Maret

328 110 52
                                    

Pertemuan adalah suatu takdir yang tak pernah kita rencanakan

Langit sudah mulai terlihat usang, udara sepoi-sepoi yang rasanya enak sekali jika waktunya dipakai untuk tidur.
Suara klakson yang bising, polusi udara yang masih saja berlalu-lalang membuatku merasa sangat lelah, ditambah perut yang keroncongan ini.
Rasanya ingin melesat untuk pulang dan menyantap hidangan lezat Mamahku.

"Ay, lesu banget anak gadis Mamah" sambut Mamah kepadaku.

" Iya nih Mah, laper, pelajarannya tadi berat semua, udah gitu bus nya selalu lama kalau aku tungguin" jawabku sambil menggerutu.

"Ahaha kasian anak Mamah, yaudah ayo buruan mandi habis itu shalat baru makan" kata Mamah penuh sayang.

Aku bergegas kekamarku, lalu mandi dan mengikuti perkataan Mamah tadi. Setelah selesai mandi akupun langsung pergi ke meja makan.

"Mama udah makan?" tanyaku sambil mengambil makanan yang sudah disediakan "Udah ko" jawab Mamah.

"Mah, tadi pas aku mau berangkat kesekolah bus nya lama banget, pas aku nunggu ada yang ngajak aku bareng, aku udah setahun kan sekolah tapi aku ga pernah liat dia, dia bilang sih dia anak baru" aku membuka obrolan.

" Oh gitu, mungkin juga dia tinggal disekitar sini Len, yang Mamah denger sih emang ada yang baru pindah disekitar sini" sahut Mamah

Beberapa menitpun berlalu, aku beranjak ke kamar.

"Cowok tadi itu kelas berapa ya? Bisa-bisanya dia ngajak gue bareng, udah gitu gue mau aja lagi, ah udahlah mending gue belajar besok kan ada kuis kimia" kata Alena ke dirinya sendiri.

Beberapa menit ia belajar, ia malah tertidur. Karena mencerna makanan lalu disuguhi rumus kimia itu menyebabkan efek ngantuk sehingga ia tertidur pulas.

*Di sekolah

Alena sudah berada didalam kelas dengan semua teman sekelasnya, kecuali beberapa temannya yang hadir agak telat, setiap hari.

"Eh Len, lo tau ga anak baru yang keren itu yang baru pindah beberapa minggu kemaren?" tanya Zaskia

"Emangnya kenapa?" singkat Alena

"Ternyata dia jago nyanyi ya, kemarin gua ga sengaja liat di aula lagi latihan sama bandnya" kagum Zaskia

"Oh yaudah, biasa aja kali, disekolah kita juga kan emang banyak yang bisa nyanyi, kenapa lo kagum banget kayanya?" Sinis Alena

"Ya, iya sih. Tapi dia beda Len" sanggah Sazkia

"Yaudah terserah lo, lagian ga ada urusan sama gue oke Kia yang kecentilan" jawab Alena sambil meningglkan Zaskia

"Eh lo mau kemana? Maen pergi aja" kesal Kia

"Gue mau ke perpus bentar, pusing dengerin ocehan lo, dahhh" jawab Alena sambil melambaikan tangan

Tenang, damai, hening tentu sudah ciri khas perpustakaan. Aroma pengharum ruangan, dan tentu saja aroma buku, Alena sudah sangat hafal.

Ia senang membaca novel petualangan, motivasi, dan cinta, walaupun tidak terlalu. Ia tidak terlalu suka novel percintaan, menurut dia terlalu membosankan, menyedihkan, bahkan kadang menjinjikan. Tapi ia menghargai, ia tak suka bukan berarti ia harus membencinya. Lagi pula tidak semua novel percintaan itu membosankan.

"Baca apa ya, novel percintaan? Tapi apa yang seru ya, ah kenapa gue bingung gini" Alena bingung dan sedang mencari novel yang menurutnya seru di rak buku

"Yaudah ini aja deh, baca dulu aja kali aja seru" putusan Alena kepada dirinya untuk memilih buku di rak itu, tetapi seperti ada sesuatu yang menahan dari sebrang sana, yang membuat ia kesulitan menarik bukunya.

ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang