Akhirnya dengan segenap kerinduanku pada kalian, kuputuskan tetap melanjutkan cerita ini!
So happy reading guys! 💞
****
Ini adalah hari pertamanya untuk kuliah. Ia berharap di hari pertamanya ini akan mendapatkan banyak teman. Tadi pagi Allbern berusaha membujuk Allodie agar berangkat bersama. Dengan kukuh ia menolak. Untuk apa Allbern membelikannya sebuah sepeda jika pada akhirnya tidak dipakai.
Ia sengaja berangkat lebih pagi agar tidak terlambat. Jalanan tidak akan terlalu padat jika ia berangkat lebih awal. Hatinya bersorak riang, sebab ia akan merasakan namanya kebebasan. Allbern berjanji akan memberi kebebasan padanya. Dalam arti tetap dalam pantauan Allbern.
Matanya mengerjap kagum melihat kampusnya. Tidak sia-sia perjalanan tiga puluh menit. Bangunan dengan nuansa klasik nan kokoh. Di tengahnya terdapat air pancuran kecil. Lampu-lampu yang menyala menambah kesan romantis. Tiga buah kolam yang cukup besar. Padahal ini tempat menimbah ilmu tapi ia melihat banyak orang yang memanfaatkan tempat itu.
Kaki mungilnya melangkah menuju kelas. Saat tiba dalam kelas ia mengambil tempat tepat di barisan kedua nomor tiga. Semua mata yang ada di kelas mengarah padanya.
"Kenapa semua memperhatikan ku?" ucapnya pelan.
"Hai!" seseorang menepuk pundak Allodie pelan. Allodie mendongak seorang gadis mengajaknya bersalaman. "Perkenalkan namaku Nicolle. Aku duduk di barisan sebelahmu" ia tersenyum manis.
Allodie menyambut ajakan perkenalan itu. "Senang berkenalanan denganmu Nicolle. Panggil saja Lodie. Tepatnya Allodie Allegra Diano."
Sontak Nicolle menarik tangannya lalu menutup mulutnya yang hampir berteriak. "Kau anak dari... pantas saja kau bisa masuk ke kampus ini."
"Tidak.. tidak. Ini semua bukan karena Daddy" sanggahnya.
"Bukan itu maksudku" lalu duduk dihadapannya.
"Dosen datar itu memiliki IQ di atas rata-rata. Jika ia pintar maka dirimu pun sama." Allodie hanya tertawa kecil mendengar Nicolle.
"Datar? Apa maksudmu datar?"
"Kau tahu ia adalah dosen terdatar. Tersenyum pun jarang. Coba kuingat-ingat kapan terakhir kali ia tersenyum" memangku dagu sambil menatap ke atas.
"Aku rasa kau salah Nicolle. Daddy bukan orang seperti itu. Humornya memang jelek tapi ia pintar membuat seseorang tertawa lepas."
"Ya kau mungkin benar. Sekarang ini kampus benar-benar heboh. Ada.." Allodie memotong pembicaraan Nicolle.
"Dari ucapanmu seolah-olah kau ini murid lama. Berapa usiamu?" tanya Allodie penuh penasaran.
Nicolle mengaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Aku mengulang semester Lodie. Usiaku 19 tahun. Percayalah aku gagal bukan karena bodoh namun karena ketegaan dosen datar."
"Apa Daddy setega itu?"
"Hmm. Ada banyak yang gagal. Lihat si gadis rambut pirang! Ia gagal bukan karena ujian hanya karena pernah terlambat sekali dalam mata kuliah Mr.Diano. Dan coba lihat yang itu" menunjuk seorang gadis yang duduk tepat di depan meja dosen. "Tebaklah ia gagal karena apa?"
"Terlambat?" Nicolle mengelengkan kepala. "Nilai yang buruk?" Nicolle mengeleng lagi. "Lalu karena apa?" Allodie benar-benar penasaran.
"Ia menyukai dosen datar" terangnya santai.
"Lalu, apa Daddy menanggapinya?"
"Sudah pasti kau tahu jawabannya. Pernah suatu kali secara terang-terangan ia mengajak Mr.Diano berpacaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Of Hot Adoption
RomanceMATURE ROMANCE (18+) 🔞 Yang di bawah umur dilarang membaca. Buat yang tetap maksa baca, dosa ditanggung sendiri! Allodie (17) Allodie artinya keberutungan. Ia adalah keberuntungan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Pria yang ia sebut Daddy ya...