Eighteen

4.9K 478 10
                                    

Gadis itu berbaring tak berdaya di atas tempat tidur itu. Dengan sisa-sisa airmata yang masih membekas di wajahnya. Lalu tubuh yang penuh dengan beberapa tanda memar dan peluh yang menghiasi pelipisnya.

Perlahan, ia mulai menarik selimut yang ada di bawah tubuhnya. Menariknya untuk menutupi tubuh polosnya yang tak berbalut apapun. Lalu tangisannya kembali setelahnya. Mengingat kembali apa yang terjadi padanya beberapa jam yang lalu.

"Taehyung..."

Nama itu tak pernah lepas dari bibirnya. Ia selalu memanggilnya. Seolah pria itu akan datang. Menyelamatkannya dari neraka ini.

"Taehyung..."

Lagi. Tak ada nama lain yang ia panggil. Ia hanya inginkan pria itu. Memeluknya dan menenggelamkannya dalam pelukan pria itu sehingga dunia manapun tak akan pernah bisa melihatnya.

Ceklek

Jisoo dengan cepat menghentikan tangisnya. Menutup matanya dengan cepat ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Gadis itu sudah tahu siapa yang datang.

Jungkook melangkahkan kakinya perlahan. Duduk di sisi tempat tidur dan menatap pada Jisoo disana yang masih terlelap. Perlahan, jemarinya menyentuh helaian rambut gadis itu. Dan sebuah luka memar bisa dilihatnya pada kening gadis itu.

Pria itu mengingat luka itu. Luka memar yang ia buat karena gadis itu berusaha untuk melawannya saat pria itu menyetubuhinya. Bahkan sisa-sisa airmata masih berbekas di wajah gadis itu. Lalu dengan perlahan pula ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh gadis itu dan luka memar lainnya ia bisa lihat hampir di sekujur tubuh gadis itu.

"Maafkan aku." Suaranya begitu lirih menatap pada Jisoo.

Jungkook memilih untuk turun dari tempatnya. Mendudukkan dirinya pada lantai kamar itu. Menumpukan kedua tangannya menjadi satu sebelum menumpukan wajahnya di atas kedua tangannya.

"Jika saja kau tak melawanku, kau mungkin tak akan mendapatkan semua luka itu."

Keheningan melanda. Jungkook masih belum beranjak dari posisinya. Menatap wajah yang nampak tenang dalam tidurnya itu. Lalu senyuman manis pria itu nampak setelahnya.

"Tunggulah sebentar lagi. Setelah aku menyingkirkannya, kita bisa mulai menjalani hidup kita." Lalu menyentuh pipi Jisoo. Mengelusnya perlahan. "Hanya ada kau dan aku."

.

.

"Ya! Kau."

Salah satu dari kedua pria itu sedikit melirik pada Taehyung disana. Menatapnya dengan pandangan bingung.

"Apa? Kau ingin kami hajar kembali?"

Taehyung mendecih. "Apa kalian hanya bisa melawanku dalam keadaan terikat seperti ini? Kalian benar-benar payah."

"Mwo?"

Salah satu pria itu beranjak. Terlihat kemarahan di wajahnya. Lalu dengan langkah besarnya mulai mendekat pada Taehyung dan melayangkan sebuah pukulan tepat di wajah Taehyung. Membuat pria itu tersungkur bersamaan dengan kursi yang ia duduki. Menambah lebam lain di wajah tampannya saat ini.

Pria itu menyipitkan matanya ketika pandangannya menangkap sebuah serpihan kaca yang tak terlalu jauh darinya.

"Itu dia."

"Hahahaha, apa hanya segitu saja kemampuanmu? Kau benar-benar payah. Kalian berdua payah."

Ucapan Taehyung semakin membuat kemarahan pria itu memuncak. Apalagi, kini Taehyung menatapnya dengan pandangan remeh walaupun wajahnya telah lebam saat ini.

Dear, LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang