Menjadi anak sholeh lagi cerdas, taat beragama dan taat kepada orangtua lalu menjadi kebanggaan keluarga, tentu saja menjadi do'a dan harapan setiap ayah dan bunda untuk anaknya. Aku bukanlah seseorang yang dibanggakan keluarga. Meski aku yakin, tak ada orangtua yang mengharapkan hal buruk terjadi pada anaknya. Nilai akademisku tak sebagus ketiga adikku, aku harus berusaha keras belajar ketika ujian. Tak seperti adik-adikku yang cerdas. Bahkan aku pernah tak naik kelas karna aku dianggap tidak cukup mampu mengejar ketertinggalanku.
"Pergi dari sini, dasar kau anak bodoh, tak bisa jadi kebanggaan, papa!!"
"Papa, tolong jangan berkata seperti itu, dia anak kita!"
"Anak yang iQ nya jongkok begini?"
"Astagfirullahhh....!"
Diusir dari rumah karna suatu hal yang seharusnya bukan salahku tapi kehendak Allah. Seperti tak ada rasa cinta padahal aku darah dagingnya. Meski begitu ada pesan cinta yang terselip dari Allah untukku karnanya. Dari situlah hidupku dimulai, dari situlah aku lebih mengenal dan dekat denganNya termasuk menemukan kesejatian rasa terhadap dia, Atas Nama Yang Maha.....
"Dia Hawa Priliea ... dari nama saja kalian sudah jodoh, kau Adam Aliefattah ... Adam dan Hawa... jodoh... Ali dan Ili, jodohh!"
Aku tersenyum mendengar ucapan Rohid. Teman satu perjuangan sejak kami memasuki sebuah pesantren disudut kota tempat kami tinggal. Dia sedang membicarakan seorang gadis berhijab yang seringkali kami lihat ikut pengajian dimesjid Raudatul Jannah, mesjid sekitar pesantren, dimana aku dan Rohid menjadi salah satu pengurus disana.
"Aku pamit duluan ya, Ti, Assalamualaikum!"
"Iya i, fii amanilah.... waalaikumsalam!"
Gadis itu terlihat cantik dengan hijabnya yang menutup bagian dada. Namanya kami ketahui dari Tiana, teman dekatnya yang sudah sejak dulu menjadi jemaah dimesjid itu. Rohid katakan, dia putri seorang ustadz yang baru menyelesaikan pendidikan setara SMA-nya. Hawa Priliea. Nama yang manis. Semanis senyumnya. Astagfirullah.
Aku bukan Ustadz. Aku hanyalah seorang hamba. Aku seorang murid biasa yang mengabdikan diriku pada pesantren dan mesjid setelah dibuang oleh keluargaku karna dianggap mempermalukan mereka. Aku hanya mengandalkan belas kasih Allah. Dan memperluas niat agar apa yang aku lakukan bermanfaat bagi banyak orang.
Dan aku tak mungkin memiliki keberanian mendekati seorang gadis karna aku tak memiliki modal apa-apa untuk membuat dia sepadan denganku.
Aku hanya bisa pasrah kepada Allah. Menjalani hidup sesuai dengan takdirnya, semenjak tak ada siapa-siapa lagi yang mendukung dalam kehidupanku.Tawakkal. Itu saja. Pasrah kepada Allah SWT atas segala kehendaknya. Karena tawakkal mencerminkan tingginya keyakinan seorang hamba kepada Tuhannya. Aku menyerahkan segala urusan yang berkaitan dengan usahaku kepada Allah, dengan sepenuh hati aku pasrahkan hasilnya kepada kekuasaan Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang hatinya bergetar apabila disebut nama Allah, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat lah imannya. Dan hanya kepada Tuhan lah mereka bertawakkal. - (Q.S Al-Anfal: 2)
######
Hawa Priliea
Tak banyak yang tahu, aku berhijab syar'i, hanya ketika aku pergi ke Mesjid. Selebihnya, aku ini hanya gadis biasa. Melakukan aktivitas seperti remaja kebanyakan.
Aku memang belajar selama tiga tahun di pesantren, tetapi bukan berarti dirumah aku mempraktekkan ilmu yang aku dapatkan dipesantren sepenuhnya. Apalagi sekarang aku sudah menyelesaikan belajarku disana dan memilih melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi dikampus bukan lagi dipesantren.
Aku seperti gadis-gadis lain yang ingin menikmati masa-masa dimana hanya ada gelak dan tawa. Menyukai lawan jenis dan bergurau dengan mereka.
"Ii, umi dan abi kasih kesempatan sama ii untuk belajar di kampus biasa bukan dipesantren, tapi ingat, ii harus menjaga diri, menjaga hijab yang ii gunakan dan menjaga kehormatan sebagai seorang gadis yang pernah belajar dipesantren..."
Aku hanya diam saja. Tidak membantah. Karna akan sama saja ketika dibantah. Nasehat umi akan lebih panjang lagi. Lebih baik diam, tetapi kita melakukan apa yang kita mau dan apa yang kita suka. Lagipula umi benar, sebagai gadis tamatan pesantren, aku harus menjaga diriku.
Aku kurang apa? Ayahku, ustadz Ainul Aiman Hakim, Aa Iman, Ustadz yang cukup terpandang dikota kami. Sedangkan ibuku wanita yang sholehah, taat beribadah, taat kepada suami, penjaga anak-anaknya kala suami pergi berdakwah. Mereka mendidik dan menjaga aku sedemikian rupa.
Tapi ada yang berontak disudut hati saat merasa aku tak bisa menikmati masa remaja seperti kebanyakan remaja lainnya. Dan aku terjebak pada pilihan sulit, saat aku dekat dengan Melia yang mengenalkan aku pada dunia selain dunia hijab.
Aku berhijab, tapi aku pernah terjebak pada sebuah lingkaran yang sulit kupahami, sampai aku bertemu seseorang yang membuatku benar-benar mendapatkan pesan cintaNya, karna dia berkata 'Atas Nama Yang Maha'.....
Petunjuk itu bahkan bukan datang dari kedua orangtuaku yang dekat dengan Allah. Petunjuk bisa datang dari mana saja sesuai dengan kehendakNya. Bahkan Nabi saja tidak bisa membuat pamannya meninggal dalam iman. Dan aku bersyukur, Allah masih memberikan cahaya untukku karnanya.
Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". [Al Qashash/28 : 56]
#########
Banjarmasin, 23 November 2018
Cover by rimlfptr
Terima Kasih Rima 😍😘Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarkatuh!
Hai......
Bertemu di prolog 'Atas Nama Yang Maha'
Terima Kasih sudah menunggu ❤
Dan Terima Kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca.Saya fakir ilmu, jika didalam cerita ini terdapat ilmu yang bisa dipetik, maka yang demikian hanyalah petunjuk dari Allah melalui data-data yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Mohon dikoreksi saja jika ada kesalahan dalam menyampaikan.
Terima Kasih.Wassalam,
Puspa Mekar
KAMU SEDANG MEMBACA
Atas Nama Yang Maha
ФанфикMenjadi anak sholeh lagi cerdas, taat beragama dan taat kepada orangtua lalu menjadi kebanggaan keluarga, tentu saja menjadi do'a dan harapan setiap ayah dan bunda untuk anaknya. Aku bukanlah seseorang yang dibanggakan keluarga. Meski aku yakin, tak...