AtasNama#1

9.9K 1.4K 64
                                    

Adam Alifattah

"Papaaa, nanti belikan Aya note book ya, supaya nanti Aya bisa ngerjain tugas kuliah."

Tak menunggu waktu lama, besoknya 'note book' pelajar keluaran terbaik sudah berada dalam genggaman Alya, adikku.

"Dul perlu handphone android yang canggih Pa, biar selalu bisa buka aplikasi-aplikasi pintar, translate, classroom."

Istimewa. Malam itu, Abdullah, adikku setelah Alya, sudah menerima transfer dana dari papa untuk membeli smartphone yang ia butuhkan.

"Papa, papaaa," panggil Aliyah si bungsu suatu hari, "Yaya butuh alat mewarnai yang lengkap Pa, buat lomba menggambar dan mewarnai mewakili sekolah pekan depan."

Lombanya pekan depan, tapi detik itu juga, Papa mengeluarkan perintah pada Mama untuk membawa Aliyah ketoko alat-alat tulis untuk mencari kebutuhan yang dia maksud.

"Pa!"

Suatu hari aku mendekati papa yang sedang berada diruang tamu. Papa berdehem tanpa menoleh. Beliau asik mengutak-atik ponselnya, terlihat tersenyum sendiri dan tenggelam dalam aktivitasnya itu. Tanpa menghiraukan aku.

"Pa!" panggilku lagi untuk kedua kalinya.

Aku berani mendekatinya karna aku lihat ayahku itu sedang santai setelah makan malam. Dan aku lihat juga Alya, Abdullah dan Aliyah sudah masuk kamar masing-masing dengan kesibukan mereka.

"Pa, aku mauu..."

Ucapanku tertahan karna Ayahku menoleh cepat dengan tatapan tajam. Aku menelan ludahku. Selalu begitu ketika aku menginginkan sesuatu. Harus memiliki keberanian. Karna aku tahu, aku tak seperti adik-adikku yang begitu mudah mendapatkan fasilitas yang mereka inginkan.

"Mmmhh, maaf pa, bolehkah Ai beli Al Qur'an pena digital? Harganyaaa..."

"Al Qur'an digital? Buat apa? Bukannya kamu sudah punya?"

Belum sempat melanjutkan kalimatku, papa sudah memotong ucapanku.

"Yang Ai maksud ini Al Qur'an digital dengan pena Pa, buat mendengarkan dan belajar melafalkan, biar Ai..."

"Tidak perlu Al Qur'an canggih kalau kamu pintar!"

"Tapi, Pa."

"Apa gunanya Al Qur'an?"

Astagfirullah Hal Adzim. Seseorang yang ber KTP kan Islam bertanya seperti itu dan itu adalah ayahku sendiri, membuat dadaku menjadi nyeri.

"Yang kamu butuhkan itu les private biar otakmu encer, biar kamu bisa masuk perguruan tinggi yang akan mengantarmu menjadi manusia berkelas, sekarang kamu sudah ditinggalkan Alya, Alya sudah memasuki kampus terfavorit, calon sarjana hukum, calon staf kementrian, konsultan hukum, pengacara, minimal dosen, nah kamu mau jadi apa dengan Al Qur'an Digital?"

"Al Qur'an itu pedoman hidup orang Islam, Pa."

"Apa Al Qur'an dapat membuatmu, lolos memasuki dunia kampus? Sekarang kamu tertinggal dari Aya, apa kau tidak malu?"

"Jika Ai dapat menghapal Al Qur'an, Insya Allah, papa dan mama akan diberi mahkota cahaya kelak di akhirat."

"Kita bicara dunia bukan akhirat!!"

"Tapi, pa..."

"Sudah! Kau tak dapat diarahkan, kau bodoh!!"

Ayahku berdiri dan tanpa menoleh lagi, beliau meninggalkan aku yang termangu sendiri setelah mencoba memanggilnya.

"Pa!"

Aku memandang punggung ayahku. Dan pada akhirnya aku menghempaskan napasku yang terasa berat karna seketika sesak.

Atas Nama Yang MahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang