Playboy

108 21 0
                                    

Sai Shimura + Tenten Mitsasi
SaiTen

Satu yang Tenten tahu dari dulu. Sai, temannya itu, seorang playboy . Makhluk ceroboh dan tidak peduli lingkungan. Ia perwujudan sempurna dari kata sembrono. Bahkan Tenten tak mampu menarik Sai dari kebiasaannya, dan Tenten tak ingin menentang Sai berakibat dirinya dijauhi. Pada akhirnya, Tenten lebih memilih mengalah dan sesekali mengingatkan.
Hari ini Tenten melaksanakan dua ujian berturut-turut, sehingga ia tak sempat sarapan demi datang ke sekolah lebih awal untuk diskusi dengan teman-temannya. Jadi ketika guru Sejarah menyebalkan tak kunjung masuk kelas dalam sepuluh menit, tanpa mengulur waktu lebih banyak, Tenten melesat secepat angin menuju kantin sekolah.
Untuk pertama kalinya ia merasa sangat bahagia, jadi ia memesan dua mangkuk ramen instan sekaligus. Padahal kemarin, ia juga mengonsumsi makanan yang sama. Dalam seminggu ini, mi instan menjadi menu makan siangnya nyaris tiap hari.
Tenten tahu ini tidak baik, tapi ia telah jatuh cinta pada cita rasa ramen instan. Sungguh keterlaluan.
Pemilik kantin membawa pesanannya. Tenten berucap terima kasih dengan riang, sebelum memisahkan dua sumpit lalu mengangkatnya ke udara.
Tidak apa. Hari ini yang terakhir.
"Selamat makan!"
Namun sebelum Tenten sempat menyumpit
ramen , mangkuknya ditarik lima puluh senti ke kiri. Tenten terlonjak kaget, lalu menoleh.
Sluuurp..
Sudut mata Tenten berkedut, dan matanya menatap tidak suka. Ia menggeram seperti seekor kucing yang buruannya direbut kucing lain.
"Sai Shimura!"
Sai yang diteriakkan namanya malah tak acuh. Ia menyumpit ramen lalu memasukkannya ke dalam mulut secepat kilat.
"Yak! Kau harus membayar tiga ribu won untuk itu, bodoh!"
Tak!
Lagi-lagi, Tenten tersentak saat tangan Sai yang besar menghentak meja kantin cukup kuat. Tenten menatap Sai tajam sebagai bentuk protes,
"Kenapa kau—"
"Itu enam ribu won . Berikan mangkuk satunya lagi padaku."
Tenten terhenyak. Di bawah punggung tangan kecokelatan itu, ia bisa melihat dua lembar uang kertas pecahan 1000 dan 5000 won .
Sai mendengus, membuat perhatian Tenten sontak teralih.
"Kau terlalu banyak makan sampah. Beli yang lain dengan uang itu." sembur Sai sadis, selagi tangannya meraih semangkuk ramen yang tersisa.
Tenten melempar senyum sinis ketika Sai menyeruput kuah ramen nya hingga habis dan bersih.
"Tidak mau. Selera makanku hilang setelah melihat wajahmu." ketus Tenten, sebelum kemudian ia berlalu pergi dengan langkah yang panjang-panjang.
"H-Hei, Tenten! Kau marah?"
Salahkah Tenten jika ia berharap Sai mengikuti jejaknya menuju atap sekolah? Agar mereka bisa berbicara berdua dengan santai.
"Tenten!"
Maafkan aku, Ino.
Tenten sedikit merasa bersalah karena ia tersenyum. Tersenyum dengan rasa bahagia yang membuncah ketika Sai merangkul bahunya untuk dirapatkan hingga nyaris tanpa jarak.
"Mau ke atap, 'kan?"
Tenten mengangguk semangat.

TBC

Apa Aku Bagimu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang