Part 31

2.1K 111 3
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, tapi Vampire itu tak kunjung kembali ke rumah dan itu membuat Abriana khawatir sejak tadi.

Dulu Rey, kekasihnya sangat dekat dengannya.
Tapi itu hanya terjadi beberapa saat setelah kemudian seseorang hadir kembali dalam kehidupan abadinya.
Dia tahu, mungkin ini adalah akhir dari segalanya.
Everything has been over.

Pintu balkon kamar itu terbuka dan nampaklah sosok Vampire perempuan yang ia hindari untuk bertemu.

Abriana sendiri didalam kamar ini. Alexa berpamitan ingin keluar mencari udara segar tapi tak kunjung kembali hingga detik itu.

Reta mendekat pada Abriana yang terduduk kaku karena takut.
Reta mencoba menghipnotis gadis itu tetapi tak bisa. Pandangan Reta tertuju pada gelang yang berada di pergelangan tangan Abriana.

Reta tersenyum licik "oh, jadi kau sekarang dengan Roy? Tidak dengan Rey lagi? Lalu kau anggap apa Rey selama ini? Pelarian, huh?"

Reta bertepuk tangan seakan ada sesuatu hal yang menarik di matanya, "ah hebat hebat! Kau ingin mengadu domba kakak beradik itu? Oh ya, tapi aku lebih suka jika kau bersama Roy"

Dalam sekejap Reta sudah berpindah di samping Abriana "akan lebih memudahkan ku untuk membunuh Rey" bisik Reta pelan seperti angin lalu saat ia menoleh tak ada siapa pun selain udara kosong.

Membunuh Rey?

Abriana menggeleng geleng kan kepalanya. Ia harus memberi tahu ini pada Roy atau bahkan Alexa. Tetapi seperti ada suatu hal yang berat menempel di kakinya saat ingin berdiri dan berlari menghampiri Alexa yang mengakibatkan gadis itu jatuh terjerembab mengenai pucuk meja yang tajam.

Abriana terduduk lemas sambil memegang dahi nya yang serasa dingin seperti ada sesuatu yang mengalir disana. Dan benar saja, saat ia melepaskannya dari kening gadis itu melihat sesuatu berwarna merah ditangannya. Kental dan berbau tidak sedap. darahnya. Sial!

"Jangan berani memberitahu ini pada siapa pun jika kau masih ingin hidup, manusia lemah" bisik seseorang tanpa wujud yang Abriana hafal itu adalah suara Reta.

Alexa masuk dengan tergesah gesah saat mendengar suara benda jatuh dari kamar si kembar yang kini ditempati oleh Abriana.

"Kau kenapa?" Tanya Alexa seraya membantu Abriana berdiri.

Abriana menggeleng sambil memegang keningnya yang serasa berdenyut sakit.

"Da.. darah?" Tanya Alexa panik.

Abriana mengangguk, "bisa tolong ambilkan aku kotak obat Ale? Aku tidak tahu dimana tempatnya"

Alexa berdiri dan berbalik, ingin mengambil kotak obat tapi sebelum itu seorang lelaki sudah datang dihadapannya dengan menenteng kotak obat di tangan kanan nya.

Tatapan lelaki itu tajam, seakan siap menghunus siapa saja.

"Ro.. Roy? Aku tak tahu.. aku barusan masuk dan Abriana.. sudah seperti itu.." ujar Alexa tergagap.

"Pergilah. Daddy memanggil mu" ujar Roy datar lalu sedetik kemudian Alexa hilang dari hadapan.

Roy berjalan pelan sambil menatap lurus Abriaba yang terduduk di ranjang dengan tangan kanan memegang dahinya.

Roy duduk di samping gadis itu yang tengah mengernyit menahan sakit.

Vampire itu mengambil tangan kanan Abriana yang menutupi luka tersebut.
"Biar ku obati agar tidak infeksi"

Abriana diam terpaku menatap sosok Vampire di hadapannya ini. Roy dengan telaten menghapus darah yang berada di kening Abriana, mengolesinya dengan obat merah lalu terakhir menutup dengan kapas yang diberi perekat menggunakan handsaplas.

Selama beberapa detik mereka diam menatap satu sama lain. Mengapa Roy sangat bodoh karena menyia nyiakan gadis di hadapannya ini?

"Kau sedang kerasukan setan apa?" Tanya Abriana tiba tiba sambil memutuskan kontak mata keduanya.

Roy mendengus sebal, "mana ada setan yang berani merasuki ku"

"Oh iya aku lupa, kau kan Vampire." ujar Abriana seraya terkekeh pelan.

Roy diam, ada kesedihan dalam cara bicaranya. "ya, aku memang Vampire. bukan manusia seperti mu" lalu ia melirik sendu gadis di sampingnya itu.

"Roy.. maaf.. aku tidak bermaksud menyakiti perasaan mu" ujar Abriana tergagap pasalnya Roy yang biasa menatap nya tajam, okay bukan hanya dia tapi seluruh umat manusia itu sekarang menatap sendu kearahnya.

Roy tersenyum tipis, senyum yang Abriana rindukan, "tak masalah"

Abriana makin kalut, ia mengambil tangan Roy lalu menggenggam nya, "Roy... maafkan aku okay?"

Roy terkekeh pelan lalu menggunakan tangan kiri yang tidak digenggam oleh Abriana untuk mengacak rambut gadis itu.

"Aku sudah memaafkan ku" ujar Roy lalu tangannya berpindah menghusap pelan pipi Abriana menggunakan ibu jarinya. Abriana memejamkan matanya menikmati gerakan jemari  Roy yang bergerak lembut di pipinya.

"Roy.. i miss you.." bisik Abriana tanpa membuka matanya.

"I miss you too" bisik Roy pelan yang membuat gadis itu membuka matanya menatap Vampire di hadapannya.

Abriana masih diam, mengira ini hanya mimpi.

"Ini bukan mimpi, ini nyata. Aku merindukan mu" bisik Roy sekali lagi.

"Aku mencintai mu" bisik Abriana kembali bersuara.

Sekarang giliran Roy yang terdiam.

"Apakah membalas pernyataan ku barusan sangat sulit bagimu, Roy?" Tanya Abriana dengan nada sedih.

Roy segera menarik tangan nya dari Abriana. "Maaf, kau kekasih adik ku Abriana" ujarnya sedetik kemudian ia hilang dari hadapan gadis itu.

Abriana menyatukan tangannya membentuk sebuah genggaman lalu mengarahkan nya pada dada gadis itu. Seperti memeluk sesuatu. "Apakah sangat sulit bagimu untuk membalas ucapan cintaku, Roy?" Gumam gadis itu sendiri.

Seseorang kembali masuk, bukan Roy melainkan Alexa. "Ana, ayo ku antar pulang"

Abriana berdiri lalu mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hatinya terasa tercabik cabik bagaikan kertas yang disobek menjadi lembaran kecil. Bisa bisa nya Roy tak membalas cintanya walau hanya ucapan hanya karena dia merupakan kekasih Rey, adik dari seorang Royward. Dan sekarang pertanyaan Abriana adalah, apa masih bisa disebut kekasih jika Rey saja mempermainkan perasaan nya?

"Kau kenapa Ana?" Tanya Alexa memandang Abriana yang menatap kosong kearahnya.

Abriana menggeleng lalu mendahului Alexa keluar kamar dan berpamitan dengan keluarga Daniell tanpa menatap Roy.

"Kau ada masalah dengan Roy?" Tanya Alexa hati hati saat mereka sedang dalam perjalanan pulang.

Abriana masih diam.

"Cerita saja padaku, anggap aku sahabatmu. Kau tahu kan aku tidak punya saudara perempuan apa lagi sahabat" ujar Alexa kembali yang tidak dibalas oleh Abriana.

"Ana aku tau..."

"Ale.." sela Abriana tanpa menatap Alexa.

Alexa mengernyitkan dahi bingung tapi tetap menjawab. "Ya?"

"Apa aku masih pantas disebut kekasih Rey?" Tanya gadis itu seraya menatap kosong jalanan.

Alexa menelan salivanya susah payah. Pertanyaan ini yang ia hindari sedari tadi.

"I... iya.. maksud ku.. aku.. aku tidak tahu Ana, maaf" ujar Alexa tergagap.

"Tak apa." Abriana tersenyum tipis pada Alexa, lalu mengalihkan lagi pandangannya kearah jalanan yang sedang dihiasi rintik rintik air.

"Dulu, dia dekat denganku. Tapi itu hanya terjadi beberapa saat setelah kemudian seseorang hadir kembali. Aku bagaikan kekosongan untuknya. Everything has been over"

Huhuhu... selalu update telat ya? Do'a in aku ya guys.. aku sedang melaksanakan ujian tengah semester minggu ini. Thank you do'a kalian ya^^
Jangan lupa vote and comment untuk menambah semangat ku!

Sidoarjo, 14 september 2018

My Cold 'VAMPIRE'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang