5. Annoying Boy

1.2K 112 25
                                    

"Mantan gagal move on itu wajar. Tapi kalau mantan masih ngaku pacar,itu namanya kurang ajar."

--**--

Kendra senyum-senyum sendiri saat menatap wajah Mora yang ada di hadapannya. Sekarang sedang berlangsung pelajaran IPA Biologi yang mengharuskan anak-anak untuk diskusi kelompok. Sialnya, Mora satu kelompok dengan Kendra.

Satu kelompok 2 orang. Mora sempat mengeluh kenapa di kelas ini tidak ada anak yang mempunyai nama berawalan huruf L? Kenapa semesta tidak ada yang memihaknya?

"Jangan bilang besok lo mau ganti nama depan, deh, Mo. Gara-gara nomor absensi lo setelah gue persis. Iya, kan?" celetuk Kendra dengan santainya membuat Mora semakin geram.

Tanpa perlu menanggapi Kendra lebih lanjut, Mora memilih diam dan serius mengerjakan tugas.

"Mo, Mo. Soal yang gue bilang kemarin, gue serius lho. Jangan sampai lo nganggep itu cuma bercandaan doang. Sekali lagi, gue serius."

Mora mendengkus kesal. "Terserah lo, Ken. Gue nggak peduli."

Andai saja ayah Mora tidak menikah dengan ibunya Kendra, mungkin nasib Mora tidak akan semenyebalkan ini. Mora menggerakkan jari-jarinya di depan bibir seperti gerakan menutup risleting.

Sedangkan Kendra malah cengar-cengir tidak jelas. Padahal Mora hanya ingin memperingatkan jika ...

"Kendra Fabian! Jika kamu tidak ingin mengikuti pelajaran saya, lebih baik kamu keluar ... SEKARANG!" suara Bu Dona menggelegar di kelas XII IPA 1. Bagi siapa saja yang mendengarnya pasti langsung menciut.

Seketika semua penghuni kelas langsung menoleh ke arah Kendra. Tidak biasanya Kendra ditegur oleh guru. Cowok itu jarang membuat masalah di kelas, tapi kali ini?

Biasanya guru Fisika lah yang super galak, di SMA Mandala berbeda ... justru guru Biologi lebih galak dari guru Fisika. Salah satu guru yang super galak adalah Bu Dona. Dan yang menjadi korban kemarahan Bu Dona kali ini adalah Kendra.

Mora memasang muka datar saat Kendra mengode meminta bantuannya. Mau hidup atau mati, Mora tidak peduli pada nasib Kendra.

"Mo ..." bisik Kendra.

"KENDRA!" teriak Bu Dona sekali lagi.

Cowok itu membalikkan tubuhnya dengan gerakan lambat. "I ... iya, Bu. Bu maafin saya. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi. Jangan suruh saya keluar, Bu. Nanti nilai saya gimana?"

Mora hampir tertawa melihat raut wajah Kendra yang ketakutan.

"Hukum aja, Bu," teriak Thina keras-keras. "Makanya jangan godain Mora mulu lo, Ken."

Sorakan demi sorakan menggema di kelas. Bu Dona kembali geram dan berteriak menyuruh semua anak diam.

"Bu, maafkan saya," mohon Kendra lagi.

Bu Dona menatap Kendra dengan tajam. "Jika kamu ribut lagi di pelajaran saya, jangan harap kamu bisa lulus di mata pelajaran saya. Mengerti?"

"Sangat mengerti, Bu," jawab Kendra mantap.

"Yah, nggak seru. Kendra nggak jadi dihukum," celetuk Wawan tiba-tiba membuat Kendra langsung menoleh ke sumber suara.

"Diam kau Wawan si bakwan! Gue masih ada dendam sama lo ya." Kendra menudingkan jari telunjuknya ke arah Wawan yang posisinya sekarang ada di deretan bangku paling depan.

Wawan langsung diam seketika. Cowok itu ingat kalau beberapa hari yang lalu ia sempat mengerjai Kendra yang saat itu ingin mengejar Mora. Ia hanya iseng bilang kalau ada PR Biologi, padahal hari itu tidak ada pelajaran Biologi dan baru hari pertama masuk.

RE-MORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang