Match Maker #12

976 80 5
                                    

Aroma khas toko buku menyeruak di indra penciuman Audra dan Kara ketika memasuki toko buku. Kara langsung menuju salah satu rak di bagian tengah untuk menjadi benda
incarannya.

Sedangkan Audra, cowok itu mengekor di belakang Kara. Kara terlihat sangat bersemangat kala matanya menatap jajaran sketch book dengan beragam
ukuran di rak. Ia mengambil salah satu sketch book berukuran tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu kecil.

"Gue kira lo ke sini mau beli novel atau komik." Audra berujar dengan tubuh yang ia senderkan pada rak di depan Kara.

Cewek itu tersenyum kecil. Senyum yang membuat para cowok SMA Nusantara mabuk dan masuk dalam pesonanya. "Bukan. Gue nggak suka baca kayak gituan."

Audra mengangguk paham dengan ucapan Kara. Ia pun ikut-ikutan melihat beberapa sketch book lain.
"Lo suka gambar?" tanya Audra lagi.

Kara mengangguk. "Hobi selingan aja sih kalo lagi bete."

"Oh ya? Gambar apaan?"

Kara menaikan kedua bahunya. "Anything. Tergantung mood gue."

Setelah menemukan sketch book yang diinginkannya, Kara kemudian bergeser ke rak di sebelah, di mana terdapat kuas, cat air, dan seperangkat alat mewarnai lainnya. Audra ikut
berjalan di belakang Kara yang sudah berjalan lebih dulu.

"Menurut lo, bagusan yang mana?" tanya Kara sambil menunjukkan dua jenis pensil warna dengan merk berbeda di kedua tangannya.

"Yang ini." Audra menunjuk pensil warna yang berada di tangan kanan Kara. "Isinya lebih banyak." lanjutnya. Yang dibalas dengan kekehan oleh Kara.

"Percuma isinya banyak kalo kualitasnya nggak bagus." Audra tertawa kecil.

Tangannya usil melihat-lihat berbagai macam krayon di rak yang berada
di belakang Kara. "Lo kenapa nggak masuk klub seni rupa aja, Ra?" tanya Audra akhirnya.

Pasalnya, ia juga sudah penasaran. Kalau Kara hobi menggambar, mengapa cewek itu tidak masuk klub seni rupa di sekolahnya saja?

"Kan gue udah bilang, gambar itu cuma hobi selingan gue." ujar Kara mencoba mengingatkan Audra akan kalimat yang ia ucapkan sebelumnya. Audra membalas dengan cengiran khasnya.

Setelah memilih pensil warna dan sketch book yang akan dibeli, keduanya kemudian melangkah menuju kasir untuk membayar.

Saat Kara hendak menyerahkan uang kepada petugas kasir, Audra juga melakukan hal yang sama.

"Pake yang ini aja, Mba." ucap Audra pada petugas kasir tersebut.

"Eh, nggak usah, Mba. Yang ini aja." serobot Kara kemudian. Petugas kasir itu pun dibuat bingung oleh keduanya.

"Jadi, bayar pake uang siapa, Mas, Mba?"

"Uang saya, Mba." sahut Audra dan Kara bersamaan. Keduanya kemudian saling tatap untuk beberapa detik. Sebelum kemudian Audra kembali menatap petugas kasir dan menyodorkan uangnya.

"Pake uang saya aja."

Kara menghela napas pasrah. Mengapa cowok ini begitu keukeuh ingin membayarinya sih. Padahal, mereka belum kenal dekat. Dan juga, yang belanja kan, Kara. Jelas saja Kara merasa tidak enak dengan Audra.

Setelah membungkus belanjaan milik Kara, petugas kasir itu menyerahkan plastik bertuliskan nama toko tersebut kepada Audra sambil tersenyum ramah.

"Dra, kan gue udah bilang. Biar gue bayar sendiri aja tadi." kata Kara saat mereka baru saja keluar dari toko buku yang cukup terkenal itu.

Audra menghadap Kara dengan menampilkan senyum tulusnya. "Kalo ada gue, ngapain lo bayar sendiri."

Match MakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang