13. Dark Past

280 35 13
                                    

"Hehe... antarkan aku pulang! Oke?" Sowon menangkupkan kedua telapak tangannya.

"Tidak! Pergi kau!" Seokjin berjalan meninggalkan Sowon.

"Hei! Antarkan aku pulang dulu!" teriak Sowon memanggil Seokjin.

Lelaki itu terus berjalan menuju kafe tanpa menghiraukan panggilan-panggilan Sowon. Di dalam kafe, sudah disuguhkan segelas kopi dengan disertai uap. Seokjin menyeruput kopinya sambil melihat ke arah Sowon. Ia tersenyum melihat tingkah Sowon yang masih kekanak-kanakan. Gadis itu mengacak rambutnya sambil merengek di pinggir jalan. Bahkan, ia berdiri di tengah jalan sambil merentangkan tangan seolah-olah hendak menghentikan kendaraan yang melintas. Tanpa disadari, ternyata Taehyung memperhatikan Seokjin yang sedang terkekeh.

"Hei, hyung! Kalau kau menyukainya, kenapa tidak ungkapkan langsung?" ucap Taehyung membuyarkan pandangan Seokjin.

"Mengungkapkan? Untuk apa? Aku tidak menaruh rasa padanya. Lagipula, jika aku dan dia bersatu, yang ada hanya debat setiap hari."

"Buktinya, kau terus menatapnya." lanjut Taehyung menggoda.

"Menatap bukan berarti suka, kan? Sudahlah, kau ini masih anak kecil," ucap Jin.

Saat Seokjin menoleh, Sowon tak lagi menggembel di jalanan itu. Yang ada hanyalah jalanan sepi dengan rumput bergoyang di tepi jalan.

||||||

Hari semakin sore membawa warna ke langit Seoul menjadi oren.

"Asem!" ucap Yoongi ketika mencium ketiaknya. "Ayo pulang! Aroma kita sudah seperti pantat buaya!" sambungnya.

Ngomong-ngomong, apakah pantat buaya itu asem?

Yang lain menyetujui dan segera menuju mobil. Seokjin mengambil posisi di belakang kemudi. Sedangkan yang lain berebut ingin duduk di depan dengan alasan tidak mau berdesakan. Mereka sengaja menyetel musik keras-keras dan karaoke sembari menghilangkan penat.

Saat sampai di perempatan, Jin menurunkan Jungkook, Hoseok, dan Jimin. Seokjin sengaja mengamati mereka sebelum sampai di apartemen untuk memastikan mereka selamat. Namun-

"Hei, Seokjin tomang! Kau harus ke arah kanan dulu!" ucap Sowon tiba-tiba.

Spontan Seokjin, Yoongi, Taehyung, dan Namjoon melongok lewat jendela mobil. Tampak kepala dengan rambut cokelat panjang menjulur dari bak bagian belakang mobil.

"Apa yang kau lakukan di sana? Cepat turun!" teriak Seokjin.

"Tidak, kau harus antarkan aku dulu! Tinggal belok ke kanan, lurus terus, belok kiri, rumah nomor 5! Dekat!" lanjut Sowon kesal.

"Kalau sedekat itu, kenapa harus diantar? Pulang sendiri!" ucap Jin.

"ANTAR PULANG!" rengek Sowon sambil mengeluarkan air mata.

Mereka saling tatap. Rengekan keras dari Sowon itu bisa saja mengundang warga apartemen yang merasakan kebisingan.

"Sudahlah, hyung! Antarkan saja dia! Mungkin kakinya yang kurus itu mudah lelah," ucap Taehyung.

Jika Seokjin salah atau emosinya tiba-tiba memuncak, Taehyung yang selalu menenangkan dan menasihatinya. Taehyung selalu menjadi contoh bagi kakak-kakaknya dan juga Jungkook. Lelaki itu yang selalu meluluhkan hati Seokjin.

"Baiklah, baiklah! Ah, dasar kau ini!"

Seokjin mengarahkan kemudinya yang membuat Sowon mengusap air matanya dan mengganti raut sedihnya dengan senyuman.

"Terima kasih, Seokjin tomang!" ucap Sowon sambil menjulurkan lidah dan berjalan masuk ke rumahnya.

"Aissh, dasar gadis penggaris!" Seokjin melajukan mobilnya.

"Ah, hyung! Apa itu tadi panggilan kesayanganmu darinya? Seokjin tomang," goda Namjoon.

"Benar, kau juga memanggilnya gadis penggaris. Wah, hyungku sudah mulai tidak beres! Harus diselidiki!" timpal Yoongi.

"Apa-apaan? Itu hanya panggilan sebagai rival saja, mungkin," sanggah Seokjin.

"Benarkah?"

"Hei, hyung! Apa panggilan penggaris itu juga kau tujukan padaku? Aku juga tinggi dan ramping, kan?" ucap Namjoon dengan wajah konyolnya.

Taehyung, Yoongi, dan Namjoon hanya tertawa. Sedangkan Seokjin mulai sebal dengan candaan adik-adiknya itu.

EUNHA POV

Siang ini, aku bertemu kakak sepupuku di gerbang sekolah saat aku dan Sowon tengah berjalan bersama. Kakak sepupuku menawari tumpangan motor kepadaku, tentu saja aku langsung menerima tawarannya. Sowon mengirimiku pesan kalau dia akan naik ojek saja. Namun, sepuluh menit kemudian, dia mengirimiku pesan lagi dan mengatakan bahwa ban motor yang ditumpanginya kempes. Aku tertawa membaca kalimat yang dikirimkan Sowon. Betapa malangnya nasib sahabatku saat ini!

Saat tiba dirumah, aku melakukan kegiatan seperti biasa. Aku ingat kalau ada tugas yang belum kukerjakan. Aku pun membuka laptopku dan mengerjakan tugas yang belum selesai. Sore hari pun datang membawa kantukku. Beberapa kali kepalaku hendak terjatuh dan mataku terasa berat.

"Eunha!" panggil Ibuku dari luar kamar. Ibu membuka pintu kamarku dan duduk di sebelahku, tepatnya di atas tempat tidurku.

"Eunha, Ibu ada urusan mendadak di rumah Nyonya Lee. Ibu sudah masakkan bulgogi dan spicy sphagetti, ada juga ramen di dapur, kau bisa membuatnya. Kemungkinan besar, Ibu akan pulang larut malam nanti. Jadi, kau jaga diri baik-baik, ya! Baiklah, Ibu akan berangkat sekarang. Sampai jumpa!" ucapnya, lalu mencium kepalaku sebelum beranjak keluar kamar.

Ketika Ibu masuk ke kamarku tadi, dia sudah berdandan dan berpakaian rapi. Ibuku termasuk sebagai pengurus kelas di sekolahku. Jadi, dia disibukkan dengan kegiatan ini-itu. Sebenarnya, ketika Ibu mengatakan pulang sampai larut, jantungku berdegup kencang. Aku akan seorang diri di rumah yang lumayan luas ini. Ayahku meninggal karena kecelakaan pesawat tiga tahun lalu. Sedangkan aku anak tunggal. Aku akan kesepian. Aku sangat takut dengan hal-hal semacam hantu. Apalagi, tetangga sebelah sering menonton film horor dengan suara keras. Aku pun berniat menghubungi Sowon supaya dia menemaniku di rumah. Akan tetapi, rumah Sowon juga pasti bakal kosong. Jadi, kuputuskan sendiri di rumah saja, aku meyakinkan bahwa tidak akan ada apa-apa.

Aku tahu nasibku dengan Sowon hampir sama. Namun, aku bersyukur aku masih memiliki seorang Ibu, malaikat tak bersayapku. Sedangkan Sowon, ia hanyalah anak sebatang kara. Tidak ada yang ingin menjadi walinya sebelum ibuku bersedia mewakilinya. Aku membujuk ibuku sekuat tenaga. Sowon adalah anak kedua setelah kakak laki-lakinya. Ayah dan Ibunya bercerai setelah percekcokan sepele. Ayahnya meninggal setelah bercerai karena perbuatannya hanya mabuk dan menggoda wanita lain. Akhirnya, dia dipukuli oleh segerombolan bandit saat mabuk. Sedangkan kakaknya ikut ibunya pergi. Seingatku, itulah cerita Sowon. Sowon hanya tinggal sendiri, biaya apapun yang ia perlukan, akan keluargaku tanggung. Sebenarnya, itu tak masalah bagiku dan Ibu. Hanya saja, Sowon sering menangis karena takut merepotkan keluargaku.

^^^^^^^

Hay guys...

😭😭😭😭😭 sorry ya ceritanya jadi pendek. Sebenernya cerita ini lebih bagus dan banyak sebelumnya. ~eh masa?👀😅~ Tapi waktu aku buka, ceritanya hilang. Aku terpaksa ngarang lagi, deh. Kok bisa gitu, ya? Author juga banyak lupa di chapter ini ceritanya apa aja dan bagaimana. Sumpah, waktu tahu ceritanya hilang pengen nangis 😢. Soalnya GFriend BTS udah is my life bener-bener. Terutama Sowjin.

Vote dan comment deh biar semangat author kambek! Terus kedepannya gimana nih menurut kalian cerita selanjutnya? Apakah akhirnya sad atau happy?

Ok sekian dan matur tengkyu...

Eh bentar deh numpang nangis lagi 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
Udah ah capek mencetnya, bye 🖐

Faceted Love [SOWJIN ^ EUNKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang