What's Wrong With Jin?

178 22 0
                                    

Sowon menambah deraskan tetesan air matanya dan menunduk. Seketika raut muka Jin mendadak sedih dan khawatir. Jin mendekati Sowon dan menghapus lembut air bening di pipi Sowon. Jin menangkupkan kedua tangannya pada pipi Sowon dan membuatnya menatap manik matanya. Jin tersenyum dan...

Cup~

Bibir Jin mengecup kening Sowon, perbuatannya malah mengundang air mata Sowon dan tergenang di pelupuk matanya. Sowon terpaku, tubuhnya tak bisa digerakkan, sepertinya malah sudah mati rasa. Jantungnya yang berdetak kencang terasa ingin meledak. Wajahnya panas dan dia merasa sepasang rona merah muncul di kedua pipinya.

Jin melepaskan kedua tangannya dari pipi Sowon dan tersenyum kembali. Kini wajah datar itu terlah tergusur oleh ekspresi bahagia dari dalam hatinya.

"Sowon, sebentar lagi bel berbunyi dan lapangan ini akan terisi. Jadi, ayo kita ke kelas bersama!" tawar Jin.

Sowon terdiam. Tubuhnya bagai patung dan gelinang air matanya tak henti keluar. Matanya terus menatap Jin tak percaya. Jin yang menyadari gelagat Sowon segera menyahut pergelangan tangannya dan berjalan keluar lapangan. Sowon hanya bisa berjalan di belakang tubuh jangkung itu.


::::::



Mata Eunha berkeliling untuk mencari orang yang sedari tadi tak ia temukan. Padahal, Eunha sudah berada di kelas dan duduk di kursi selama lebih dari 15 menit. Eunha hanya bisa cemberut dengan kelakuan temannya. Beberapa kali Eunha bergumam sendiri dengan sedikit cacian untuk Sowon.

Seseorang duduk di belakang kursi Eunha dan menatapnya dengan tatapan manja. Eunha yang menyadarinya segera menoleh dan melihat seekor kelinci duduk di kursi belakangnya.

"Yak! Kenapa menatapku begitu?" tanya Eunha kalap.

Segera wajah manjanya itu berubah menciut dan menjadi sedia kala.

"Ekhm... begini, aku melihatmu dari tadi bicara sendiri. Aku takut kalau nanti kau mendadak gila, jadi aku berniat menemanimu mengobrol." jawabnya santai.

"Oh... " balas Eunha.

Eunha melemaskan tubuhnya dan menatap keluar kelas dengan tatapan lesu. Sesekali dia membuang napasnya kasar karena tak kunjung mendapati teman sebangkunya.

"Kenapa kau terlihat begitu sayu?" tanya Jungkook.

"Aku mencari Sowon. Kata Jimin, Sowon ada urusan denganku, tetapi dia menghilang sekenanya. Dasar bambu!" ujar Eunha sambil menopang kepalanya dengan sebelah tangan.

"Kau sudah mencarinya?"

"Tentu saja, bagaimana mungkin aku diberi harapan palsu? Aaargh... aku bisa gila kalau dia main-main begini." rengek Eunha.

"Kan Sowon bisa mengatakan urusannya padamu nanti saat kalian bertemu. Kenapa risau?" tanya Jungkook lagi.

Eunha menoleh dan menatap Jungkook tajam. "Kau ini bisa diam tidak, sih? Mengacau saja!"

Jungkook semakin menciut mendengar teguran Eunha yang begitu menusuk. Ditambah para hyungnya menertawai dengan puas.

"Yak! Aku kan cuma bertanya agar kau ada teman berbicara. Masa aku yang imut begini dibentak-bentak?" rengek Jungkook.

"Argh... sebaiknya kau diam. Enyahlah kau dari muka bumi!" teriak Eunha lalu menidurkan kepalanya di atas meja.

Jungkook mengurungkam niatnya untuk lebih banyak mengobrol dengan singa betina itu dan memilih kembali ke gerombolan gengnya. Saat tiba di kursinya, Jungkook hanya disambut dengan tawa-tawa menggelegar bagai suara petir di siang bolong.

"Hyuuuung... berhenti menertawaiku! Aku ini sedang suntuk, malah menari di atas penderitaan kelinci imut." rengek Jungkook.

"Hahahaha... dasar dramatis!" ucap JHope.

Tawa mereka terhenti seketika saat melihat seorang gadis dan juga seorang lelaki berjalan bersama menuju ke dalam kelas. Bahkan Jimin, JHope, dan V sesekali mengucek matanya untuk memastikan apa yang mereka lakukan. Mereka bergandengan tangan. What?

Eunha terbelalak memandang temannya yang tak lepas dari genggaman lelaki di sampingnya, Jin. Ia mengantarkan Sowon sampai di kursinya dan menyuruhnya duduk dengan lembut bak sepasang kekasih.

"Aku ke tempatku dulu, ya. Dah Sowon... " ucap Jin sambil berjalan disertai lambaian tangan untuk Sowon.

Tak disangka, Sowon juga membalas lambaian Jin dengan senyum yang membuat Eunha dan anak buah Jin melongo karenanya. Jin duduk di kursinya dan menghela napas kasar. Tampak wajah berseri dan senyum puas pada ekspresi Jin.

"Yak, hyung! Apa yang kalian berdua lakukan? Kenapa tadi berpegangan tangan? Apa kalian menjalin suatu hubungan? Dan ada apa dengan raut wajahmu?" tanya V.

"Yang mana yang harus kujawab lebih dulu?" tanya Jin remeh.

"Semua!" jawab V.

"Pertama, tidak terjadi apa-apa dengan kami. Kedua, karena aku yang menggandengnya terlebih dahulu. Ketiga, aku tidak menjalin hubungan apapun dengannya. Keempat, karena aku sedang senang. Puas?" jelas Jin.

"Senang dalam hal apa kau?" tanya Suga dingin.

"Senang karena... sudahlah, lupakan saja!" jawab Jin.

"Tidak bisa, hyung!" kata V menaikkan nada bicara.

"Hey, tenang... tenang... Kau tidak boleh terbawa emosi, brother!" ucap JHope menjauhkan tubuh V dari Jin.

Jin hanya tersenyum miring dan terus menatap ke arah Sowon yang tengah berbicara pada teman sebangkunya.

::::::

"Jelaskan sekarang juga!" ucap Eunha.

"Baik... baik... Begini, tadi aku memang menyuruh Jimin untuk mencarimu karena kau hilang tiba-tiba. Saat aku menunggu, Jin datang dan membawaku ke lapangan basket. Ternyata... " Sowon tak melanjutkan kalimatnya.

"Apa? Katakan dengan jujur!" ucap Eunha kesal.

Sowon hanya bisa cengar-cengir. Kemudian, bel berbunyi menandakan waktunya pelajaran kembali. Sowon pun berniat bercerita saat pulang sekolah saja karena mungkin selekasnya guru killer akan melangkah memasuki ruangan itu.
























::::::










Begitu cepat pelajaran berakhir dan bel memekakkan telinga para murid. Segera guru keluar dari ruang kelas diikuti murid-murid. Sowon masih memasukkan beberapa buku tebalnya ke dalam tasnya. Eunha yang tak sabar ingin mendengarkan kisahnya malah sudah pergi karena lagi-lagi dijemput sepupunya.

Sowon ingat kalau hari ini ada giliran piketnya. Sowon mendapat jatah membersihkan papan tulis yang ada dua jenis, yaitu blackboard dan whiteboard.

"Sowon, aku pulang dulu, ya! Lagi pula lantainya sudah bersih." ujar Jiho berlari keluar kelas.

"Yak! Sapu dulu!" teriak Sowon dari dalam.

Sia-sia, semua yang piket kabur duluan dan menyisakan Sowon. Sowon menghela napas kasar dan kembali membersihkan papan tulis. Merasa papan tulis hitam sudah bersih, Sowon berjalan ke arah papan tulis putih.

Brakk...

Sowon menoleh ke arah sumber suara. Seorang lelaki menutup pintu dan mengurung dirinya bersama Sowon di dalam kelas. Walau Sowon tahu bahwa sebenarnya pintu tidak dikunci benar-benar, tetapi Sowon tetap merinding melihat raut wajahnya.

"Jin? Mau apa kau menutup pintu kelas? Kenapa kau belum pulang?" tanya Sowon canggung.

Jin tersenyum ke arah Sowon dan berjalan mendekati Sowon sama seperti di lapangan basket tadi siang. Sowon pun mundur dan sangat sial karena lagi-lagi tubuhnya terhalang meja guru. Sowon terkejut saat Jin sudah tepat di hadapannya.

"Jin, mau apa kau? Menjauh!" ucap Sowon.

"Kenapa sikapmu berubah? Kau tidak seperti siang tadi. Ceria, selalu tersenyum, riang, lalu sekarang kenapa malah begini?" tanya Jin sinis.

"A... apa urusanmu?" jawab Sowon terbata.

Jin menunjukkan smirknya dan lebih mendekat kepada Sowon.



^^^^^^^^^

Votenya dong, author juga butuh suara kalian dong kalo menurut kalian bagus. Follow juga ya...

Faceted Love [SOWJIN ^ EUNKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang