Happy reading guys! 💞
***
Allodie menitikkan air mata memandang foto di tangannya. Siapa sebenarnya Amanda? Hubungan apa yang ia punya dengan Allbern di masa lalu? Dirinya benar-benar gelisah sekarang.
"Kalau aku bertanya tentang foto ini, maukah Daddy menjawabnya?" tanyanya dalam hati.
Ia menghiraukan panggilan Amanda sedari tadi. Tapi ia juga takut jika Amanda memergokinya. Apalagi kalau sampai Amanda melihat ia membuka foto lamanya. Segera ia merapikan kembali foto-foto itu dan memasukkannya ke dalam laci.
"Maaf kan aku nyonya. Tadi aku ketiduran" ia melihat Amanda yang sibuk menata makanan di atas meja. Sabar dan telaten. Keringat yang membasahi dahi pertanda lelah. Layaknya seorang ibu menyambut sang anak.
"Tidak masalah. Aku yang mengajakmu. Kemarilah Allodie" Amanda tersenyum penuh mengajak Allodie makan bersama.
Makanan tersaji di atas meja. Siapapun yang melihat pasti meneteskan air liur. Sekarang ini ia harus mengisi tenaga kembali. Untuk pertama kalinya ada yang memanjakan Allodie dengan memasakkan makanan. Ia bukan gadis manja. Semenjak sekolah menengah Allbern mewajibkan Allodie mandiri. Charoline, kepala maid ialah yang selalu membantu keperluan Allodie sejak kecil.
Perlahan tapi pasti ia makan dengan lahapnya. Rasanya berjuta nikmat. Amanda benar-benar sosok ibu idaman.
"Pasti anakmu beruntung nyonya" ujarnya dengan mulut penuh.
"Anak?" tersenyum getir.
"Aku yakin ia pasti sangat beruntung memiliki ibu sepertimu. Baik hati, penyabar, dan pintar memasak."
"Jika saja ia masih ada, dengan senang hati aku menerima pujianmu."
"Maafkan aku nyonya. Sungguh aku tidak bermaksud..." Amanda menarik dan mengenggam tangan Allodie.
"Apa kau mau menjadi putriku?" Allodie diam tanpa menatap Amanda sedikitpun. Saat Amanda mulai melepas genggamannya, Allodie menarik kembali genggaman itu.
"Siapa yang bisa menolakmu? Tentu aku mau. Bolehkah aku memanggilmu mama?"
"Boleh. Sangat boleh! Lebih tepatnya Mommy. Panggil aku Mom" kemudian mereka sama-sama tertawa.
****
Ia tidak sadar menghabiskan waktu yang cukup lama bersama Amanda. Mobil sport milik Allbern sudah berada di garasi. Ia mengenda-gendap memasuki rumah. Berjalan tanpa menimbulkan bunyi sedikitpun.
Jangan pikir Allbern tidak mengetahuinya. Ia sangat tahu kapan Allodie pergi dan pulang. Terkadang tingkah puteri kecilnya itu membuat Allbern sedikit pusing.
"Dari mana saja kau?" melipat tangan di depan dada. Berdiri di balik pintu.
"Oh astaga! Kau kah itu, Daddy?" terkejut melihat sosok Allbern.
"Tentu Baby. Reaksimu seperti melihat hantu saja."
"Jawab pertanyaanku. Darimana saja kau? Lihat pukul berapa sekarang?"
"Ayolah Daddy, bukankah kau sudah berjanji memberiku kebebasan?" mengerucutkan bibir.
"Ingat bukan sepenuhnya" menarik bibir Allodie.
****
Sedari tadi Allodie mondar-mandir tidak jelas. Sebentar duduk lalu berdiri kembali. Berbaring di tempat tidur, berguling-guling kemudian menjerit. Kalau saja ada yang melihat pasti orang itu beranggapan Allodie gila.
"Tanya tidak. Tanya tidak. Tanya tidak. Tanya tidak. Tanya tidak" menghitung jari. Dan hitungan yang terakhir, tidak. "Rasanya aku hampir frustasi. Sudah lima belas kali aku mengulang menghitung jari. Tetap saja tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Of Hot Adoption
RomanceMATURE ROMANCE (18+) 🔞 Yang di bawah umur dilarang membaca. Buat yang tetap maksa baca, dosa ditanggung sendiri! Allodie (17) Allodie artinya keberutungan. Ia adalah keberuntungan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Pria yang ia sebut Daddy ya...