8. Re-Write

940 81 20
                                    

"Andai saja kisah hidup manusia bisa diubah, aku ingin menulis ulang kisah masa laluku."

--**--

Mungkin kalau Doraemon itu nyata, Mora rela mendaki gunung dan menyeberangi lautan hanya untuk menemui kucing bulat berwarna biru itu. Mora ingin meminta mesin ajaib dari kantong Doraemon. Untuk apa? Mora hanya ingin kembali ke masa lalu dan menulis ulang semua kisah hidupnya agar tidak terlalu menyedihkan seperti saat ini.

Kenapa ibunya harus meninggal? Kenapa neneknya juga meninggal? Kenapa ayahnya menikah lagi? Kenapa yang jadi kakak tirinya itu si Kendra? Dan banyak kenapa lainnya yang membuat kepala Mora ingin meledak. Bahkan sekarang dadanya terasa sesak. Sebulir air mata jatuh di pipi Mora. Cepat-cepat ia mengusapnya.

Ditambah lagi pertengkarannya dengan Kendra semakin membuat Mora ingin meledak seketika. Cowok itu selalu menambah runyam hidup Mora. Coba saja Kendra bersikap layaknya saudara seperti pada umumnya, pasti hidup Mora jadi lebih baik.

Sekarang Mora berjalan tidak jelas menyusuri trotoar yang masih ramai oleh pedagang kaki lima. Bukannya Mora tidak tahu, beberapa meter di belakangnya, Kendra diam-diam mengikutinya.

Lo kira gue nggak tahu, Ken?

Jika Kendra bukan kakak tirinya sekarang, mungkin Mora mau balikan lagi dengan Kendra. Cowok itu sangat perhatian, sayangnya ia sangat cerewet melebihi emak-emak. Mulut cowok itu memang kayak burung kalau lagi ngoceh, susah disuruh berhenti.

Mora mampir ke sebuah minimarket untuk membeli minuman. Tahu, kan, kalau orang yang menahan emosi itu tenggorokan biasanya seperti ada yang ganjel dan lumayan sakit? Nah, kira-kira keadaan seperti itu yang dirasakan Mora sekarang. Saat Mora menghampiri lemari pendingin, ia melirik ke arah luar minimarket. Ternyata Kendra tidak ikut masuk. Cowok itu berdiri menyandar ke tembok sambil sesekali melirik jam tangan.

Tanpa Mora sadari, bibirnya tersenyum tipis. Meski tadi Mora sudah membentaknya, cowok itu tetap saja perhatian.

Setelah membayar di kasir, Mora keluar dan tidak mendapati Kendra di mana pun.

Lho? Di mana Kendra? Jangan-jangan cowok itu sudah pulang dan tidak berniat lagi mengikutinya? Ada rasa kecewa yang tiba-tiba mampir ke hati Mora.

Cewek itu menggeleng pelan dan kembali berjalan, lebih jauh lagi dari rumah. Hiruk pikuk di kota besar memang tidak ada tidurnya. Sekarang sudah hampir pukul setengah sepuluh malam. Pantas saja jika Kendra mulai gelisah. Kemungkinan ayah mereka akan segera pulang.

Hendri sering pulang malam karena pekerjaannya sebagai karyawan di perusahaan kontraktor memang tidak pernah ada jeda. Tetapi ayah mereka itu adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dan sangat menyayangi keluarganya. Dan kenapa dulu Hendri berpisah dengan mamanya Mora? Entahlah, Mora kurang paham masalah yang itu. Rahasia masa lalu yang sampai saat ini belum Mora ketahui.

Lima meter di depan ada halte bus yang terlihat lengang. Hanya ada dua orang yang duduk berjauhan di sana. Mora berjalan perlahan dengan santai dan duduk diantara dua orang itu tadi. Sebentar saja, Mora ingin melupakan masalahnya. Mungkin dengan duduk di sini tiba-tiba masalahnya bisa hilang diterpa angin malam.

Tanpa Mora sadari, tiba-tiba Kendra duduk tepat di samping Mora. Cewek itu berjingkat kaget. Karena ia mengira Kendra sudah tidak mengikutinya lagi. Mora berdecak kesal dan menatap malas ke arah cowok itu.

"Lo lagi nyari apaan, sih? Dari tadi lo jalan nggak jelas. Gimana kalau lo diculik sama orang jahat kayak di sinetron-sinetron gitu? Atau diculik alien dan dibawa ke planet di luar Galaksi Bima Sakti? Di mana lagi gue nyari cewek sedingin dan secuek lo, hah?"

RE-MORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang