Melihat Dunia Baru
•••
Bukalah matamu selebar dunia ini
Dan rasakan banyak orang yang peduli
Jangan ingat lagi
Jangan kau sesali
Ada aku di sini(Dhyo Haw - Ada Aku Disini)
•••
"Mana nih kata lo Fajar mau ikut? Sampe sekarang belum keliatan juga tuh anak batang idungnya." Tanya Arif yang berdiri di sampingku sementara kedua tangannya bersedekap di dada.
"Lagi di jalan kayanya." Jawabku.
"Si Gevi juga kenapa gak bareng lo?" Kali ini Fatih yang bersuara.
"Berangkat bareng Fajar kali dia." Jawab Alfian. Aku terdiam sejenak, baru terpikirkan sekarang olehku kenapa Gevi belum juga datang.
Setelah insiden Fajar yang tiba-tiba ikut bergabung di meja kami beberapa hari lalu, sampai membuat seluruh penghuni meja hening seketika, aku merasa lega. Walaupun dalam tiga kali pertemuan terakhir kemarin dia hanya datang satu kali, itu pun hanya sebentar. Arif juga memasukkan Fajar ke grup whatsapp, namun sampai sekarang laki-laki itu belum pernah ikut ngobrol sama sekali. Alfian juga sempat menggerutu, mengadu padaku soal Arif yang seenak jidat mengundang Fajar ke grup.
Senin besok UTS akan dimulai, untuk itu hari Minggu ini kami memutuskan untuk belajar bersama di rumah Arif. Katanya sang ibu yang menyuruh Arif mengundang kami, ibunya juga menjanjikan akan membuat makanan sebanyak mungkin. Maka sebagai makhluk yang masih dalam proses pertumbuhan, mana bisa kami menolak tawaran semenarik itu.
Rumah Arif berada di kawasan perumahan kelas menengah ke atas, namun sebelum memasuki perumahan itu ada satu kawasan perumahan biasa di dekatnya yang sering dijadikan pasar dadakan setiap hari Minggu pagi hingga menjelang siang.
Untuk itu Guntur meminta kami datang ke pasar pagi, hari ini. Sebenarnya kami agak terkejut dengan pernyataannya yang mengatakan biasanya dia perform di sana. Setelah berdiskusi panjang, tanpa bertanya lebih jauh yang dimaksud Guntur perform apa, akhirnya kami memutuskan untuk janjian di pasar pagi pukul 7.
Setelah menunggu hampir setengah jam akhirnya Fajar datang, dan benar saja Gevi juga bersamanya. Di sekolah mereka tidak pernah kelihatan berinteraksi, jadi melihat mereka turun dari motor yang sama membuatku agak merasa aneh.
"Sori ya lama. Tadi Fajar malah nyuci motor dulu." Ucap Gevi saat tiba di hadapan kami. Fajar memarkirkan motornya agak jauh dari tempat yang lain memarkirkan motor.
"Kenapa ngeliatin gue kaya gitu? Kek singa kelaperan ngeliat daging." Tukasnya agak sinis. Kemudian semua memalingkan wajah dan pura-pura biasa saja.
"Yaudah ayo. Biasanya Guntur nyanyi di sekitar parkiran yang ada di deket lapangan utama." Ucap Fatih selagi kami berjalan.
Tempat ini sangat ramai, di pinggir jalan sudah berjejer para pedagang mulai dari stand pakaian, sepatu, makanan, sampai peralatan rumah tangga. Orang-orang berlalu lalang di sepanjang jalan yang tak terlalu lebar ini. Meski mayoritas pejalan kaki, masih ada beberapa orang yang lewat menggunakan sepeda motornya. Yang datang biasanya dari semua kalangan, dari anak kecil sampai orang tua. Kebanyakan masih menggunakan outfit untuk berolahraga, karena setauku di lapangan utama biasa digunakan untuk berolahraga seperti senam yang dipandu oleh tim senam aerobik, bermain badminton atau lari mengelili lapangan.
Untuk fasilitas olahraga biasanya hanya diadakan setiap Sabtu-Minggu pagi, dibuka untuk umum secara gratis. Sementara di pinggir jalan sekitaran lapangan digunakan pedagang untuk berjualan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLASS F
Fiksi RemajaKelas F di mata penghuni sekolah : 1. Kumpulan anak dengan IQ jongkok. 2. Penghuni tetap ranking 20 terbawah di jurusannya. 3. Solidaritas dalam kelas nilainya F alias fana. Nyaris tidak pernah tercipta. 4. Trouble maker alias parasit sekolah. 5. Pa...