Prolog

713 149 103
                                    

Aku telah berhasil melewati jalan panjang yang berlubang untuk melupakamu.

Enam bulan sudah kulalui, aku tanpamu dan kamu tanpa ku.
Hari-hari ku terasa lebih ringan dibanding ketika kau memutuskan hubungan yang sebenarnya itu adalah kesalahan terbesarmu.

Hal ini adalah pengkhiatanan terbesar dalam sebuah hubungan, tetapi kau membantahnya dengan anggapan bahwa semuanya hanya salah paham. Siapa yang tidak merasa kecewa ketika kekasihmu diam-diam menduakanmu dengan sahabat mu sendiri?

Ada dua kekecewaan yang harus kutelan sendiri, mengetahui bahwa pacarku menduakan ku, dan orang ketiga dari hubungan ku adalah sahabatku sendiri.

Berlinang air mata, ketika malam itu aku melihat mu berkencan dengannya.

Bagian yang paling tidak dapat ku terima ketika mengetahui hal ini adalah sahabat terdekat ku yang ku kenal sedari kecil bisa tega melakukan ini kepadaku.

Ia terus-menerus meminta maaf kepadaku, menangis, sampai-sampai bertekuk lutut ingin mencium kaki ku. Semua penjelasan diungkapkan kepada ku agar ku percaya bahwa apa yang ku lihat malam itu tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan. Perdebatan yang cukup hebat terjadi antara aku, kamu dan dia.

Keduanya mencoba menenangkan ku dan mencoba menjelaskan bahwa semua ini salah paham. Tidak, hatiku telah hancur dan membantah bahwa semua ini hanya salah paham. Telah jelas sekali kau dengannya berkencan dan telah mengkhianatiku.

Dan hebatnya, dengan suara yang lantang dalam perdebatan itu, yang memutuskan hubungan itu adalah pacar ku. Bak petir yang menyambar di siang bolong.

Malam itu hatiku hancur, sangat hancur. Mata yang sembab, bantal yang basah, tatapan mata yang kosong. Diriku terlihat amat menyedihkan.

Sumpah serapah terlontarkan untuk pasangan yang tidak direstui olehku. Hubungan seperti itu tidak akan berjalan lama, paling hanya beberapa bulan saja, kata ku pada diriku sendiri.

Awalnya hari-hari ku tanpanya sangat berat. Ketika ku membuka mata dipagi hari hal yang pertama terlintas dalam pikiran ku adalah hal itu.

"Mengapa mereka tega melakukannya padaku?"

Pertanyaan pada diri sendiri yang kadang tak kusadari air mata berlinang begitu saja.

Namaku Alena, kelas 11 semester awal. Aku pengagum senja, musik, puisi, dan beberapa hal lainnya yang membuatku bahagia.



ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang