Gua dan Ayah

209 5 1
                                    


"Apa apaan si kamu Hans! Lepaskan tanganku! Sakit tau!!" Kataku kesal.

"Ma.. maaf.. maaf.. suasana di dalam tidak nyaman untuk kita mengobrol, jadi aku mengajakmu keluar". Jelasannya kepadaku.

" Memangnya tidak bisa pelan-pelan hah?"

"Iya bawel maafin aku".

Aku hanya terdiam tidak menjawab dan dia berkata lagi.

"Bagaimana kalau besok kita diner di Restauran Lampion jam 7 malam. Aku tunggu kamu ya jangan sampe telat apalagi lupa. Hehe". Ucapnya.

Baru aku membuka mulutku untuk menjawab, dia malah pergi meninggalkan ku dengan senyuman nakalnya. "See you Mrs. Jones".

Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab habis mencium ku dia malah pergi!. Pekik ku kesal.

Aku juga pergi meninggalkan klub itu dengan perasaan yang campur aduk, karena perbuatan Ayah ku dan ciuman yang mendadak dari Hans.

Ahhkk.. kenapa harus dengan dia aku melakukan ciuman itu?!! Padahal aku ingin melakukan first kiss ku dengan laki-laki yang aku cintai!!. Batinku kesal sampai tak sadar aku memukul-mukul stir mobil ku sampai tangan ku terasa panas dan memerah.

•••••••••••••••°°°°°°°°°°°°°°°••••••••••••••••°°°°°°°°°°°

30 menit kemudian sampailah aku di rumah dan mendapatkan Ayahku sedang duduk di ruang tamu dengan wanita asing mereka sedang bercumbu dan mereka pun terkejut saat mengetahui bahwa aku melihat semua adegan percintaan mereka.

"Kenapa kamu pulang selarut ini?". Tanya Ayah.

"Sejak kapan Ayah memperdulikan ku?".

Plak.. 

Ayah menampar pipiku dengan keras, didepan perempuan jalang itu.

Mataku membulat menatap Ayahku tanpa aku sadari air mata ku mulai berjatuhan, dan tanpa berkata apapun aku langsung masuk kedalam kamar ku dan membanting pintu sekeras mungkin.

Aku mengacak-acak semua barang yang ada didalam kamar ku "hehh!! Kenapa semua terjadi padaku! Aku benci Ayah!!!". Dan aku pun membanting tubuhku frustasi ke kasur, menenggelamkan wajahku ke bantal dan menangis sejadi-jadinya.

                             Pagi harinya
                             °°°°°°°°°°°°°°°°°

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu membuat aku terbangun dari tidurku.

"Siapa?"

"Ini bibi non"

"Huh.. iya ada apa bi ?"

"Bibi bawain makanan buat non dari tuan besar"

"Ah bawa saja kembali makanan itu! Aku tidak lapar"

"Ta..tapi non ini..."

"Aku sudah bilang aku tidak lapar!!". Bentak ku kesal.

•••••

"Tuan besar maaf non caroline tidak ingin makan"

"Yasudah taruh makanan itu dimeja!, saya akan coba berbicara dengan dia"

"Ba..baik tuan".

•••••

Tok..tok.. tok

"Caroline ini Ayah! Cepat buku pintu nya!".

Huh ayah? Mau apa dia kesini? Batinku bertanya-tanya.

"Ada apa ayah kesini? Ingin menampar aku lagi?"

"Maafkan ayah, ayah tidak bermaksud menampar mu semalam. Ayah menyesal". Suara ayah yang tegas berubah bergetar dan aku pun langsung menuju pintu dan kemudian membuka nya.

Aku terdiam sejenak melihat sosok pria paruh baya dihadapan ku yang tertunduk menghadap lantai, dengan cepat aku langsung memeluk nya.

"Ayah maaf kan aku, aku tidak ingin membuat ayah menangis". Pelukan ku semakin erat saat ayah membalas pelukan itu. Rasanya aku tidak ingin lepas dari pelukan hangat yang sudah beberapa tahun ini aku tidak pernah mendapatkannya.

"Tidak sayang, ini semua salah ayah, ayah yang sudah membuat mu kehilangan kasih sayang selama bertahun-tahun lamanya. Maafkan ayahmu ini yang sudah merenggut kebahagiaan putrinya sendiri dan memperlakukan mu dengan kasar".

"Sudah lah ayah jangan seperti ini, aku putri ayah tidak seharusnya ayah meminta maaf kepada ku, aku yang sudah kurang ajar sama ayah sampai-sampai ayah memukulku".

"Tidak sayang, kamu berhak meminta hak mu sebagai seorang anak".

"Aku hanya ingin ayah menyayangi ku seperti dulu lagi, hanya itu keinginan ku tidak ada yang lain".

"Maafkan ayah yang selalu sibuk dengan pekerjaan saja sampai ayah melupakan mu. Baiklah sayang mulai sekarang ayah akan memberikan semua kasih sayang ayah hanya untukmu, dan ya soal perempuan semalam jangan kau pikirkan dia hanya mainan ayah saja".

Aku hanya menganggukkan kepala ku saja dan ayah mengecup kening ku dengan lembut.

"Ayo sekarang kamu makan ya ayah tidak ingin kau sakit".

"Iya yah". Senyum ku kembali setelah sekian lama menghilang.

Ternyata benar apa yang diucapkan oleh Hans waktu itu ayah hanya sedang sibuk dengan pekerjaannya bukan nya sudah tidak sayang lagi dengan ku.

Mungkin memang benar aku belum bisa berpikir secara dewasa hehe..





Gue sampe nangis gengs nulisnya

Votenya ya jngn lupa thx

Tbc

Mrs. JonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang