"Minum ini." David menyerahkan sebotol air mineral kepada gadis di depannya yang terlihat masih gemetar, bahkan ketika menerima sodoran botol tersebut.
Tangan gadis itu dengan tanpa sungkan menggenggam ujung jaket David dan meremasnya pelan. Teguk demi teguk air tersebut diminumnya dengan pelan kemudian menyodorkannya kembali kepada David.
"Kamu tahu kalau tempat ini berbahaya kan? Dan ngapain kamu malam-malam begini kelayapan?" suara berat David membuat gadis itu menatap David dengan wajah pucat, itupun kalau David bisa melihatnya. Karena posisi mereka sekarang berada di tempat yanga hanya mendapatkan penerangan seadanya.
"Kenapa kamu marahi aku?" begitu tanya gadis itu dengan ekspresi ingin menangis.
Dan dengan tak berperasaannya, David bilang, "Karena kamu bodoh." maka isakan itu langsung keluar dari bibir gadis tersebut medengar dengan kejamnya David mengatainya.
"Astaga." desah David ketika dia merasa tak tahu akan berbuat apa ketika gadis yang masih menggenggam ujung jaketnya itu menangis.
Dan tanpa kata, David memeluk gadis itu berusaha untuk menenangkannya. Karena bagaimanapun, gadis yang ada di pelukan David kali ini baru saja terlibat dengan situasi yang tidak menyenangkan.
Masih dengan saling memeluk, David bertanya, "Di mana rumah kamu?"
"Lombok."
"Lombok?" dengan kasar David melepas pelukan mereka.
Berkedip pelan, gadis itu menjawab, "Aku orang Lombok, tapi aku tinggal di Jakarta sekarang." mendengar itu, David menarik napas lega lalu berdiri.
"Berdiri." tanpa mendebat, gadis tersebut menuruti ucapan David dan menatap lelaki itu sambil sesenggukan.
Tanpa merasa perlu berlaku lembut, David menarik tangan gadis tersebut dan menggenggamnya untuk segera melangkah.
"Naik." perintah David lagi ketika lelaki itu sudah naik di atas motor sport hitam miliknya. Tanpa berbasa-basi lagi, si gadis menurut saja tanpa bertanya kemana tujuan lelaki itu.
"Pegangan." tanpa diperintah dua kali, si gadis langsung melingkarkan tangannya ke pinggang David dan sedetik setelahnya suara raungan mesin terdengar memecah keheningan malam.
Waktu memang sudah menunjukkan pukul satu malam. Seperti biasa, David sedang melakukan 'jerit malam' dengan gerombolan penjahat yang di 'burunya'.
"Di sini?" tanya David setelah menghentikan motornya di depan rumah dua lantai.
"Iya." jawab si gadis dan kemudian turun dari boncengan David. "Terima kasih. Maaf menyusahkan kamu." katanya menatap David.
"Hemm." gumam David. Melihat mata jernih si gadis, membuat hati David berdesir tak karuan.
Memejamkan matanya sejenak, kemudian membukanya kembali, David semakin terperosok terlalu dalam oleh gadis tersebut. 'Jangan' katanya mengingatkan dirinya sendiri. Memahami ucapan dalam pikirannya, David berucap, "Lain kali jangan bertidak bodoh seperti tadi. Kamu bisa medapatkan kekacauan lebih dari yang kamu bayangkan." si gadis hanya mengangguk.
"Masuklah." dan tanpa berbasa-basi, David kembali memacu motornya. Tak peduli jika si gadis masih diam di tempatnya menatap kosong kearah David yang sudah tidak terlihat lagi.
Memutar tubuhnya untuk masuk ke dalam rumah, si gadis tak langsung meneruskan langkahnya. Dia menatap sekali lagi ke ujung jalan, di mana David menghilang.
Menghela nafas panjang, dia berucap. "Aku bahkan belum tahu namanya. Tapi kekacauan yang aku dapatkan tadi, sebanding dengan pertemuan kita." senyum si gadis terbit, "Kalau aku berharap kita bertemu lagi suatu saat nanti, apa nggak papa?" kemudian kepala si gadis menggeleng. "Lelaki tampan seperti dia, pasti udah punya pacar, atau bahkan istri." melanjutkan langkah, dia kembali berucap. "Emang sebaiknya aku nggak perlu bermimpi terlalu tinggi sih."
Jalan cinta seseorang memang tak sama, ada yang mudah dan jarang kesulitan selalu membelit mereka meskipun mendapatkan akhir yang bahagia. Entah bagaimana perjalan cinta David kedepan nanti, tapi setidaknya ada satu gadis yang berharap terlibat cinta dengannya.
Apakah dia akan berakhir dengan gadis tersebut, atau bahkan dengan gadis lain. Hanya waktu yang bisa menjawab.
•°•
Yoelfu 15 September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Cinta
RomanceSepanjang hidupnya, dia selalu di dikte oleh sang bunda. Bahkan ketika cita-citanya menjadi seorang abdi negara pun tak direstui, dia hanya bisa menurut. Tapi bagaimana jika bersangkutan dengan seorang perempuan yang dicintainya? Tetap bisa menjadi...