Sai Shimura + Tenten Mitsasi
SaiTenSai berdiri. Memandang dalam diam sepasang orang tua yang memapah tubuh kecil Tenten memasuki gerbang keberangkatan bandara Osaka.
Hari ini dia pergi. Tanpa mengizinkan Sai minta maaf. Terlalu ragu untuk mendengar jawabannya, lalu memilih untuk berhenti. Berhenti berusaha memikirkan Sai.
Tenten tak berperasaan. Memutuskan persahabatan mereka dengan kejam. Merayakan ulang tahunnya dengan pergi ke Amerika dengan alasan berobat.
Lalu Sai bisa apa?
Bisa apa dia, selain mengurung diri dan merenung. Meneruskan kebiasaan bodoh sahabatnya, kemudian mulai mengira-ngira.
Selama apa ia meninggalkan Tenten?
Bahkan saat mereka pertama kali bertemu di sekolah, ia tidak tahu bahwa Tenten telah lama menderita penyakit. Sai yang malang, ia harus menyaksikan sahabatnya yang hampir menyerah pada limit maksimal, tanpa pernah mengerti sakit yang Tenten rasakan. Bahkan ayah dan ibu Tenten tak memberi satu kesempatan pun baginya untuk bicara pada Tenten, dan Sai tak bisa lebih hancur.
Awalnya ia tidak mengerti mengapa Tenten begitu berlebihan dalam menghadapinya, tapi di momen yang amat terlambat ini, pada akhirnya Sai yang harus menarik kesimpulan.
Selama ini Tenten menunggunya. Sangat mencintainya. Tenten selalu berusaha ada setiap ia butuh bantuan. Tak pernah absen kala ia terluka. Tak sudi meninggalkannya ketika ia terpuruk. Semua itu karena sebuah perasaan rumit yang Tenten miliki.
Mereka berdua idiot. Sai tak pernah memikirkan Tenten, dan Tenten terlalu payah mengungkapkan isi hatinya.
Siapa yang kejam?
Apakah Sai yang apatis atau Tenten yang masokis? Akankah perasaan Sai berubah jika Tenten menyatakan cinta? Akankah Tenten sanggup jika ia ditolak?
Tidak. Tiada yang mengalah di antara mereka. Sai tetap begitu sampai akhir, tak berbeda dengan Tenten. Walau malam tadi Tenten mengakui semuanya.
Tak ada satu gambaran yang mampu mewakilkan perasaan Sai saat ini. Sederhananya, ia habis tak bersisa.
Ia kehilangan orang tersayang.
Yang terburuk, perasaannya dari dulu hingga kini masih tak berubah. Tenten tidak lebih dari sahabatnya.
"Maaf."
.
.
.
.
.
Hatimu kau tutup rapat, tak merelakan aku membukanya.
Aku menyerah pada kebodohan kita.
Biarkan aku sembuh.
-Tenten Mitsasi
.
.
.
Selesai.Sesuai janji aq sebelumnya, aq update awal bulan Mei.
Maaf ya kalo jadinya sad ending, jangan lupa tinggalkan jejak.
Makasih banget buat yang udah mau mampir 😂.
See you next cerita aq
Pai pai
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Aku Bagimu?
Short StoryAda saatnya aku ingin menyerah dari semua yang kuusahakan. Mengapa aku selalu menunggumu? Dan mengapa aku tak bosan berharap? . Kau bahkan tak mencariku. Jadi apa arti diriku untukmu? . Perasaanku sangat sederhana. Aku bahagia di sisimu. Aku merasa...