👆 Anggap aja, mereka itu ngomongnya pakai bahasa Indonesia. Kelakuan mereka jangan ditiru ya...!!!!!
Bonus aja.
°•°
David seorang diri menikmati jus alpukadnya di sebuah kedai pinggir jalan. Dia baru saja melakukan kegiatan rutinnya bermain basket bersama teman-temannya. Bukan ketiga sahabatnya tentu saja. Karena Kiev, Marvel, bahkan Cokhi, sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
"David!" sebuah suara membuat lelaki itu mendongak dan mendapati Arin sedang tersenyum lebar. "Lama nggak ketemu ya." bahkan tanpa di suruh, Arin sudah duduk di depan david masih memasang wajah sumringah. "Apa kabar?" tanyanya.
"Baik." singkat sekali, tapi membuat Arin begitu bahagia medengarnya.
"Aku juga baik." meskipun David tak bertanya balik, gadis itu seolah merasa perlu menginformasikan jika dirinya juga sama baiknya dengan David.
"Bagus kalau gitu." kata David cuek.
"Ngomong-ngomong, sibuk apa kamu sekarang?" Arin benar-benar membuat David tiba-tiba malas. Tapi demi sebuah sopan santun, David menjawab.
"Sibuk kerja." Arin mengangguk dengan anggun. Menyesap minuman yang dipesannya dengan pelan. Bahkan David sama sekali tak ingin mengatakan apapun hanya untuk berbasa-basi.
Jadi, Arin berinisiatif untuk membuka obrolan kembali.
"Bisa kita berteman?" pertanyaan Arin yang tiba-tiba, membuat David menyerngitkan dahinya. Menatap Arin yang juga masih menatapnya dalam.
"Teman?" ulang David dengan nada bertanya sekaligus meyakinkan.
"Iya. Berteman. Nggak masalah waktu itu kamu memutuskan untuk tak menerima rencana orang tua kita. Tapi nggak ada salahnya kan kalau kita berteman?" karena bisa saja, dari temen, jadi demen. Itu adalah kalimat lanjutan Arin yang dia katakan pada dirinya sendiri.
David menyenderkan punggungnya di sandaran kursi, dengan mata fokus menatap gadis di depannya. David memang lebih suka berteman dengan lelaki dibandingkan dengan perempuan, karena kaum perempuan itu baginya lebih banyak ribetnya daripada simplenya.
"Kamu nggak akan untung apapun kalau berteman denganku. Jadi lupakan saja." David memang mencari aman dengan mengatakan itu. Dia hanya tidak ingin disulitkan dengan gadis itu suatu saat nanti.
"Aku nggak nyari untung dengan menawarkan sebuah pertemanan David." Arin menjawab santai tapi juga merasa sedikit sebal dengan lelaki di depannya. "Aku hanya ingin kita berteman. Mungkin kita bisa sharing, mengobrolkan banyak hal, bertukar pikiran, dan masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan dengan berteman. Apa kamu sepicik itu sampai menganggap sebuah pertemanan adalah harus menguntungkan satu sama lain?" David hanya mengedikkan bahunya tak acuh.
"Karena yang aku dengar dari banyak orang, nggak ada hubungan pertemanan antara lelaki dan perempuan tanpa melibatkan perasaan."
"Apa kamu takut jatuh cinta denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Denting Cinta
RomanceSepanjang hidupnya, dia selalu di dikte oleh sang bunda. Bahkan ketika cita-citanya menjadi seorang abdi negara pun tak direstui, dia hanya bisa menurut. Tapi bagaimana jika bersangkutan dengan seorang perempuan yang dicintainya? Tetap bisa menjadi...