Gadis itu masih berdiri disana. Dengan beberapa tangkai bunga lili putih yang berada dalam genggamannya. Angin saat itu menerbangkan beberapa helaian rambutnya. Namun bahkan, ia sama sekali tak menikmati angin saat itu. Menatap pada sebuah nisan di hadapannya
"Hey, Jen. Bagaimana kabarmu? Maaf baru mengunjungimu setelah seminggu berlalu. Aku teman yang jahat, kan?"
Jisoo memilih berlutut saat ini. Meletakkan bunga lili yang ia bawa sebelumnya di atas batu nisan itu. Ia berusaha tersenyum saat ini. Menahan gejolak panas yang telah membumbung di ujung kedua matanya.
"Kau pasti sangat kesulitan selama ini. Teman macam aku? Tak tahu kesulitanmu? Padahal, kau selalu mendengarkan seluruh ceritaku. Menasehati dan terus berada disampingku."
Ada jeda sejenak disana. Jisoo menghela napasnya setelah menghapus sebulir airmata yang jatuh membasahi pipinya.
"Kau tenang saja. Aku tak marah padamu setelah mengetahui semuanya. Justru aku merasa bersalah padamu sekarang. Tak tahu bagaimana perasaanmu sebenarnya. Seharusnya, aku membantumu, bukan? Tapi yang ada, aku tak melakukan apapun untukmu. Bahkan sampai sekarang."
Tak
Gadis itu menghentikan bacaannya. Menatap pada sekotak susu coklat yang diletakkan dihadapannya. Lalu beralih pada seseorang yang berdiri dihadapannya. Menyakini jika seseorang tersebutlah yang meletakkan susu coklat itu di atas mejanya.
"Annyeong. Apa aku boleh duduk disini?"
Gadis itu terdiam sejenak. Sebelum akhirnya mengangguk perlahan. Membuat gadis lainnya menampakkan senyum manisnya.
"Ini. Untukmu."
Lagi, gadis itu dibuat bingung dengan gadis dihadapannya. Yang menyodorkan susu coklat yang ia lihat sebelumnya.
"Wae? Kau tak suka susu coklat. Aku ada susu yang lain di dalam tasku."
Gadis itu sudah akan mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya. Namun terhenti karena sebuah tangan menahannya.
"T-Tidak perlu. Lagipula, aku juga tidak haus."
Ada senyuman tipis dari bibir sang pemilik gummy smile. Kini mulai mengulurkan tangannya.
"Aku Jennie. Kim Jennie. Dan kau?"
Gadis itu menatap uluran tangan itu. Dan gadis bernama Jennie itu yang masih menunggu uluran tangannya agar dibalas.
Perlahan, ia mulai menerima uluran tangan itu. "Aku Jisoo. Kim Jisoo."
"Senang berkenalan denganmu, Jisoo. Kuharap, kita bisa berteman dengan baik. Bahkan sampai maut memisahkan."
Jisoo tak tahu harus menanggapinya bagaimana. Apalagi mendengar ucapan terakhir dari Jennie. Namun ia memilih untuk tersenyum tipis sebagai jawabannya.
Jisoo tersenyum tipis mengingat kenangan itu. Kenangan dimana saat pertama kali dirinya bertemu dan berkenalan dengan Jennie.
"Kau benar, Jennie. Bahkan saat ini, mautlah yang memisahkan kita."
Lalu sebuah sentuhan bisa Jisoo rasakan saat ini. Tak perlu berbalik untuk mengetahui siapa yang kini ikut berlutut disampingnya. Dan gadis itu memilih untuk menyandarkan kepalanya pada bahu tegap itu. Setidaknya mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Aku yakin, dia juga tak akan pernah membencimu."
"Benarkah? Aku merasa, aku adalah teman yang paling jahat di dunia ini karena tak bisa melakukan apapun untuknya. Bahkan disaat di terakhirnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/131968850-288-k155330.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Love
Fanfiction[18+] ✔ Apapun Taehyung lakukan untuk Jisoo, Karena dia adalah sang pujaan hati, Karena dia adalah belahan jiwanya, Dan yang paling terpenting, dia adalah cintanya. Istrinya. ----- ©A BTS's V & BLACKPINK's Jisoo Fanfiction ©iamdhilaaa, 2018