Take 8

144 24 0
                                    

Motor Sungyoon melaju dengan kecepatan sedang. Embusan angin menerbangkan rambut mereka lembut, terutama Eunbi. Rambut hitamnya yang tergerai tertiup angin semakin indah.

Dalam beberapa menit mereka kini sampai di rumah Eunbi. Eunbi turun dari motor Sungyoon setelah pemuda itu memarkirkan motornya.

"Akhirnya sampai juga," ucap Eunbi lega. "Terima kasih."

Sungyoon hanya membalas dengan senyuman, lalu pandangannya tertuju pada kaki Eunbi yang diperban.

"Apa kau naik motor dengan pakaian seperti itu?" tanya Sungyoon, keningnya berkerut heran. Tak biasanya Eunbi memakai celana pendek di atas lutut, Sungyoon sangat tahu gaya berpakaian temannya itu.

Mendengar pertanyaan Sungyoon, Eunbi mengalihkan pandangannya pada kakinya.

"Tentu saja tidak. Tadi aku memakai jeans favoritku. Kau tahu kan, jeans yang bagian lututnya model robek," balas Eunbi.

"Ah, begitu. Tak heran kalau lututmu terluka, celanamu saja tidak ada yang benar," cibir Sungyoon. "Lalu celana siapa yang kau pakai ini?" sambung Sungyoon.

"Entah bagaimana, si pria kaya itu memberikan celana ini. Aku rasa belanjaan milik kekasihnya tertinggal di mobilnya."

Sungyoon hanya mengangguk paham, lalu mengakhiri obrolan mereka. "Ya sudah, masuklah. Hari ini kau istirahat saja, tidak perlu kuliah. Aku yang akan bicara pada dosen."

Sungyoon masih duduk di motornya sambil memandangi Eunbi hingga masuk ke dalam rumah. Setiap hari, Sungyoon kewalahan mengontrol hatinya. Sejak awal bertemu dengan Eunbi, Sungyoon sudah jatuh hati. Sungyoon sendiri tak mengerti kenapa hatinya bisa berlabuh pada gadis tomboy seperti Eunbi. Mulanya Sungyoon mengira itu hanya rasa penasaran, namun lama-lama rasa itu semakin dalam. Malangnya, kini Sungyoon terperangkap dalam lingkaran pertemanan dengan Eunbi.

"Kau selalu begitu, membuatku khawatir adalah keahlianmu," batin Sungyoon.

Eunbi menghilang di balik pintu, sementara Sungyoon berlalu dengan motornya.

"Eunbi-ya, apa yang terjadi?" tanya Eunji yang mendapati adik iparnya dengan kaki dan sikut diperban.

"Hanya kecelakaan kecil, Eonni. Tidak apa-apa."

"Bagaimana tidak apa-apa, aku harus menelepon kakakmu."

"Jangan!"

"Kenapa? dia harus tahu kalau adiknya kecelakaan."

"Jangan buat Oppa khawatir. Aku baik-baik saja, jadi jangan telepon Oppa. Okey?"

Setelah mengatakan itu, Eunbi menaiki tangga menuju kamarnya. Langkahnya pelan saat menaiki tangga akibat cedera lututnya.

"Kalau perlu sesuatu panggil aku saja, nanti akan kubawakan," Eunji berkata dengan suara agak keras agar Eunbi bisa mendengarnya.

"Mana mungkin aku tega membiarkan orang hamil, naik-turun tangga untuk mengurusku. Lagi pula aku masih bisa berjalan. Eunji Eonni kadang terlalu berlebihan, tapi terima kasih," gumam Eunbi sepanjang jalan menuju kamarnya.

Eunbi duduk di kasur, ia membuka ponselnya lalu mencari kontak orang yang menabraknya tadi.

"Ini aku, Eunbi. Hubungi aku kalau motorku sudah selesai diperbaiki."

Begitu isi pesan singkat Eunbi untuk Sungyeol. Eunbi sangat berharap motornya bisa selesai diperbaiki secepatnya. Tanpa motornya Eunbi hilang semangat.

Beautiful GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang