5. 04:00 AM

647 57 19
                                    

A Vkook Fanfiction

One Shoot

By Fiittrri
Happy Reading!

.

"Sebentar lagi pukul 4. Waktu kita, waktu seorang Jeon Jungkook akan berakhir..-"

.

Bunyi derit ayunan terdengar memekakkan di subuh itu. Seorang pemuda yang sedari tadi menggerakkan ayunan dengan kakinya, tiba-tiba saja terhenti. Ia melirik arloji di tangan kirinya kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling taman. Gelap, tak ada siapapun, hanya dirinya dan kesunyian yang menyelimuti.

"Jung, ayolah. Sebentar lagi pukul 4."

Pemuda bermantel abu-abu itu berhenti menelisik sekitar ketika sekelebat bayangan melintas di ekor matanya.

"Aku tahu, kau di sana. Baiklah, maafkan aku. Bisakah kita berbaikan?"

Bayangan itu keluar dari balik seluncuran, menunjukkan sosok pemuda manis yang tengah menatap sengit ke arah pemuda lainnya.

"Dengar, Kim Taehyung. Aku tidak suka diduakan." Mendengar nada merajuk dari bayangan itu, pemuda bernama Taehyung yang sedari tadi duduk di ayunan pun berdiri. Ia melangkah mendekat, kemudian berhenti tepat di sebelah sang pemuda. Ia menyenderkan diri di samping seluncuran kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel.

"Baiklah, Jeon. Siapa yang menduakanmu?"

"Kau, tentu saja."

Taehyung mengangkat sebelah alisnya, kemudian tersenyum tipis. "Aku menduakanmu dengan tubuhmu sendiri, Jungkook. Apa yang membuatmu cemburu?"

Pemuda bernama Jungkook itu menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan kemudian menundukkan kepala. Ia menatap sendu pada kedua kakinya yang tak nampak, membuatnya seolah mengapung di udara.

"Sudah kubilang berapa kali, hyung. Untuk apa menghabiskan waktumu dengan tubuh tak bernyawa itu, aku di sini."

"..."

"Hyung."

Jungkook kembali mengangkat kepalanya dan ia terjebak pada mata elang Taehyung yang menatapnya tajam.

"Aku merindukanmu, Jeon."

"Karena itu aku di sini, menunjukkan diri di hadapanmu, hyung."

"Aku rindu menyentuh pipi penuhmu, bibir merahmu, hidung mancungmu. Aku rindu pada hangatnya tubuhmu, Jungkook."

Pemuda Kim menarik kedua tangannya dari saku mantel, kemudian mengulurkannya pada tangan Jungkook, yang tak tersentuh.

"Kau di sini, Jung. Tapi untuk alasan ini, aku merasa kau teramat jauh. Bahkan terkadang aku ragu bahwa bayanganmu ini benar ada atau hanya khayalanku."

"Hyung.." Jungkook menatap sendu pada iris cokelat Taehyung yang nampak menggelap.

"Terkadang aku berharap bisa menarik tanganmu dan membawamu pulang. Tapi tidak, bahkan menyentuhmu pun mustahil kulakukan. Kau bergentayangan di sekitarku, tapi aku tetap kehilanganmu."

Tangan Taehyung mengepal kuat, ia terus memaki apapun itu yang telah merenggut dunianya, menginjak harapannya.

"Hyung, bukankah ini saatnya kau mendengarkanku?"

Hazel Taehyung menusuk netra Jungkook dengan tatapan tajam. Mereka saling membisu untuk beberapa menit sebelum si Jeon mengoyak keheningan dengan suara lembutnya.

"Sebentar lagi pukul 4. Waktu kita, waktu seorang Jeon Jungkook akan berakhir. Ini sudah dua bulan, dan kurasa itu sudah cukup lama untuk membuatmu mengerti, hyung."

Meski Jungkook tahu sentuhannya sia-sia, ia tetap mengulurkan tangannya untuk menyentuh jari-jari Taehyung. Membuat Taehyung mengeraskan rahangnya, menahan perasaan ngilu yang menjalar di hatinya.

"Kau hanya akan membuang-buang waktu dan usahamu, hyung. Tubuh yang kau pertahankan di rumah sakit itu, sudah tak bernyawa. Ia takkan bangkit dan bersuara. Aku tahu, kau sudah mengetahuinya sejak lama. Jadi, lepaskanlah. Meski tak bisa menyentuhmu, aku terus mencintaimu."

Taehyung masih menatap dalam keheningan, rahangnya pun melunak begitu maniknya mendapati air mata mengalir dari onix Jungkook. Dan mengingat ia tak bisa menghapus air mata itu, membuatnya kembali menyalahkan takdir.

"Jungkook, kau tahu aku sangat mencintaimu. Lebih besar dari kuasaku, lebih tinggi dari harga diriku, lebih dalam dari batas cinta itu sendiri."

"Aku tahu, hyung. Cintamu lah yang terus memanggilku ke sini, menemanimu melalui waktu hingga subuh usai."

"Jika-,"

Pemuda Kim melirik arlojinya lagi, tersisa dua menit sebelum tepat pukul 4.

"Jika kau tak bisa kembali padaku, bisa kah kita terus seperti ini? Untuk waktu yang lama. Maksudku, selamanya?"

Jungkook tersenyum mendengar pertanyaan Taehyung. Diam-diam ia pun memelihara harapan yang sama, tapi Jungkook tahu, itu mustahil. Pertemuan mereka akan berakhir, bahkan tanpa kedua nya sadari.

"Aku terus mencintaimu, hyung. Tanpa tubuh itu, tanpa wujud ini, tanpa suara yang dapat kau dengar. Tapi, melalui angin. Melalui tetesan hujan. Melalui gumpalan salju. Kau akan merasakannya."

Taehyung tahu saat sepeti ini akan tiba. Dimana sosok yang ia cinta akan benar-benar pergi. Saat dimana air matanya tak cukup kuat untuk mengubah takdir, cintanya tak punya daya untuk menggenggam waktu.

Melihat tubuh Jungkook yang akan menghilang, Taehyung sadar, ia telah kalah. Waktunya, waktu Jungkook telah berakhir.

"Kau akan pergi?" Jungkook tak bersuara, ia hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Taehyung dalam heningnya. Air mata tak henti, namun bibirnya terus mengukir senyuman.

"Beri aku satu ciuman."

Dengan anggota tubuh yang samar-samar mulai menghilang, Jungkook terbang mendekat. Taehyung menutup matanya. Mencoba merasakan kehadiran Jungkook di dekatnya, berharap sentuhan bibir pemuda manis itu dapat ia rasakan. Namun tetap, sia-sia. Taehyung tidak merasakan apapun, tidak pula membuka matanya ketika arlojinya berbunyi. Memberitahu si Kim bahwa pukul 4 telah membawa kekasihnya pergi.

Taehyung kembali membuka matanya ketika hatinya sudah cukup kuat, untuk tidak melihat apapun, untuk tidak mendapati Jungkook-nya. Air mata lolos dari hazel nya seketika itu juga.

Dalam waktu sesingkat itu, tepat pukul 4, subuh itu. Kim Taehyung telah benar-benar kehilangan kekasihnya. Tanpa perlu repot-repot menunggu matahari menjadi saksi, bahkan tanpa perlu sang bulan sadari, Jungkook telah pergi.

.

.

.

END

Vote jika ingin. Komen jika suka. (ノ^_^)ノ

Thanks :)
Love u! See ya! <3

FOREVERMORE [VKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang