4 - Suatu rencana buruk

17.5K 601 1
                                    

Hari sudah mulai sore. Aisyah masih setia duduk di kursi taman belakang rumah. Pemandangan taman sore ini membuat dirinya lebih sedikit nyaman. Matanya masih sembab akibat menangis tadi. Ia memandangi bunga bunga yang berwarna warni di tengah taman. Bunga cantik yang menghiasi taman hingga tampak indah untuk di lihat.

Senyumannya mulai timbul ketika seekor kupu kupu hinggap di atas sebuah bunga mawar merah yang begitu indah.

"Begitu indah di lihat, andai saja aku seperti bunga dan Marel sebagai kupu kupu itu mungkin? Aah tidak aku hanya terlalu berkhayal mana mungkin kami akan seperti bunga dan kupu kupu itu." Ucapnya.

"Oh tidak, ini sudah hampir magrib Astaghfirullahaladzim. Aku lupa tidak sholat ashar, aku masih belum mandi untuk sholat magrib dan aku juga belum membuatkan makan malam untuk Marel, begitu cerobohnya aku hari ini hingga aku tidak ingat waktu."

Aisyah Tersadar bahwa hari sudah mulai gelap dan ia masih setia duduk di kursi taman belakang rumah. Aisyah bangun dari kursi itu kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. Dia sempat melihat ke arah dapur dan untung saja Bibik sudah mempersiapkan makan malam untuk mereka. Jadi Aisyah tidak usah terburu buru sholat.

Aisyah berjalan melewati dapur untuk menuju ke arah kamarnya. Ketika ingin melangkah ke arah kamarnya, tiba tiba Marel sudah berada di ambang pintu masuk. Dia baru datang dari kantornya dengan kondisi wajah yang sangat lesu dan capek. Marel sekilas melihat Aisyah kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Aisyah menundukkan pandangannya dari Marel. Setelah itu ia terus berjalan masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya dan juga untuk melaksanakan sholat magrib. Setelah selesai sholat magrib Aisyah langsung mengambil AL-Qur'an kemudian membacanya.

*****

Marel turun dari kamarnya. Telinganya menangkap sebuah suara yang begitu merdu melantunkan ayat ayat suci AL-Qur'an. Dia terpaku mendengarkan lantunan tersebut hingga dia mengikuti arah dimana suara itu berasal. Namun, ketika sampai di depan kamar Aisyah dia langsung menghentikan langkahnya.

"Ada apa dengan ku? kenapa aku kesini?" Tanyanya bingung lalu Marel melangkah untuk pergi dari depan kamar Aisyah.

Namun, dia sedikit ragu untuk pergi sebab telinganya masih ingin mendengarkan lantunan Ayat ayat suci dan juga matanya masih penasaran dengan orang yang membaca ayat ayat suci tersebut. Walupun Marel sendiri telah tau bahwa yang membaca ayat ayat suci itu adalah Aisyah istrinya.

Tidak lama suara tersebut terhenti, karena Aisyah telah selesai membaca ayat ayat suci AL-Qur'an. Aisyah menaruh AL-Qur'an tersebut di atas laci dan juga melipat mukenah nya.

Marel yang sudah tidak mendengar lantunan ayat ayat suci itu lagi. Dia langsung berjalan ke arah meja makan untuk makan malam. Begitu juga dengan Aisyah dia keluar dari kamarnya menggunakan gamis berwarna pink dan juga berhijab.

Aisyah berjalan ke arah meja makan yang sudah ada Marel dan juga Bibik yang menyiapkan minuman untuk Marel.

Aisyah melangkah ke arah kursi yang berjarak dua kursi dari kursi yang di duduki oleh Marel, kemudian dia duduk dan mengambil satu buah apel. Marel memandangi Aisyah heran. Dia sedikit bingung melihat Aisyah yang hanya mengambil buah apel saja untuk makan malamnya.

Aisyah tidak melihat ke arah Marel dan terus mengupas kulit apel.

"Aden." Kata si Bibik membuat Marel menoleh ke arahnya dan begitu pula Aisyah.

"Ada apa Bik?" Tanyanya sedikit lembut.

"Begini Den anak Bibik sakit di kampung tadi dia menelfon dan saya mau minta izin sama aden apa boleh saya pulang kampung? mungkin agak lama den jika memang di bolehkan." Tanya Bibik sopan.

Marel mengangkat sebelah alisnya, dia sedang memikirkan sesuatu.

'Kesempatan untuk buat Aisyah menangis bahkan lebih dari itu. Kan gak ada Bibik jadi gak bakalan ada orang yang bisa menganggu rencana aku. Gak ada seorang pun juga yang mengadukannya pada papa!'

Ucap Marel di dalam hati dengan tersenyum senang.

"Em baiklah, kapan Bibik pulang kampungnya?" Tanya Marel balik.

Aisyah berhenti mengupas kulit apel dan fokus melihat ke arah mereka berdua.

"Kalau boleh Sekarang Den."

"Yasudah! tapi kan sekarang malem Bik biar mang Udin yang nganterin Bibik pulang ke kampung. Lagian mang Udin disini gak begitu kerja kan? karena disini gak ada papa jadi dia gak ada kerjaan antar jemput gitu."

"Tapi den?"

"Ini kemauan ku jadi turuti. " Herdik Marel dingin.

Bibik mengangguk.

"iya Den. " Kemudian Bibik berjalan ke arah kamar belakang untuk mengambil tasnya yang sudah di siapkan sejak tadi siang olehnya.

Bibik berjalan melewati meja makan.

"Mari den non saya pamit pulang dulu." Pamit Bibik.

"Iya Bik hati hati." Jawab Aisyah lalu tersenyum dan di balas senyuman juga oleh Bibik.

"Hati hati Bik! mang Udin ada di depan bilang saja kalau aku yang menyuruhnya untuk nganterin Bibik gitu." Jelas Marel.

"Iya Den." Balas Bibik kemudian dia berjalan ke arah pintu luar.

Setelah Bibik menghilang dari pintu. Keadaan langsung berubah canggung. Aisyah kembali menunduk dan lanjut mengupas kulit apel yang sempat tertunda tadi. Marel memandangi Aisyah terus hingga membuatnya risih, tanpa tidak di sengaja mata pisau yang tajam itu mengenai jari telunjuk Aisyah hingga mengeluarkan darah.

"Aduh..!" Aisyah langsung melepas pisau itu dan memegangi jari telunjuknya yang terus mengeluarkan darah.

"Hm. Ceroboh sekali!!"

Umpat Marel memperlihatkan reaksi tidak perduli terhadap Aisyah. Dia begitu tenang dan terus memakan makan malamnya tanpa khawatir sedikitpun kepada Aisyah.

Aisyah hanya menggerutu kesal di dalam hati kemudian Aisyah bangun dan berjalan menuju ruang tengah untuk mencari kotak obat. Di meja makan Marel terus memandangi Aisyah dengan raut wajah gembira.

 Cinta AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang