Malam hari
Tuan muda terus memikirkan perasaan aneh yang ada dalam dirinya, sejak kepergian Celine entah mengapa ada suatu keinginan yang kuat dalam hatinya untuk kembali membawa gadis itu ke istananya. Tapi dalam hatinya juga timbul penolakan terhadap gadis itu.
Seperti malam-malam sebelumnya selama seribu tahun ini, Grisella selalu masuk ke dalam kamar tuan muda saat tengah malam hampir tiba.
"Anda sudah siap tuan muda? Adakah yang ingin anda buru malam ini?" Tanya Grisella.
"Tidak, istirahatlah di kamarmu, sepertinya malam ini aku sedang malas berburu." Sahut tuan muda.
"Anda memikirkan Celine?" Tanya Grisella.
Tuan muda hanya diam, tatapannya terus menatap keluar jendela.
"Aku hanya akan tidur malam ini, istirahatlah Grisella, kamu juga pasti lelah karena menemani gadis itu seharian ini." Ucap tuan muda lalu naik ke tempat tidurnya dan meringkuk ke dalam selimut.
Grisella tersenyum lalu keluar dari kamar itu dan menguncinya dari luar, tetap berjaga jika singa itu tidak sejalan dengan keinginan tuan muda.
Grisella turun dari atas karena kamarnya memang terletak dibawah.
Bibi Milly terlihat heran melihat Grisella meninggalkan kamar tuan muda namun tidak bersama seekor singa.
"Apa yang terjadi nona Grisella?" Tanya bibi Milly.
"Tuan muda sedang tak ingin berburu malam ini, sepertinya dia masih terus memikirkan Celine. Bukankah ini pertanda baik bibi Milly?" Sahut Grisella.
"Iya nona Grisella, semoga kutukan ini segera berakhir." Ucap bibi Milly.
Malam ini Grisella dan Otista juga bibi Milly tak ada satupun yang mampu tidur, tuan muda memang tidak mengaum penuh nafsu berburu bagai singa kelaparan seperti biasanya, namun justru mengaum dengan suara seolah sedang kesakitan dan menderita karena kesepian.
Grisella dan bibi Milly sampai meneteskan air mata karena tak tahan mendengar lenguhan tuan muda dari dalam kamarnya. Lenguhan yang hanya pernah mereka dengar sekali selama seribu tahun yaitu saat kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Ini adalah kali keduanya lenguhan itu kembali terdengar.
Selama ini mereka terbiasa mendengar auman singa yang ganas tiap malam, karena singa itu butuh dilepaskan untuk berburu di hutan sekitar istana Freonheart.
"Haruskah kita membawa gadis itu kembali kemari?" Tanya Otista pada kedua wanita dihadapannya.
"Entahlah, aku takut tuan muda justru akan marah, karena tadi dia mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai Celine." Sahut Grisella.
"Biarkan cinta itu tumbuh dan disadari dengan sendirinya oleh keduanya, karena kutukan itu hanya akan hilang dengan cinta suci dari gadis berdarah suci." Ucap bibi Milly.
Ketiganya pun hanya mampu berdiam diri hingga pagi menjelang. Saat sinar matahari pagi telah muncul ke permukaan, Grisella kembali membuka kunci pintu kamar tuan muda.
"Anda baik-baik saja tuan muda?" Tanya Grisella saat masuk ke dalam kamar tuan muda.
Tuan muda telah kembali dalam wujud manusia, dia hanya diam berdiri di dekat jendela dan menatap keluar pada pepohonan yang ada di dalam hutan sekitar istana itu.
"Saya permisi tuan muda, jika anda butuh bantuan,anda tahu dimana mencari diriku." Ucap Grisella memilih keluar kamar karena tuan muda seperti tak mau diajak bicara olehnya.
Tuan muda menoleh ke arah pintu saat Grisella telah menutupnya.
"Janganlah kalian terlalu berharap pada gadis itu, gadis itu makhluk yang terlalu sempurna bagi monster seperti diriku. Tak akan mungkin dia mau mencintai dan menerima keadaanku sebagai makhluk berbulu lebat yang ganas ini. Lagipula, dia pantas mendapatkan yang lebih baik dariku." Ucap tuan muda berbisik pelan dan menghela napas panjang dan berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Beast Doesn't Love Beauty (Pindah Ke Dreame)
Ficción Generalfiksi 18+++ "Ouh Tuhan, jangan katakan bahwa pria itu barusaja keluar dari kamar yang sama dengan Grisella! Apa yang mereka lakukan dari semalam? berada di satu kamar hanya berdua? Lalu apa yang dia lakukan padaku malam tadi? Ouh tidak! Tidak! Tidak...