Match Maker #17

1.3K 68 28
                                    

Acara camping yang akan diadakan SMA Nusantara hanya tinggal beberapa hari lagi. Anggota osis semakin disibukkan dengan berbagai kegiatan dan keperluan yang menyangkut keberlangsungan acara yang memang diserahkan sepenuhnya pada anggota osis.

Mulai dari berbagai rapat singkat untuk kembali merundingkan apakah segala keperluan sudah lengkap atau belum, diskusi mengenai susunan acara dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan di sana, sampai persiapan makanan dan segala jenis obat-obatan yang harus disiapkan.

Hari ini saja, setelah jam istirahat tadi, seluruh anggota osis dispen karena harus mengurus segala keperluan acara yang hanya tinggal dua hari lagi.

Sebenarnya, semua keperluan sudah siap. Namun, mereka harus kembali merundingkan segalanya, takut-takut ada yang tidak setuju nantinya.

Audra memijit pelipisnya karena merasakan kepalanya yang begitu pening. Bagaimana tidak, saat ini, ia harus mendata nama siswa yang akan mengikuti acara ini untuk dibuat absen berdasarkan kelas masing-masing siswa.

Bayangkan saja, siswa satu angkatannya ini ada berapa banyak jumlahnya. Dan harus ia sendiri yang mengurus masalah absen ini. Audra menghela berat. Kalau masalah seperti ini harus dia yang mengurus, lalu apa tugas sekretaris acara ini?

Sial.

Setelah beristirahat sebentar, Audra kembali menatap layar laptopnya. Jarinya terus bergerak di atas keyboard, mengetikkan satu per satu nama yang ada di kertas pendaftaran dari masing-masing kelas untuk selanjutnya ia rekap kembali agar lebih rapih dan tertata.

“Istirahat dulu, Dra. Yang lain juga lagi pada nyantai dulu tuh. Udah nggak banyak juga kan kerjaannya.” Aldo, sang ketua osis datang sambil meletakkan lembaran kertas baru yang juga berisi data siswa yang mengikuti kegiatan ini.

Audra berdecak. “Lo nyuruh gue istirahat, tapi sambil ngasih data baru.”

“Tinggal tiga kelas lagi, kan?” Aldo melihat tumpukan kertas itu dengan remeh.

“Iya, Do. Tinggal, kok.” Audra menekankan kalimatnya pada kata ‘tinggal’. Dalam tiga kelas itu ada sekitar tiga puluh siswa. Jadi, kalau ditotal, Audra masih harus memasukkan sembilan puluh nama siswa lagi. Dan dengan entengnya Aldo bilang ‘tinggal tiga kelas’.

Aldo terkekeh melihat ekspresi wajah Audra yang tampak sangat kelelahan karena harus menunduk menatap layar laptop untuk mendata siswa selama kurang lebih selama dua jam lebih.

“Tenang aja, besok kita udah free, kok. Soalnya, yang lain juga udah selesain sekitar sembilan puluh lima persen tugasnya, kok. Jadi, besok kemungkinan kita udah bisa santai.” ucapan Aldo barusan seperti sebuah kalimat penghibur bagi Audra. “Ya udah, gue makan dulu ya. Lo mau nitip apa, gitu?” tawar Aldo sebelum pergi.

Audra menggeleng dan kembali melebur dengan kertas-kertas dan laptopnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aldo yang mengerti, kemudian segera pergi.

Mungkin Audra akan makan setelah menyelesaikan tugasnya dulu, pikirnya.

Audra menarik selembar kertas dengan tulisan XI IPA 3 di bagian paling atasnya. Ia menegakkan tubuhnya saat membaca tulisan itu.

Itu, kan, kelasnya. Bagaimana bisa kelasnya baru mengirimkan data siswa yang akan mengikuti kegiatan ini sekarang. Bukankah anggota osis sudah memerintahkan setiap kelas untuk mengirimkan ini sejak dua hari lalu.

Dalam hati, ia mengutuk Deni yang sudah ia beri kepercayaan untuk mendata siswa di kelasnya. Sebenarnya, sesibuk apa Deni sampai hari ini baru mengirimkan data itu.

Bukan apa-apa, masalahnya, semua data ini juga nantinya akan diberikan pada Kepala Sekolah. Kalau Deni terlambat mengirim data siswa ini, bisa-bisanya kelasnya nanti yang akan mendapat semprotan dari Kepala Sekolah yang terkenal dengan mulut pedasnya.

Match MakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang