Hidup gue sepenuhnya menderita semenjak kedatangan seorang Arkai Bintang. Cowok itu selalu mengusili gue kapanpun dan di manapun. Contohnya seperti: menarik sejumput rambut, mencolek-colek punggung, manggil-manggil nggak jelas, dll. Belum lagi aksi gila dia yang terus-menerus mempertontonkan foto masa lalu gue yang nggak bisa terhapuskan dari Facebook. Kadang, Arkai juga berkolaborasi bersama Benedict untuk mengisengi gue.
INI YANG PAS AWAL MASUK NGOMONG 'KALO ADA APA-APA BILANG KE GUE AJA' MANA YA, PEMIRSA?????
By the way, gue mau nanya dong. Di daerah kalian lagi kekeringan nggak?
Kalau iya, sini samperin gue. Gue mau nangis sampe membentuk Danau Toba.
Tapi samperinnya nanti aja. Soalnya sekarang gue mau tes praktek shooting bola basket.
Cerita dikit nih, ya.
Dalam bidang olahraga, sebenernya gue tuh kadang bisa kadang nggak. Sesuai keberuntungan zodiak Virgo aja gimana.
HAHAHA
FYI, ulang tahun gue tanggal 11 bulan September. Nanti ucapin, ya.
Oke, balik lagi ke permasalahan.
Jadi tuh ya, kalau misalnya lagi main-main doang atau latihan, gue berasa jago banget karena bisa cetak poin terus. Sedangkan kalau mau tes-tes begini, skill main gue jadi kayak anak TK.
Bobroknya kebinaan.
Kesel nggak, sih.
Gue terbengong kecil sambil melihat Benedict yang sedang dites. Bola basket yang berada dalam genggaman tangannya sedaritadi selalu meluncur tanpa memasuki ring. Muka Benedict terlihat santai, mungkin sangat santai karena dia melempar bola tersebut sambil cengengesan dan sesekali melontarkan lawakan.
Hingga satu menit berlalu begitu aja. Benedict nggak mencetak satu poin pun, tapi dia nggak kecewa. Malah dia dengan bangga membuka seragam olahraganya dan diputar-putar di udara. Memparodikan sesuatu yang lagi booming banget. "WOI!! JOJO NIH GUA JOJO!!!"
Kotak-kotak perut Benedict memang nggak tercetak jelas seperti milik oppa-oppa Korea, tetapi lekukan samar yang terlihat benar-benar menjelaskan bahwa Benedict sedang dalam proses membuat miliknya menjadi lebih baik. Gue dengar, belakangan ini Benedict rajin melakukan beberapa pekerjaan agar perutnya dapat membentuk, salah satunya yaitu mengangkut galon-galon isi ulang dari halaman rumah ke dapur.
"Idih, najis. Jojo mah ganteng. Elo sih bulu keteknya doang juga nggak ada mirip-miripnya," komentar pedas Tsuci yang berada di samping gue terdengar jelas membuat gue sedikit menaikkan ujung bibir.
Benedict tidak terlalu menghiraukan cuitan anak kelas ataupun Pak Yoyo——guru olahraga gue——yang tersenyum kecil melihat tingkah gilanya. "AYO!! MANA SINI MAJU LO YANG BERANI-BERANINYA NGASIH GUA KARTU MERAH!!!"
"Jonatan kena kartu kuning, goblok," sahut Kalisa di pinggir lapangan. "Bukan merah."
Benedict menoleh ke belakang hanya untuk sekedar melihat Kalisa. "Lah? Yang bilang gue itu Jonatan siapa? Gue mah bukan Jonatan, tapi Joshua. Diobok-obok airnya diobok-obok. Ada ikannya kecil-kecil pada mabok~" Benedict tertawa garing, lalu, masih dengan suara yang lantang, dia kembali berbicara. "Masih kecil udah pada mabok-mabokkan aja tuh ikan."
Selanjutnya, nama Catur dipanggil.
Nggak usah ditanya lagi deh kalau Catur, mah. Udah tinggi, anak basket juga. Dia nggak perlu tuh yang namanya loncat-loncat atau enggak lempar pake tenaga. Orang ring aja sejajar sama kepala dia. Gue bahkan sampai ternganga ngeliat gimana enaknya Catur masukin bola.