ia diserang oleh sekomplotan penjahat amatir.
Belakangan, Sasuke memikirkan sesuatu yang bahkan membuat ia tidak fokus dengan pertarungan yang tadi itu.
Kata-kata seseorang yang mengatakan sesuatu pada nya.
Kemarin ya?
Dia menolong seorang pendeta yang terpojok dan diteror oleh beberapa penganut ajaran sesat. Lalu, dengan balas kekejaman mereka, Sasuke berhasil mengubah kondisi, membuat dan sang pendeta berhasil mengalahkan mereka semua.
Satu hal yang Sasuke ingat.
"Kau kuat nak. Aku tak akan bertanya padamu seberapa banyak waktu yang kau habiskan untuk melatih kekuatan mu. Perang shinobi telah berakhir, namun kau masih memiliki kekuatan yang hebat. Tapi nak, di dunia ini, kau butuh seseorang untuk mendukung mu. Berapakah usia mu?"
"Hampir 19," Jawab Sasuke.
Lalu pendeta itu tertawa renyah, dia menyodorkan sepotong roti untuk Sasuke.
"Hanya ini yang bisa aku berikan padamu," katanya begitu tulus, lalu pendeta itu bergeming dan berseru, "tapi nak, kau sudah hampir menginjak angka 19. Dengan kekuatan sehebat itu, kau bisa melindungi seorang gadis yang kau cinta." Namun Sasuke tak mengerti, dia mengernyitkan alis.
Pendeta itu menunggu respon Sasuke, tapi ia malah mendapat kerutan kening pemuda itu, "Hello? Kau sudah 19 tahun. Sudah sepantasnya untuk mencari belahan jiwamu." Beberapa detik setelah itu, sang pendeta tergelak renyah, semilir angin semakin menerbangkan tawa itu.
"Kau pasti akan tau nak, nikmati masa muda, selagi dunia ini masih damai. Tidak kah kau ingin menikmati masa muda mu bersama orang yang kau sayangi?"
Lalu ingatan Sasuke berbaur dengan memori beberapa tahun yang lalu. Hampir dua tahun ia meninggalkan desa, setelah memeberikan ketukan di kening Sakura, ia pergi berkelana demi penebusan dosa.
Lalu, bagaimana caranya?
Dia ingat.
"Aa. Kurasa, anda memang benar," jawab Sasuke, "saya memang harus menikmati nya," dan pendeta itu menepuk pundak Sasuke, meski wajah nya sudah penuh dengan kerutan tanda penuaan, tapi, senyum nya masih amat tulus.
"Saya harus mencari belahan jiwa saya," gumam Sasuke.
Begitu kira-kira.
Sasuke kembali mengamati keadaannya yang terluka hanya karena pertarungan kecil.
Andai saja ada 'gadis itu'.
Pasti 'gadis itu' akan mengobati Sasuke dengan ninjutsu medis nya.
Sasuke tersenyum tipis, ia mengadah ke awan, lalu menghadap ke arah barat.
"Kira-kira.. dia sedang apa ya?" Guman Sasuke, "Sakura...," tambah nya. Arah barat, arah dimana Desa Konoha terletak.
"Desa Konoha, aku datang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Days (End)
Fanfiction(Canon SasuSaku Story) Menjelang ulangtahun Sasuke yang ke-19, dia memutuskan untuk menghabiskan waktu satu minggu berada di konoha, menjadi ninja biasa yang menjalani hari dengan rekan team nya. Termasuk Sakura. (read my Sasusaku story)