Kotak Pandora kini mulai rusak, sedikit rasa kini keluar, jeritan yang terdengar, menulikan sekitar. Apa yang akan mereka lakukan? Tutup, perbaiki, atau musnah.
Mendengar masa lalu nona kesanyangannya saat menjalani masa pelatihan militer yang tak terbayang hati Edelweiss merintih sakit. Masa lalu sang nona yang tak seindah saudarinya, bahkan tak pernah ada rasa bahagia yang nonanya itu rasakan. Cukup diam ia selama ini, memeatuhi segala keinginan sang tuan besar agar sang nona tetap ada pada jangkauan matanya. Satu lagi rahasia yang Edelweiss pendam bahwa selama menempuh kehidupan remaja sang nona memiliki sisi kelam yang lainnya.
Edward masih memperhatikan sang kepala pelayan yang kini menangis dalam diam, menceritakan masa lalu kelam orang yang disayangi bukanlah hal yang menyenangkan. Dia paham bagaimana rasanya, karena ia sendiri pernah mengalaminya, saat ia mengetahui fakta masa lalu keluarganya.
"aku mengerti" kata Edelweiss dengan menghapus air matanya.
"......."
"mungkin itu akibat dari masa lalunya" tambah Edelweiss
"maksud anda?" Tanya Edward
"semenjak kejadian itu eksistensi nona Hortensia mulai di hilangkan oleh tuan besar, ia diharuskan selalu mengalah pada nona Camellia. Tidak boleh berteman, berbicara, bahkan berinteraksi. Bahkan jika nona Camellia dijemput menggunakan mobil nona Hortensia haruslah pulang dengan berjalan kaki melewati pintu gerbang belakang sekolah. Saat berada di kediaman Silver Rose nona Hortensia haruslah menerima hukuman atas segala kesalahan nona Camellia. Puncaknya adalah saat tuan besar mengenalkan nona Camellia sebagai pewaris dari keluarga Silver Rose, banyak bahaya yang mulai mengancam nona Camellia, maka dari itu nona Hortensia lah yang akan membunuh semua musuhnya."
"apa Camellia tidak tahu bagaimana keadaan saudarinya?" Tanya Edward terkejut mendengar penuturan Edelweiss
"tidak, tidak pernah. Nona Camellia dibesarkan sebagai seorang pewaris yang sempurna"
" ini gila"
"lebih gila lagi saat kau melihat nona Hortensia membunuh musuhnya sambil tertawa, seolah dengan membunuh ia mendapat kesenangan"
"apa Hortensia tidak tinggal di kediaman Silver Rose?"
"semenjak sekolah dasar nona Hortensia tidak lagi mendiami kediaman utama, ia tinggal di pavilium Blue Rose bagian sayap kiri kediaman utama"
"aku masih tidak percaya ini"
"maukah anda besok datang ke kediaman Silver Rose untuk melihat kediaman nona Hortensia?"
"baik , kami akan kesana"
"hanya anda, kumohon anda berjanji karena ini adalah rahasia"
" aku berjanji"
"kotak Pandora kini mulai terbuka, sedikit demi sedikit terlihat banyak luka, teriakan yang selama ini tersimpan memekakan telinga,sedikit demi sedikit rasa yang berasa"
Hari yang dijanjikan tiba, Edward datang ke kediaman Silver Rose saat tuan Silver Rose dan Camellia tak ada di kediaman, ia segera menemui Edelweiss. Edelweiss menyambut kedatangan Edward dan langsung mengantarkan Edward ke pavilium Blue Rose. Edward terdiam ketika melihat kediaman bawahannya. Halaman yang luas dipenuhi dengan pesona bunga hortensia biru yang indah, begitu menenangkan, tapi kini ia diam tercekat begitu melihat ke dalam pavilium Hortensia tinggal. Hawa yang begitu kental akan kehampaan. Nuansa gelap mendominasi hanya beberapa lampu yang menyala. Perabotannya pun tidak banyak.
"bagaimana menurut anda"
"aku tidak tahu apa yang harus aku katakan, tapi ini-"
"bukankah mengerikan, seorang putri dari keluarga bangsawan tinggal di tempat seperti ini"
"........"
"ini adalah tempat dimana nyonya besar sering menghabiskan waktu" jelas Edelweiss
"lalu dimana nyonya Silver Rose sekarang?"
"nyonya sudah berada di keabadian sejak nona Camellia dan Hortensia lahir"
"maafkan aku"
"mari aku tunjukkan kamar nona Hortensia"
Edward mengikuti Edelweiss dari belakang melihat sekeliling, lorong yang menghubungkan ruang utama dan kamar yang ditempati Hortensia. Ada beberapa foto yang dipasang di tembok-tembok lorong menuju kamar. Samapi di ujung lorong pintu kayu yang catnya mulai luntur terlihat, Edelweiss menyingkir dari pintu tersebut. Edward membuka kenop pintu dan mendorongnya kini kamar itu terlihat hanya ada satu ranjang, satu meja dan lemari pakaian selebihnya kamar itu terlihat luas. Edward terdiam kembali kini tanpa sadar ia meneteskan air matanya, hidup seperti apa yang telah bawahannya alami. Kini ia mengerti kenapa pada saat awal bertemu bawahannya bersikap seperti psikopat gila.
"ini alasan kenapa aku hanya ingin kau yang datang"
"......."
"kumohon selamatkan nona ku" Edelweiss meminta dengan terisak
"topeng yang kini kau gunakan mulai rusak terkoyak, sedikit demi sedikit terkupas terlihat, kebenaran yang kini semakin nyata. Apa yang kau lakukan?"
YOU ARE READING
flowers are injured
Short StoryHidupku monoton dan abu-abu, bahkan aku sendiri tidak bisa menentukan langkah yang kuambil . Diriku sudah sudah direset sedemikian rupa untuk misi yang tidak boleh gagal, harus seratus persen completed. "Buang semuanya itu adalah perintah , hanya si...