Aku tak mau kehilanganmu seperti kehilangan yang lain.
Kau tau betapa sakitnya itu?
Cobalah kau curahkan garam tepat pada biji matamu, rasakanlah!Aku temanmu
Aku harap selamanya begitu
Aku harap aku masih jadi tempatmu berbagi
Walau aku tak bisa di sisimu lagiDisepanjang waktu ada sejuta rindu,
Walau notifikasi ponselku tak pernah mengingatkanku tentang kabarmu
Dibalik candaku ada beribu rasa ingin tau,
Meski kau tak pernah begitu memperhatikannya,Siapakah aku di benakmu?
Siapakah aku sehingga kau hanya tersenyum padaku?
Apakah aku sahabatmu?
Apakah dalam situasi seperti ini aku boleh memilihmu untuk kucintai?
Hanya dalam hati?
Bolehkah?
Demi pertemanan ini?Ah sudah, terlambatlah
Tidak kuasa menggetah
Rindu yang meletup
Mendobrak hati yang tertutup
Kau pecahkan dengan satu kalimat
Yang menjawabku tak dengan hikmatAh tak peka,
Aku sahabatmu,
Tapi hati ini egois,
Dan kau tak mengerti,Tembok pertahanan hatiku sudah mulai runtuh,
Kau yang memulainya,
Dengan menerima perempuan yang lain,
Yang bisa kau temui setiap hari,
Bolehkah kunyatakan perasaan ini?
Tapi hati ini egois,
Ingin memilikimu,
Tapi tak untuk kehilanganmu,
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Empat Musim
JugendliteraturDari seseorang yang tidak sempat mengutarakan rasa, kepada dunia yang mungkin ikut merasakannya