A Vkook Fanfiction
One Shoot
By Fiittrri
Happy Reading!.
"Jeon Jungkook, aku merindukanmu, sampai rasanya ingin mati."
.
Iris gelap itu mengamati bagaimana gumpalan putih langit bergerak pelan, di tengah langit biru, di tengah hamparan galaxy. Posisinya berbaring, dengan tangan yang terangkat, seolah sedang membantu awan-awan untuk berpindah tempat.
Pemilik iris gelap itu masih dengan posisi yang sama ketika satu pemuda tiba di dekatnya, dengan kedua tangan di dalam saku dan dagu pongah yang terangkat. Namun, disertai tatapan memuja yang ketara ketika manik mereka bertemu.
"Kau tahu, ada banyak serangga yang hidup di antara rerumputan yang kau rebahi."
"Lalu, apa pedulimu?"
Sang pemuda berjongkok, tangannya ia bawa untuk menggenggam jari-jari seseorang yang masih saja berbaring di tanah. "Aku sangat peduli, Jeon Jungkook."
Pemilik nama Jungkook mendengus geli sebelum matanya melebar, terkejut dengan gerakan pemuda itu yang dengan tiba-tiba menariknya bangun. Kini posisinya berganti, dengan pemuda itu tetap berjongkok dan Jungkook yang duduk manis di hadapannya.
"Kau ingat aku, Jeon?"
"Sayangnya, ya, Kim Taehyung."
Sebuah senyum terukir di wajah tampan Taehyung ketika wajah Jungkook membuat ekspresi jengah. "Bagaimana rindu, aman?"
Sekali lagi, Jungkook mendengus, kali ini sarat akan rasa muak. "Bagaimana menurutmu, tuan Kim yang terhormat?" sarkas, sebelah alis Jungkook terangkat disertai semburat merah di kedua pipi.
Oh, dan mata yang berkaca-kaca.
"Maaf."
"Siapa yang tahu kata maaf mu ini tulus atau tidak."
"Aku serius, Jung. Maaf. Aku tidak punya pilihan."
"Bagaimana dia? Secantik yang ayahmu banggakan?"
Manik Jungkook enggan menatap bola mata coklat Taehyung, ia mengalihkan pandangan pada langit. Bukankah langit sore lebih menarik saat ini, ketimbang kilatan yang ia tidak paham di netra pemuda Kim.
"Cantik. Sangat cantik."
Senyuman remeh tergambar di wajah Jungkook ketika menangkap jawaban Taehyung. Ia memasang wajah seolah tidak peduli, walau hatinya berdenyut perih.
"Dia perempuan yang sangat cantik dan baik, Jung. Aku bersumpah ia adalah idaman semua pria."
"Ah, begitu.."
Seulas senyum tipis terpatri sebelum Kim Taehyung melanjutkan kalimatnya. "Tapi, bukankah aku terlalu buruk untuknya?"
Mata mereka bertemu ketika Jungkook merasakan sentuhan halus pada pipinya, sangat halus, Taehyung memperlakukannya bagai kaca yang mudah pecah.
"Pria brengsek seperti ku, seharusnya lebih cocok dengan pemuda nakal seperti mu. Bukankah begitu, Jeon?"
"Kuharap kau tidak berniat selingkuh, Taehyung. Aku tidak ingin merusak rumah tangga wanita baik-baik."
Tawa Kim Taehyung pecah melihat kerutan di kening yang lebih muda. Tawa itu berlebihan, bahkan air mata sampai menggenang di ujung mata.
"Jadi maksudmu, jika dia bukan wanita baik-baik, kau berniat merusak rumah tangganya?"
"Aku akan menahanmu tiga tahun lalu jika wanita itu tidak sebaik yang kau katakan. Tapi kurasa, itu tidak perlu-,"
"Hm?"
"Yah maksudku, lihatlah dirimu, Kim. Kau sangat tampan sekarang, aku bahkan tidak pernah mengira bahwa seorang Kim Taehyung yang bar-bar bisa mengenakan setelan jas rapi seperti ini. Dia merawatmu dengan baik, kan?"
"Ya, sangat baik." air mata Jungkook nyaris jatuh sebelum ia memalingkan wajah. Hei, Kim Taehyung ini pria yang sangat dicintainya. Dan membicarakan wanita yang telah menjadi istrinya, adalah tamparan keras untuknya.
Jeon Jungkook telah kalah. Ia telah kehilangan Taehyung tiga tahun lalu. Ketika pria itu harus pergi, ketika pria itu harus memenuhi keinginan terakhir ayahnya, sebagai putra yang berbakti. Karena tentu saja, meski dunia malam adalah kehidupannya, Taehyung tidak pernah lupa jasa sang ayah yang telah menghidupinya seorang diri.
"Kau tahu, Jeon-," Taehyung mendudukkan diri di sebelah Jungkook, membawa tangannya sekali lagi menggenggam tangan pemuda manis itu.
"Bukankah aku pria yang tidak tahu diri?"
Jungkook menolehkan kepalanya, menatap Taehyung yang juga membalas tatapannya. Tidak ada yang berubah dari pria itu, matanya masih memandang penuh puja pada dirinya. Seperti dulu, ketika pernyataan cinta terucap dari bibir pemuda Kim.
Jungkook rindu setengah mati.
"Tuhan berbaik hati mempertemukanku pada keajaibannya, seorang Jeon Jungkook. Tapi, aku meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Lalu, Tuhan kembali memberikanku wanita terbaik yang pernah ada. Aku pun meninggalkannya, dengan alasan sederhana. Aku pernah jatuh cinta dan selalu mencinta, tapi tidak padanya."
"Hyung, kau-."
"Bagaimana aku bisa hidup bahagia dengan orang lain, Jungkook. Ketika bagiku, bagi duniaku, kau adalah satu-satunya."
"Maksudmu, kau dan dia.. berpisah?"
Senyuman Taehyung tidak memudar. Mengundang desiran itu kembali pada diri Jungkook, membawanya kembali pada masa lalu. Saat benang-benang cinta tersimpul, saat ketajaman takdir memisahkan.
"Sudah kubilang, bukan? Dia adalah wanita yang baik. Dia tahu, sangat paham jika aku, suaminya, selama tiga tahun tidak pernah melupakan masa lalu. Bahwa aku tidak pernah mengurangi rasa cintaku pada seseorang tempatku berlabuh, tiga tahun lalu."
Jungkook tak dapat berkata, air mata berjatuhan tanpa aba-aba. Menghujani duka, mengusir gundah. Ia tidak tahu harus memberi jawaban atau tidak. Rasanya seperti mimpi, Kim Taehyung-nya telah kembali. Menghapus lukanya, memeluknya erat.
"Jeon Jungkook, aku merindukanmu, sampai rasanya ingin mati."
"..a-aku juga.."
Pelukan itu berlangsung lama, dilingkupi keheningan setelahnya. Kedua anak manusia itu saling membagi duka, bertukar rindu. Menyalurkan perasaan yang tak terucap lisan. Tapi melalui air mata yang lebih muda, melalui sentuhan halus yang lebih tua.
"Hei. Aku tidak ingin kembali dengan tangan kosong, manis."
"Hm?"
"Apa kau bersedia menikah denganku, menemaniku hingga hari kita usai, Jeon Jungkook?"
Seharusnya, Jungkook menunggu beberapa waktu untuk menyetujuinya. Seharusnya ia bersikap seperti dirinya selama ini, memberi harga mahal untuk persetujuan. Tapi tidak, itu diluar kendalinya. Ia sudah menunggu sangat lama, ditemani luka, dibaluri duka. Maka saat Kim Taehyung kembali, menawarkan kembali cahaya pada gelapnya dunia, memberikan cinta yang begitu besar tanpa ia minta. Bukankah tidak ada jawaban lain, selain-. "Ya, tentu saja."
.
.
.
END
Vote jika ingin. Komen jika suka. (ノ^_^)ノ
Thanks :)
Love u! See ya! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVERMORE [VKook]
Fanfiction"You and I, forevermore." Kumpulan Oneshoot/Twoshoot Vkook. Top!Tae Bott!Kook Kuy mampir :)