Kehamilanku sudah menginjak minggu ke delapan belas, dari minggu ke minggu kehamilanku semakin membesar,
"Kamu terlihat cantik, sayang." Romi menatapku dari kepala sampai kaki. Aku tersenyum,
"Tapi perutku sudah mulai membuncit, dan payudaraku menghitam," aku mengelus perutku,
"Itu yang membuatmu sexy.."
bisik Romi di telingaku. jawaban Romi membuatku merasa tenang, karena perubahan fisik selama hamil cukup membuat ku merasa tidak seperti sebelumnya.Romi membukakan pintu mobilnya. Malam ini Romi mengajakku ke rumah Bu Rita. Bu Rita adalah partner sekaligus salah satu penanam saham terbesar di beberapa perusahaan Romi dan Papanya.
Bu Rita adalah pebisnis wanita yang sukses, Romi banyak menceritakan segala sesuatu tentangnya."Apa Bu Rita sudah punya anak?" tanyaku kepada Romi yang sedang mengendalikan mobil,
"Belum. Sudah lima tahun menikah, tapi belum ada keturunan.." jawab Romi,
Aku mengangguk mengerti,
"Ya sepertinya suaminya tidak segagah suamimu ini," Romi memicingkan senyum nakalnya,"Dasar kamu, " aku mencubit Romi. Romi tertawa,
"Hei, kamu membuat adikku mengeras!" protes Romi,
"Hanya dicubiiit, masa berdiriiii.." aku semakin gemas mendengar jawaban isengnya,
"Karena kamu begitu sexy hari ini,"
Jawab Romi. Aku tersenyum, malam ini aku memakai terusan berwarna gelap, payudaraku yang membesar ku biarkan sedikit terbuka, memberi kesan sexy, menurut Romi."Tapi sudah hampir dua minggu kamu tidak menyentuhku," aku memanyunkan bibirku.
Padahal seandainya Romi tau, nafsu seks ibu hamil bisa berkali-kali lipat dari biasanya. Itulah mengapa aku sempat terbuai dengan sentuhan Edward, aku benar-benar merasa bersalah pada Romi. Aku tidak akan mengulanginya lagi, itu janjiku padanya.
"Aku baca di artikel, kita gak boleh terus-terusan berhubungan seks sayang, tidak baik buat kehamilanmu."
Aku masih diam, fikiranku masih melayang di kejadian siang itu, di rumah Edward. Dan mengingat Edward, yang menahannya.
"Aku suka melihatmu memakai gaun ini, cantik sekali.."
Perkataan Romi kali ini juga sama seperti yang Edward katakan. Dulu Edward pernah mengajakku ke sebuah pesta ulang tahun, saat itu aku mengenakan gaun berwarna agak lebih terang dari yang ku kenakan malam ini,
"Apa aku cantik pakai gaun ini?" tanyaku saat itu,
"kamu pakai gaun apa saja tetap cantik, tapi aku tetap menyukaimu saat kamu tidak pakai baju." Edward menggoda.
Aku tersenyum mengingat jawaban nakal Edward.
"Kenapa kamu senyum-senyum, Ra?" tanya Romi, aku tersadar dari lamunan ku.
"Aku senang mendengar pujian mu.." jawabku berbohong.
"Kalau begitu teruslah menjadi wanita tercantik yang ku miliki.."
Tangan kiri Romi menggenggam tanganku. Aku tersenyum ke arahnya.
***
Aku dan Romi melangkah masuk ke sebuah rumah mewah, besar. Dari awal kami masuk, sudah di suguhkan ruang tamu dengan warna emas yang mendominasi. Semua interior rumah Bu Rita terlihat mewah dan mahal. Dari sofa, guci, lemari, dan yang lainnya. Aku takjub melihatnya.
Ibu Rita menyambut kami dengan senyum sumringah,Ibu Rita terlihat anggun malam ini. Dia mengenakan terusan merah marun. Badannya indah sekali, payudaranya besar, bokongnya padat. Ia terlihat begitu sempurna untuk wanita seusianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Hamil
RomanceWarning 21++ (Bacaan dewasa!) Aku memilih Romi. Dia lelaki pilihan Ayahku. Sebenarnya aku masih sangat mencintai Edward saat ia dikenalkan Ayah, tetapi Edward yang tidak bisa menerima keadaanku, dan menghilang saat aku menghadapi keterpurukan...