Malam ini udara terasa tidak begitu dingin. Reon tampak tenang duduk diatas motornya memandangi jalanan didepan sana. Seusai membeli beberapa buku untuk dibaca, Reon lebih memilih duduk diam diatas motornya tepat didepan toko buku dan memperhatikan jalanan yang tampak ramai.
Setidaknya disini lebih ramai. Daripada harus dirumah dan mendengar suara mereka, itu hanya akan menambah luka. Setidaknya lari dari luka untuk sementara tidak apa kan? Reon juga bisa sedih, ia sama seperti manusia lainnya yang bisa sedih dan senang. Ia hanya tidak tau bagaimana mengekspresikannya didepan semua orang. Dan lebih menyedihkan lagi ia tidak tau kepada siapa ia harus mengadu. Dari kehidupannya pun lebih banyak cerita kelam daripada bahagia.
"Aduh!! Yahh jatuh deh"
Refleks Reon menoleh kebelakang dan tatapannya terpaku pada sosok gadis yang selama ini ia idamkan. Gadis itu, disana, tampak kesusahan memunguti buku-buku yang berjatuhan. Reon yang tersadar pun langsung turun dari motornya dan membantu gadis itu memunguti buku-buku.
"Makasih ya uda mau bantuin" ucap gadis itu sambil menunduk untuk membenarkan posisi buku yang tengah ia pegang, ia mengucapkannya dengan tulus saat semua buku sudah mereka pegang.
Lalu tatapan gadis itu bertemu dengan tatapan tajam milik Reon. Mereka sama-sama terdiam. Lalu detik selanjutnya gadis itu tersenyum. Senyum yang sangat manis.
"Reon kan? Saudara tirinya Dimas?" tanya gadis itu sambil menunjuk Reon tak lupa disertai dengan senyuman
"Iya" jawab Reons singkat. Namun dalam hatinya ia sangat senang saat gadis itu tau namanya. Walaupun sebenarnya semua murid tau. Namun tak menutup kemungkinan ada yang masa bodo dengan dirinya.
"Wah, gak nyangka ya bisa ketemu sama kamu disini. Oh iya Dimas nya mana?" tanya gadis itu sambil memperhatikan sekitar.
Dimas lagi. Apakah seluruh dunia ini berpusat hanya pada Dimas saja? Ah iya, ingatkan Reon selalu akan Dimas yang memang lebih unggul dalam segala hal daripada dirinya. Jadi wajar jika gadis ini juga menanyakan soal Dimas.
Gadis itu sepertinya menyadari perubahan pada Reon. Lantas gadis itu tersenyum kikuk seraya berkata,
"Maaf ya kalau aku nanyain soal Dimas sama kamu"
Bukannya marah atau apa, Reon malah tersenyum hangat. Hal itu seperti tertular, karena saat ini gadis itu juga ikut tersenyum manis.
"Dimas dirumah. Mau ketemu sama dia?"
Gadis itu menggeleng pelan.
"Kamu sendiri kesini?"
Jedarrr. Bagai disambar petir. Gadis itu melongo menatap polos Reon karna menggunakan kata aku-kamu.
"Hey" tegur Reon karena tak kunjung memdapat jawaban
"Eh, iya aku kesini sendirian. Soalnya tadi juga mau beli buku sejarah doang eh tapi tertarik sama buku plus novelnya jadinya aku beli deh" kekeh gadis itu melihat betapa banyak buku dan novel yang ia beli.
Beginilah gadis itu jika sudah berada di toko buku. Gadis itu akan anteng berkeliaran ditoko buku demi mencari novel atau buku yang cocok untuk dibaca. Kalau diperhatikan Reon dan gadis ini mempunyai hobi yang sama yaitu membaca. Baik buku pelajaran, sejarah, ataupun novel. Kalau Reon sendiri memang suka akan bau buku-buku baru. Maka dari itu koleksi bukunya juga banyak dirumah. Dan akan ia baca berulang-ulang tanpa bosan.
"Aku anterin ya, buku yang kamu beli juga kebanyakan" tawar Reon berharap gadis ini mau menerima tawarannya.
"Tapi takut ngerepotin. Soalnya ini juga uda malem banget"
Tanpa menjawab, Reon langsung membawa semua buku yang ia pegang. Gadis itu juga mengekori Reon dari belakang. Saat sudah sampai diparkiran Reon memberikan buku yang ada padanya ke gadis itu untuk disatukan bersama teman-temannya.
Reon juga membuka jaketnya dan menyampirkannya pada gadis itu. Sontak hal itu membuat gadis itu bungkam dengan detak jantung yang tak karuan. Oh ayolah siapa yang tidak jantungan dengan posisi sedekat ini. Apalagi yang dihadapan gadis ini seorang most wanted yang terkenal dengan sifat dinginnya. Tapi kenapa yang terlihat justru hal manisnya!. Ada apa sebenarnya?
"Ayo naik" ujar Reon dan membantu gadis itu dan ke motor sportnya.
Reon bergegas menjalankan motornya meninggalkan parkiran. Selama diperjalanan mereka hanya diam. Anatara bingung atau enggan untuk membuma suara.
"Hm Yon boleh nanya sesuatu gak?"
Reon hanya mengangguk sebagai jawaban. Sementara gadis itu diam sejenak seolah ragu untuk menanyakan hal yang ingin ditanyakan pada Reon.
"Rumor tentang kamu itu bener ya?" tanya gadis itu akhirnya setelah lama terdiam.
Sementara di balik helm, Reon hanya menyerngit bingung dengan pertanyaan yang baru saja dikatakan oleh gadis itu.
"Rumor yang mana?"
"Yang bilang kalau kamu itu enggak dianggap anak sama papa kamu. Itu bener?"
Hening. Reon hanya diam tak berniat menjawab. Lebih tepatnya tak tau harus menjawab apa.
"Duh maaf ya kalau aku salah nanya" ucap gadis itu penuh sesal
"Emangnya kenapa kalau rumor itu bener?" tanya balik Reon
"Ya gak papa sih"
"Gak mau ya berteman sama anak kayak gue"
Nada bicara Reon berubah. Bahkan ia merubah panggilannya menjadi gue-elo. Dan dari situlah gadis itu sadar bahwa seharusnya ia tidak bertanya hal semacam itu.
Sementara Reon yang tak kunjung mendapatkan jawaban juga ikut diam. Entah bagaimana perasaannya sekarang. Hancur mungkin.
Hingga sampailah mereka tepat didepan rumah megah milik gadis itu. Gadis itu lalu turun dan masih tetap diam pada posisinya. Sementara Reon bergegas untuk pulang.
"Masuk gih" ucap Reon dengan tatapan dingin
Dengan keberanian yang ada, gadis itu menatap Reon lama sebelum berucap,
"Maaf ya Yon kalau pertanyaan aku tadi bikin kamu tersinggung"
Dibalik helmnya Reon hanya tersenyum tipis. Tanpa sadar tangan kokoh cowok itu terulur mengusap puncak kepala gadis itu lembut. Gadis itu mematung seketik saat mendapatkan perlakuan seperti itu. Apalagi sekarang tatapan Reon berubah hangat.
"Gak masalah kok. Lupain aja, sekarang kamu masih gih. Uda malem, uda malam gak baik untuk kamu"
Gadis itu mengangguk dan tanpa sadar tersenyum manis,
"Makasih ya uda mau bantu dan nganterin aku pulang"
Reon mengangguk dan tersenyum tipis. Gadis itu kemudian berbalik, dengan senyum tertahan. Membayangkan perlakuan Reon padanya membuat ia ingin teriak sekarang.
Semua perlakuan Reon tadi tidak sesuai dengan sifatnya yang terkenal dingin. Dan untuk hari ini ia mendapatkan sisi lain dari Reon. Tatapan hangat, senyumnya, dan perlakuan manisnya seperti saat mengusap kepalanya tadi.
Ah entah kenapa ia merasakan hal aneh saat bersama cowok itu. Hatinya juga menghangat saat Reon menggunakan aku-kamu saat bersamanya tadi.Malam ini kedua insan itu tengah dilanda kebahagiaan. Dan entah sejak kapan perasaan aneh ini muncul. Yang jelas dari kejadian tadi gadis itu menyukai Reon. Menyukai cowok yang selama ini ia kenal hanya sekedar saja. Malam ini pula Vania Ara Gianti tanpa sadar telah mempunyai rasa yang sama dengan Reon.
¤¤¤¤
Selamat membaca😊
Salam manis,
Ans Chaniago
KAMU SEDANG MEMBACA
Reon (Sudah Terbit) ✔️
Teen Fiction[END] Reon Nataprawira. Seorang remaja dengan sejuta luka. Remaja tampan dengan sikapnya yang kaku dan dingin. Hidupnya gelap layaknya tak ada cahaya. Kisah cintanya runyam, gagal sebelum memulai. Kesepian? Itulah hari yang dilewatinya. Seolah-olah...