Lihat kebunku
Penuh dengan buah
Ada pepaya, ada juga mangga
Setiap hari, kusiram semua
Rambutan, jambu
Semuanya indah
Kalau kemarin anak kelas gue pada terjangkit Goyang Shopee, maka sekarang penyakitnya beda lagi; nyanyi lagu di atas sambil mandangin buah-buah yang masih tertanggal di pohonnya.
Jadi gini ceritanya, kelas gue tuh ada di atas. Samping kanan——deket koridor——tumbuhlah pohon mangga. Sementara samping kiri, berjejer pohon jambu, pepaya, dan rambutan——ini sebenernya kebon punya penduduk yang rumahnya ada di sekitar sekolah. Cuma dibatesin tembok setinggi 200 meter—— yang masing-masing rantingnya terjulur mencapai jendela kelas gue.
"Wah, kebun kita panen besar tahun ini, Anak-anak!" Benedict yang dari awal masuk emang udah ngincer rambutan tetangga itu berseru kesenengan. Nggak tau niat atau kebetulan, dia tiba-tiba aja bawa galah ke dalam kelas.
"Buset dah, belum mateng itu rambutan, Le. Masih ijo-ijo, jangan dipetik dulu. Sayang. Nanti aja ambilnya," kata Kalisa geleng-geleng kepala. Gue sih sama yang lain ketawa aja.
"Yaudah iya. Ini mah persiapan aja." Benedict menaruh tongkat yang nggak seberapa panjang itu di belakang, diantara sapu-sapu dan juga pengepelan.
Seminggu kemudian. Pas malam-malamnya dia ngomong di grup.
Benedict: Assalamualaikum ikhwans dan akhwats
Akina: Le, apaan sih nggak bener banget ngetiknya
Arzoya: Nah loh diomelin anak rohis
Benedict: Kan maksud aku ikhwan dan akhwat Kin
Benedict: Tapi karena ada banyak, jd ditambahin s
Dandi: Besok ada pr nggak?
Tsuci: Banyak Di
Zaidan:
Timothy: Pap lah
Arsena: Pap apaan tuh
Giorgino: Tiap hari perasaan ada pr mulu dah
Yudha: Tau, katanya kurtilas nggak ada pr
Ica: Udh mah tiap hari pulang jam 4
Catur: Berasa pegawai PT gue
Riybona: