5

1.1K 93 4
                                    

Gia memasukkan mobil ke garasi rumahnya. Mematikan mesin Honda jazz kesayangannya, mengambil tas dan buku dari bangku samping lalu keluar mobil. Penampilan Gia udah acak-acakan. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai tapi kusut di beberapa bagian, nggak rapi sama sekali.  Wajahnya yang lelah sudah kucel dan berminyak. Kemeja merah dengan motif bunga-bunga yang digunakannya sudah kusut di sana-sini. Akhirnya setelah seharian mengbiskan waktunya di kampus, Gia sampai juga di rumah. Ada 3 mata kuliah hari ini, membuat otaknya lumayan panas. Berbeda dengan waktu dia masih duduk di bangku sekolah, Gia hanya perlu duduk dan semua materi pelajaran akan diberikan oleh gurunya. Sekarang Gia harus mengeksplore segala sesuatunya sendiri. Dosen hanya memberikan sedikit gambaran tentang materi yang diberikan. Sisanya akan ada diskusi antar mahasiswa. Jadilah baru mulai kuliah, tetapi tugas Gia pun sudah menumpuk.

Saat Gia akan masuk ke dalam rumah, mata Gia menatap ke seberang jalan. Tepatnya di rumah Restu, tetangga barunya. Rumah yang bentuknya mirip dengan rumahnya. Rumah 2 lantai dengan halaman mungil tanpa pagar pembatas. Bedanya, di rumah Gia halaman mungilnya ada kolam ikan berisi 5 ekor ikan emas koi sebesar genggaman tangan orang dewasa sedangkan rumah Restu nggak ada. Di teras tetangganya itu, Gia melihat seorang anak lelaki berusia 10 tahun memakai celana pendek coklat dan kaos putih bertuliskan 'I love my Dad'. Kalo nggak salah namanya Gavin. Gavin sedang bermain robot. Sendirian.

"GAVIN," teriak Gia memanggil Gavin sambil melambaikan tangan. Nggak lupa Gia memasang senyum lebar terbaiknya.

Gavin yang merasa ada yang memanggilnya menghentikan kegiatannya. Dia mencari asal suara. Saat menemukan Gia melambai di seberang jalan, Gavin diam. Matanya tajam menatap Gia. Nggak lama Gavin bangkit dari duduknya lalu pergi masuk ke rumah dan membanting pintu. Gia kaget dengan respon yang didapatnya.

"Lah dipanggil bidadari kenapa jadi ketakutan. Gue berasa jadi nenek sihir aja kalo gini," keluh Gia lalu masuk ke rumah. Gia lupa kalau penampilannya sekarang berantakan mirip nenek sihir.

Gia masih heran dengan sikap Gavin. Sejak pertama melihat, saat Restu dan Gavin memperkenalkan diri semalam, Gia merasa ada yang aneh dengan anak lelaki itu. Tubuhnya kurus dan tinggi. Rambutnya pendek dan selalu rapi. Matanya tajam nggak bersahabat. Hidungnya mancung dengan bibir tipis yang bergelombang. Mirip bibir Restu. Gavin nggak bisa dibilang jelek. Sebaliknya, dia anak yang ganteng. Ah Gia baru sadar kalau belum bertemu mamanya Gavin. Mama Gavin pasti wanita yang cantik, karena Gavin pun ganteng.

Gia yang suka dengan anak kecil terpesona dengan kegantengan Gavin. Sayangnya Gavin menunjukkan sikap enggan berteman sejak awal. Membuat Gia penasaran. Anak kecil mana yang nggak bisa luluh dengan Gia? Sikap ramah dan berisiknya Gia membuat anak-anak menjadi senang berada di dekatnya. Gia punya berbagai ide kreatif untuk mengajak anak-anak bermain. Kadang Gia bahkan mau repot-repot membuat mainan sendiri untuk anak-anak yang diajaknya bermain. Belum lagi Gia pandai bercerita. Nggak hanya dongeng terkenal macam si kancil atau Cinderella saja yang dihapalnya, Gia bahkan sering mengarang ceritanya sendiri. Cinderella memelihara kancil misalnya. Coba anak kecil mana yang bisa menolak Gia?

"Eh udah pulang Gi," sapa bunda yang sedang asik membaca buku di ruang keluarga.

"Halo kanjeng ratu. Sendirian aja. Pak bos mana?" Sahut Gia lalu duduk di samping bunda.

"Ayah belum pulang. Ada meeting dulu, jadi telat pulangnya," jawab bunda menutup buku lalu meletakkannya di atas meja.

"Sibuk mulu berasa orang penting aja," komentar Gia. "Bunda udah ketemu tetangga baru belum?" Tanya Gia.

"Belum ketemu, cuma baru liat doang," jawab bunda. "Kenapa?" Tanya bunda yang penasaran.

"Anaknya aneh deh. Masa Gia yang mirip bidadari gini manggil malah takut. Dikira Mak lampir apa ya?" Sungut Gia sambil cemberut.

Bunda tertawa.

"Ih kok malah ketawa sih?" Gia makin cemberut.

"Baru sekali ditolak cowok ya? Nyesek banget pasti rasanya," ejek bunda setelah tawanya reda.

"Eh iya juga. Ternyata sakit ya ditolak cowok tuh. Gia bisa depresi nih," sahut Gia sambil memegang dadanya dan pura-pura sakit.

"Kejar terus. Ntar juga luluh sendiri," kata bunda memberikan saran.

"Bunda tau sendiri, Gia ini nggak gampang nyerah. Gia pasti bakal dapetin hatinya Gavin," Gia mengiyakan saran bunda dengan penuh percaya diri.

"Kalo udah anaknya baru deh bapaknya," celetuk bunda sambil mengedipkan mata kirinya.

"Eh maksudnya gimana nih? Masa Gia disuruh deketin suami orang? Bisa jadi pelakor dong nanti. Bisa dilabrak istri sahnya. Terus heboh masuk akun IG lambe-lambean. Abis itu dihujat netijen. Bisa jadi suram masa depan Gia dong. Bunda mau?" Sahut Gia panik membayangkan hujatan pedas dari netijen yang sering kelewat batas.

Bunda menggeleng melihat tingkah Gia. "Katanya mau punya pacar lima langkah?" Bunda mengingatkan keinginan Gia beberapa hari lalu.

"Tapi kan nggak gini juga kali Bun. Gia masih punya hati nurani. Nggak mungkin lah Gia nyakitin hati sesama wanita. Gia juga ogah kalo suami Gia digodain cewek lain. Bakal Gia kasih sambel itu matanya. Pedes pedes deh tuh. Suruh siapa godain suami Gia," kata Gia panjang lebar.

"Suami yang mana? Nikah dulu baru punya suami," sindir bunda.

"Oh iya. Boro-boro suami, pacar aja nggak punya. Nasib deh jadi jomblo bahagia," sahut Gia pura-pura sedih.

"Lho senior galak kemaren gimana? Siapa sih namanya? Kok bunda belum pernah denger namanya. Masa panggilannya senior galak terus?" Bunda bertanya tentang Hugo.

"Bang Hugo Bun. Namanya Hugo. H U G O. Hugo," jawab Gia.

"Nggak jadi jatuh cinta sama dia?" Bunda mulai usil.

"Ih bunda mau punya menantu mulutnya pedes mirip seblak level 10 emang? Bikin perut sama hati panas lho. Bisa diare nanti," omel Gia sebel.

"Ya kalo Gia cinta, bunda bisa apa?"

"Apaan cinta? Dikira cerita FTV. Baru sehari ketemu bisa jatuh cinta. Receh banget cerita cinta Gia." Gia manyun.

Bunda tertawa mendengar keluhan Gia.

"Mandi dulu sana. Bau asem nih. Abis itu makan sama bunda. Bunda udah masak acar bandeng tuh," perintah bunda mengalihkan pembicaraan.

"Wah nggak boleh ditolak nih. Siap laksanakan!" Seketika Gia kembali semangat. Lupa beberapa detik sebelumnya dia sebel sama bunda. Murah memang buat ngerayu Gia. Cukup tawarin makanan enak. Dan voila. Gia akan lupa segala sesuatu yang membuat suasana hatinya nggak enak.

Gia bangkit dari duduknya, mencium pipi kiri bunda sebentar lalu pergi menuju kamarnya di lantai dua. Bunda hanya menggeleng sambil tersenyum melihat ulah anak gadisnya itu

Bersambung

Yuhuuuu...
Ada yang nungguin nggak?
Nggak ada?
Ya udah gue yang nungguin kalian aja deh kalo gitu.
*Mojok sambil ngopi

Ini nenek sihirnya Gavin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini nenek sihirnya Gavin.

Vote and comment boleh banget lho

Love by Choice (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang