🕗0.8 Menyerah?

330 36 13
                                    

Setelah selesai mengantarkan Shinwu, Ikhan, Sui, dan Yuna, Seira dan Rael langsung kembali ke rumah Frankenstein.

Sesampainya di rumah, rumah itu sudah sepi karena jam sudah menunjukkan pukul 10.15. Yang artinya sudah terlalu larut malam.

"Tuan Rael, aku ke kamar dulu. Selamat malam" ucap Seira. Rael hanya melirik Seira dan mengangguk lalu ia segera beranjak ke arah kamarnya.

'Ada apa dengannya huh? Kenapa akhir akhir ini dia menjadi pendiam?' batin Seira.

Seira langsung masuk ke kamarnya. Disana, Angelya sudah tertidur dengan pulas di kasurnya. Seira lalu berjalan ke arah lemarinya dan mengganti pakaiannya.

04.30 a.m

Tet...tet...tet...

Alarm Seira berbunyi membangunkan Seira. Seira lalu beranjak mengambil pakaian dan lalu masuk ke kamar mandi.

Saat sedang merapikan rambutnya di cermin, Seira baru sadar bahwa Angelya sudah tidak ada di ranjangnya.

Selesai merapikan rambutnya, Seira segera keluar dari kamar dan menuju ke arah dapur. Betapa terkejutnya ia saat melihat Angelya dan Rael sedang memasak bersama sambil tertawa bersama. Hatinya merasa panas melihat kejadian itu. Ia lalu menghampiri mereka berdua.

"Selamat pagi, Rael!" ucap Seira sambil tersenyum hangat. "Hm, selamat pagi" jawab Rael dingin. Tatapan Seira berubah menjadi sendu setelah mendengar jawaban Rael.

"Seira, bisa minta tolong bangunkan yang lain?" kata Angelya. "Kenapa tidak kau saja yang membangunkan mereka?" jawab Seira sarkastik. "Aku masih memasak"

"Ya sudah kalau begitu biar aku saja yang memasak, kau yang bangunkan mereka"

Angelya dan Rael saling bertatapan. Mereka sangat heran dengan sikap Seira. Tidak biasanya ia bersikap seperti ini.

"Haah, baiklah. Nanti kau tolong-"

"Yayaya aku tau apa yang harus kulakukan. Sudah, cepat sana!"

Angelya lalu melepas apron nya dan mulai berjalan meninggalkan dapur. Seira lalu mengambil apron yang digunakan Angelya tadi dan memasangnya.

"Seira, ada apa denganmu? Mengapa sikapmu lebih dingin dari biasanya? Apa Angelya memiliki masalah padamu?" tanya Rael tiba tiba.

"Kalau kau sendiri saja tidak tahu dan malah bertanya padaku, lalu aku harus bertanya pada siapa?" jawab Seira tanpa mengalihkan pandangannya dari sup yang sedang dibuatnya.

Hah? Apa maksudnya? Mengapa sikap Seira menjadi lebih dingin semenjak kehadiran Angelya? Ada apa ini? -batin Rael

"Seira, Regis tidak mau bangun jika bukan kau yang membangunkannya. Bagaimana ini?" ucap Angelya tiba tiba sambil memasuki dapur.

"Cih, membangunkan Regis saja masih tidak becus. Bagaimana dengan suami dan anak anakmu nanti?" balas Seira dengan nada sinis.

"SEIRA! SEBENARNYA ADA APA DENGANMU? APA MASALAHMU DENGAN ANGELYA?"

Prang!

Mangkok yang ada di genggaman tangan Seira meluncur begitu saja. Ia sangat terkejut karena Rael membentaknya. Ini adalah pertama kalinya.

Kaki Seira tiba tiba menjadi lemas. Ia jatuh terduduk di dekat pecahan mangkok. Kakinya tertusuk pecahan pecahan itu dan berdarah banyak.

"S-seira" ucap Angelya terkejut.

Para penghuni rumah mulai berdatangan satu persatu melihat apa yang terjadi.

Pandangan Seira kosong. Matanya memanas. Cairan bening siap meluncur dari matanya.

"Seira...maaf...ak-"

"SEIRA! APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA SEIRA?!"

Ucapan Rael terpotong oleh ucapan Regis. Begitu mendengar kegaduhan dan suara benda jatuh dari arah dapur, Regis langsung melesat menuju dapur.

"Astaga Seira, ayo berdiri dulu. Darahmu bisa habis jika kau tidak segera menyingkir. Ayo sini ku bantu"

Regis berusaha membantu Seira berdiri tetapi Seira tetap tidak bergeming dari tempatnya.

"Ayolah Seira, kumohon" bujuk Regis.

"Minggir Regis, biar aku saja" ucap M-21. M-21 berjalan ke arah Seira.

"Seira, kakimu berdarah. Ayo kita obati dulu" kata M-21 kepada Seira. Seira tidak menjawab. Ia masih shock dengan apa yang baru saja terjadi.

"Seira? Ku mohon" M-21 mencoba membujuk Seira sekali lagi tapi gadis itu tetap tidak menjawab.

M-21 akhirnya menyerah untuk membujuk Seira. Ia mengangkat tubuh Seira perlahan dan menggendongnya sampai kamar Seira.

"Rael? Angelya? Ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Frankenstein begitu M-21 dan Seira telah pergi.

"A-aku...aku hanya...aku hanya..." jawab Rael terbata-bata.

"Jawab dengan jujur, Rael. Apa yang kau lakukan pada Seira?" tanya Regis geram.

"Regis, aku mohon, jangan emosi dulu. Ini tidak seperti yang kau kira" kata Angelya mencoba menenangkan.

"DIAM KAU! AKU TIDAK BERBICARA PADAMU!"

Sontak Angelya dan Rael terkejut. Mereka berdua langsung diam seribu bahasa.

"Cukup Regis, sekarang tenangkan pikiranmu dulu. Ayo kita lihat keadaan Seira dulu" ajak Takio.

Satu persatu penghuni rumah itu mulai meninggalkan dapur, kecuali Rael dan Angelya tentunya.

"Rael, aku-"

"Diam dulu, Angelya, aku sedang tidak ingin diajak berbicara"

"B-baiklah. Aku pergi dulu, aku ingin melihat keadaan Seira"

Angelya lalu pergi meninggalkan Rael sendirian. Rael berjalan ke arah rooftop. Ia sangat membutuhkan ketenangan saat ini. Rael lalu duduk di sofa yang ada di rooftop.

Rael POV

Huft, apa aku sudah keterlaluan ya karena membentak Seira tadi? Tapi Seira juga keterlaluan. Apa maksudnya berbicara seperti itu pada Angelya tadi? Ia kan hanya mau membantu. Regis nya saja yang tidak mau menurut.

Tapi mengapa Seira sampai shock begitu ya? Hm ya wajar saja, ini pertama kalinya aku membentak Seira. Selama ini, aku selalu bersikap lembut padanya. Aku akan meminta maaf padanya setelah ia tenang nanti.

Oh ya ngomong ngomong soal perasaanku pada Seira, sepertinya aku akan benar benar menyerah kali ini. Aku...


Sudah tidak kuat lagi.

Vinculum Fortis • Rael><SeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang