Aku menyiapkan sarapan di meja, Romi mengatakan ia ingin makan roti dan selai kacang saat tadi malam aku tanya sarapan yang ia inginkan.
Tidak lama sebuah tangan merangkul ku dari belakang,
"Morning sexy," Romi berbisik di telinga belakangku. Aku merasakan sesuatu yang mengganjal di bokongku, aku sudah duga, senjatanya selalu gagah setiap pagi.
"Sarapan sudah siap sayang.." jawabku,
"Aku pingin.." Romi berkata manja.
"Nanti malam ya sayang, kata dokter aku harus istirahat dulu."tolakku lembut, "calon Papa ini harus bersabar ya.." sambungku sambil mencubit pelan hidung mancung Romi.
"Okey, " Romi mencium keningku lalu menunduk dan mencium perutku, "Kamu baru 2 minggu di perut Mama sayang, tapi kamu sudah berhasil buat Papa cemburu,"
Aku tersenyum melihat tingkah Romi. Romi mengelus perutku, aku mengusap kepala Romi,"Ini belum seberapa sayang, kamu harus siap-siap cemburu terus." Sambungku lagi,
"Untuk kamu, Papa rela Mama kamu ambil.. Tapi, sesekali Mama akan Papa culik!" Bisik Romi lagi, seolah ia sedang berbicara dengan bayiku.
Romi berdiri dan memegang kedua pipiku. Bibirnya mengecup bibirku. Aku mengulum bibirnya,
"jangan lama-lama, nanti aku kepingin.." bisik Romi, walaupun aku tau ia sudah sangat ingin. Ia menahannya, untuk aku dan bayiku
***
Aku meluruskan kaki dan menyandarkan badan di atas tempat tidur. Sudah satu minggu ini aku tidak berhubungan dengan Romi karena demi kesehatan kehamilanku yang masih sangat muda, aku dan Romi sama-sama sepakat untuk libur berhubungan badan, sampai kandunganku benar-benar kuat.Drrrtt... Hpku berbunyi
Edward memanggil,
"Selamat pagi, Pak." sapaku, terdengar aneh saat aku memanggilnya dengan sebutan Pak.
Biasanya, setiap pagi Edward telepon, selalu ku angkat dengan sapaan sayang, dan manja.
"Ara, aku ada di depan rumahmu." Ucap Edward di telepon,"Apa?" aku turun dari tempat tidur dan mengintip keluar jendela, terlihat Edward berdiri di depan pintu.
"Un-untuk apa Bapak ke rumah?" Tanyaku panik,
"Aku hanya ingin menjengukmu, dan memastikan kamu baik-baik saja." Jelas Edward,
"Aku baik-baik saja," aku berusaha meyakinkan Edward
"Lalu? Aku tidak dibukakan pintu?" Tanya Edward lagi, aku mendengus pelan,
"Aku sudah bersuami," jawabku pelan,
"Haha. Aku ke rumahmu untuk menjengukmu, bukan untuk yang lain. Dasar mesum!" Tawa Edward pecah. Karena rasanya aneh, bila ada atasan datang dengan sangat sengaja menjenguk sekertaris nya sendiri.
Mukaku memanas, aku ingat saat masih berpacaran dengannya, rumah kosong adalah moment paling ditunggu, karena itu kesempatan kami untuk bermesraan.
Dia masih seperti yang dulu. Bisikku dalam hati, ia sepertinya tau jam seperti ini Romi masih di kantor.Aku membukakannya pintu. Edward dengan jas biru dan kemeja cream membawa bucket bunga di tangganya,
"Apa kau sudah sehat?" Edward duduk tak jauh dariku,
"Sudah baikan, hanya butuh istirahat," Jawabku singkat, "duduk. Aku tidak ada waktu lama. Aku harus kembali istirahat." Ujarku berbohong,
"Selamat, aku dengar kau hamil?"Edward tersenyum,
"I.. Iya, darimana kau tau?"
"Grup rumpi di kantor sudah tau berita ini, haha.." tawa Edward pecah,
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Hamil
RomanceWarning 21++ (Bacaan dewasa!) Aku memilih Romi. Dia lelaki pilihan Ayahku. Sebenarnya aku masih sangat mencintai Edward saat ia dikenalkan Ayah, tetapi Edward yang tidak bisa menerima keadaanku, dan menghilang saat aku menghadapi keterpurukan...