9. Try Again

1.6K 98 25
                                    


"Kalau lo merasa gagal, coba lagi aja sampai lo berhasil."

Mora menatap Zydan tajam. Ia mencium aroma kebusukan dari nada suara dan tatapan cowok itu. Ternyata Mora salah. Zydan tidak sebaik seperti apa yang diceritakan oleh Thina. Zydan bukan sosok cowok baik hati seperti di drama-drama. Bukan.

"Itu bukan urusan lo," jawab Mora ketus. Siapa, sih, yang tidak tahu tentang Kendra dan Mora di kelas XII IPA 1? Beberapa anak mengira Mora dan Kendra memang ada hubungan khusus. Dan segelintirnya lagi, menganggap Kendra hanya iseng pada Mora. Tapi bagaimana dengan Zydan?

Zydan tersenyum miring dengan dengusan pelan. "Bakal jadi urusan gue kalau itu tentang lo." Ia tertarik pada Mora saat pertama kali Mora masuk ke kelas itu. Itulah kenapa Zydan berambisi ingin mendapatkan Mora meski Kendra selalu menghalinya.

"Dan hidup gue, bukan lo yang nentuin. Permisi." Sebelum Zydan bicara lagi, Mora cepat-cepat meninggalkan kelas. Demi apapun, sekarang Mora merasa tidak nyaman jika harus berdekatan dengan Zydan. Cowok itu memang terkesan baik, tapi dalamnya ... tidak ada yang tahu.

"Mora ..." suara Zydan masih terdengar memanggil nama Mora. Tapi bagi Mora, cukup sampai hari ini saja ia berurusan dengan Zydan. Mora tidak mau lagi dekat-dekat dengan Zydan.

Mungkin sebaiknya Mora menyusul Thina dan Yola ke kantin. Tapi ... bagaimana caranya Mora mendekati dua temannya itu lagi? Beberapa hari ini, kan, Thina dan Yola sedikit mengabaikan Mora. Jadi bagaimana?

Tanpa ia sadari, Mora sudah sampai di depan kantin. Terlihat Thina dan Yola duduk berdampingan di kursi kantin sebelah kanan dekat tembok. Suasana kantin siang itu tidak begitu ramai. Masih ada beberapa kursi kosong yang biasanya tidak pernah lengang.

Kantin SMA Mandala terdiri dari 4 blok warung. Deretan dari kanan adalah warung Bu Eni si pemilik warung nasi. Di sana banyak sekali macam-macam lauk dan sayur. Diperuntukkan anak-anak yang mempunyai tingkat kelaparan super dan memang harus makan nasi kalau mereka lapar. Warung sebelahnya adalah milik Mang Ujang. Mang Ujang dan istrinya jualan siomay dan batagor.

Warung ketiga adalah milik Pak Ucup. Pria paruh baya itu jualan bakso dan mie ayam yang selalu jadi idola. Disamping harganya murah juga rasanya enak. Orangnya juga kocak. Pak Ucup adalah penjaga warung di kantin SMA Mandala yang paling akrab dengan para siswa-siswi.

Dan warung keempat milik Pak Tatang yang jualan makanan ringan dan berbagai macam es. Seperti es teh, es jeruk, jus, es teler, es buah dan masih banyak lagi. Mirip-mirip kedai es seperti itulah.

Mora mencari di manakah Thina dan Yola nongkrong siang ini. Setelah melewati warung Bu Eni dan Mang Ujang, ternyata Thina dan Yola sedang asyik makan bakso di warung Pak Ucup. Mora merasa ragu untuk menghampiri kedua temannya itu. Ia bingung harus bicara seperti apa. Bukankah aneh jika tiba-tiba Mora mendekati mereka lagi?

Sejenak Mora hanya berdiri mematung tidak jauh dari depan warung Pak Ucup. Tapi kakinya tak juga melangkah. Mora ragu antara balik ke kelas lagi atau menghampiri Thina dan Yola?

Gue harus ke sana nggak, sih?

Cukup lama Mora hanya berdiam diri dengan tatapan tak pernah lepas ke arah Thina dan Yola. Jika ia balik ke kelas, ia akan bertemu dengan Zydan. Tapi masa iya Mora berdiri di depan warung sampai jam istirahat berakhir?

"Perasaan Pak Ucup nggak masang patung selamat datang, deh?" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Mora. Cewek itu sampai berjingkat. Wega tersenyum lebar melihat kekagetan Mora yang menurutnya sangat berlebihan.

Mora terlihat salah tingkah karena malu. Kenapa dirinya malah berdiri seperti orang bodoh sejak tadi? Dan kenapa harus Wega yang memergoki Mora?

Diam-diam Wega mengikuti arah pandangan Mora. Di sana Thina dan Yola masih asyik mengobrol dan sesekali terdengar tawa keras Thina. Wega berdeham pelan. "Lo nggak nyamperin mereka?"

RE-MORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang