Match Maker #8

1K 100 5
                                    

Hari ini, tak henti-hentinya siswa laki-laki dari penjuru kelas lain datang ke kelas XI IPA 3. Seperti yang kita ketahui, setelah tersebar berita adanya siswi baru yang digadang-gadang akan menjadi primadona SMA Nusantara, kelas XI IPA 3 selalu menjadi incaran para siswa laki-laki pada jam istirahat.

Mereka semua datang untuk menemui Kara, si calon primadona sekolah.

Audra, selaku anggota osis pun, geram sendiri dengan tingkah para siswa yang terlalu lebay menurutnya. Hari ini saja, entah sudah berapa banyak siswa yang mengapeli Kara. Telinganya sampai panas karena mendengar rayuan maut dan gombalan dari beberapa siswa yang ditujukan untuk Kara.

Dan, Audra perhatikan juga, Kara sebenarnya tidak nyaman dengan kedatangan para cowok itu setiap harinya. Audra lihat, Kara sebenarnya agak risih. Tapi, berhubung ia siswi baru, Kara sepertinya masih takut untuk tidak menerima kehadiran mereka.

Ya, bisa dibilang, Kara masih menjaga image supaya dia juga banyak teman di sini. Wajar saja, namanya juga siswi baru.

Tepukan di bahu Audra dari arah belakang membuatnya menoleh. Ia berdecak saat melihat Deni, yang kemudian langsung duduk di sebelahnya.

"Dari mana lo?" tanya Audra pada sahabatnya yang kini sudah menyesap habis es jeruk miliknya.

"Lapangan."

Dahi Audra berkerut samar. "Ngapain?"

"Liat bidadari lagi latihan cheers." jawab Deni lagi. Yang direspons dengan tatapan bingung dari Audra. Oh, Deni lupa, sahabatnya ini belum tahu siapa bidadari yang ia maksud.

"Kara, Dra. Primadona baru sekolah." lanjut Deni lagi karena mengerti maksud tatapan Audra.

Audra menghela napasnya dan memutar kedua bola matanya. Bahkan, sahabatnya pun menjadi bagian dari kumpulan para cowok yang rajin mengapeli Kara.

"Kurang kerjaan banget sih, lo." cibir Audra tak suka.

Bukannya marah karena Audra bicara seperti itu padanya dengan nada ketus, Deni malah tersenyum jahil pada sahabatnya itu. "Halah, bilang aja lo mau ikutan."

"Maaf maaf nih ye, tapi gue sih mendingan disuruh cebokin kambing daripada ngejer-ngejer tuh cewek."

Deni tak bisa menahan tangannya untuk tidak menoyor kepala Audra saat ini juga. "Sombong lo, tai!" katanya diiringi kekehan.

Audra hanya tertawa kecil sambil memakan kembali sisa batagornya di piring. Setelah batagor itu masuk semua ke dalam perutnya, Audra kembali memesan es jeruk pada ibu kantin, karena es jeruk miliknya tadi sudah dihabiskan oleh sahabat kampretnya.

Audra meminum es jeruknya dengan tenang seolah menikmati tiap tetes minuman itu masuk ke tenggorokannya.

"Dra, biasanya kan, kita suka sama orang yang sama. Tapi, giliran gue suka sama Kara, kenapa lo juga nggak suka?" tanya Deni. Membuat Audra menghentikan kegiatannya meminum es jeruk.

Audra menaikkan sebelah alisnya. "Ntar gue tikung, lo ngambek lagi." ledeknya seraya mengingat kejadian sekitar tiga bulan lalu yang terjadi pada dirinya dan Deni.

Kejadian di mana mereka menyukai perempuan yang sama. Di mana keduanya pun harus sama-sama mengalah demi persahabatan. Audra, yang memang disukai oleh cewek itu pun memilih untuk meninggalkannya. Ia lebih menghargai persahabatannya dengan Deni.

Sedangkan Deni, ia pun tak lantas memusuhi Audra sejak kejadian itu. Malahan, karena kejadian itu, persahabatan mereka semakin bertambah kuat.

Bagi keduanya, masalah seperti itu sudah bukan hal yang aneh lagi. Entah kebetulan atau bagaimana, mereka kerap kali menyukai perempuan yang sama. Mereka juga kerap berdebat untuk merebutkan perempuan yang mereka incar itu, namun tetap saja, mereka masih meletakkan persahabatan di atas segalanya.

Match MakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang