Waktu Bersama

120 22 0
                                    

Sai Shimura + Tenten Mitsasi
SaiTen

Tubuh Tenten memiliki toleransi rendah terhadap dingin. Ia akan mual jika diterpa angin terlalu lama. Tapi semua kelemahan Tenten akan luruh tanpa alasan jika ia bersama Sai.
Seperti saat ini. Tenten dengan nyaman merebahkan kepalanya di paha Sai. Senyumnya bahkan tak sedikitpun memudar.
Dalam kepala Tenten, ia sibuk bersyukur. Bersyukur karena akhirnya ia dan Sai bisa menghabiskan waktu berdua setelah sekian lama ia menunggu. Sai selalu berubah-ubah seperti bunglon. Kadang begitu manis namun kadang menjadi kejam. Tenten rasanya tak bisa lagi menemukan alasan mengapa Sai tiba-tiba peduli atau tiba-tiba tak acuh. Sainya sudah berbeda. Namun apabila datang kesempatan di mana ia bisa bersandar pada Sai seperti dulu, maka ia tak akan menyia-nyiakannya.
Tenten tersadar dari daydreaming ketika indra penciumannya menangkap bau menyengat yang begitu khas. Aroma yang amat ia benci.
Tenten refleks bangkit kemudian terbatuk-terbatuk. Matanya berair dan mungkin juga memerah, namun ia bisa melihat Sai di antara kepulan asap putih di sekitar mereka.
"Ah, maafkan aku. Aku lupa kau alergi asap rokok." Sai terlihat menyesal lalu bangkit berdiri. Ia berjalan menjauh beberapa langkah, meninggalkan Tenten dengan pikirannya yang dipenuhi hiruk pikuk kebingungan dan pertanyaan.
Sai merokok.
Tenten tak habis pikir. Ia ikut bangkit berdiri kemudian menghampiri Sai.
"Ah, biar kutebak. Kau ingin bilang, 'Sejak kapan kau merokok, Sai?'" Sai justru tertawa begitu lepas meski Tenten tampak bingung
"Tae, maafkan aku, tapi apa kau lupa ayahmu meninggal karena kanker paru-paru?"
Sai tidak terlihat tersinggung sama sekali. Malah ia kembali mengisap batang nikotin itu seakan Tenten tak ada di sana.
"Aku tidak mungkin lupa, Ten."
"Kalau begitu ber—"
"Aku tidak bisa menghentikannya. Aku telah candu." sela Sai dengan nada malas.
Tenten tersedak ludahnya sendiri. Begitu rupanya. Pendapatnya tak berarti lagi bagi Sai. Hanya omong kosong yang tak patut dipertimbangkan.
"Kukira kau mengenalku, Sai." Tenten berucap dengan nada menusuk, dan siapapun yang mendengarnya akan tahu jika Tenten sangat kecewa.
Sai mengusak rambutnya saat ia sadar teman Pandanya belum berhenti melayangkan tatapan menuntut.
Sai menjulurkan tangan, menepuk pundak Tenten dua kali.
"Aku sangat mengenalmu, Tenten."
Menggigit bibir bawah untuk menahan umpatan adalah hal yang kini Tenten lakukan. Ia mendengus keras, lalu melangkah pergi dari atap. Meninggalkan Sai yang mengorek telinga dengan kelingkingnya.
"Kenapa sensitif sekali?"

TBC

Apa Aku Bagimu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang