Chenle adalah karyawan bagian produksi di perusahaan dagang yang bergerak di bidang elektronik milik pengusaha ternama Park Jisung. Chenle tidak tahu kenapa dia diposisikan di bagian produksi padahal saat melamar pekerjaan dia mendaftar sebagai staff penjualan yang sering bekerja di luar kantor, karena saat mendaftar pun dia tidak mempunyai kepercayaan diri bisa lolos seleksi, tapi dia sangat terkejut saat mendapat panggilan untuk wawancara waktu itu, bahkan dia sampai mengundang Haechan—sepupunya untuk membantu memilihkan pakaian yang harus dia pakai saat wawancara.
Chenle gugup tentu saja, ini pengalaman pertamanya bekerja di kantor besar seperti ini, apalagi kantor ini milik Park Jisung, mantan pacarnya saat mereka masih menempuh pendidikan menengah atas. Awalnya Chenle tidak mengetahui fakta itu, namun saat dia melakukan wawancara dia dibuat tidak percaya karena melihat Jisung duduk diantara dua wanita yang jelas sekali itu adalah orang yang akan mewawancarainya, dan saat itu juga Chenle berharap dia akan gagal seleksi wawancara, dia tidak ingin berurusan atau setidaknya bertemu dengan Jisung, dia sudah malas.
“bukannya bagus kalau ternyata Jisung itu adalah Bos mu?” kata Haechan waktu itu, Chenle memutar bola matanya malas.
Apanya yang bagus? Dia jadi tidak bebas melakukan apa saja, ya maksud Chenle bukan yang apa saja seperti semaunya sendiri saat di kantor, tapi dia jadi tidak leluasa bersikap karena dia merasa segan pada Jisung.
“kau kan jadi punya kesempatan untuk kembali padanya” timpal Haechan saat Chenle bercerita padanya tentang sikap Jisung yang tidak biasa padanya.
“lagipula siapa yang mau kembali padanya?” Sangkal Chenle waktu itu.
••
“jangan-jangan aku di masukkan ke bagian produksi adalah salah satu ulah Jisung?” Chenle berbicara sendiri, saat ini ia sedang menikmati makan siangnya di kantin milik kantor besar itu. Banyak hal yang Chenle herankan tentang nasibnya yang begitu baik saat berada di kantor ini.
“Chenle-ya?!” seseorang memanggilnya, membuat Chenle mendongak mencari sang empunya suara.
“kau dipanggil Tuan Park di ruangannya” kata seorang itu saat Chenle telah menemukan keberadaan nya.
Dan sepertinya Chenle harus meralat kata katanya tadi, karena sekarang dia tidak bernasib baik, Tuan Park memanggilnya, itu artinya dia akan bertemu dan mungkin berbicara dengan Jisung setelah beberapa tahun.
••
Chenle mengetuk pintu itu sebelum dia masuk kedalam ruangan milik Jisung, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, dia benar benar tidak siap berbicara dengan Jisung.
Jisung mendongakkan kepalanya saat mendengar pintunya dibuka dari luar, atensinya pada laptop sekarang berpindah pada pria manis yang sekarang berjalan kearahnya, sungguh tidak dapat dipungkiri jika Chenle bertambah manis bahkan setelah beberapa tahun.
“Tuan memanggilku?”
Sungguh bukan kata itu yang ingin Jisung dengar dari Chenle, ia ingin Chenle memanggilnya dengan sebutan 'sayang' seperti beberapa tahun yang lalu. Jujur, Jisung masih berharap.
“kembalilah padaku”
“ya?”
Chenle terkejut dengan kata yang di lontarkan Jisung padanya, apa maksud dari perkataanya barusan?
“kembalilah padaku Zhong Chenle” ucap Jisung sekali lagi, dia berucap dengan nada dingin dan tegas, membuat Chenle merasa tidak aman dengan sikap Jisung saat ini.
“maaf Tuan, sepertinya ini bukan urusan pekerjaan, saya—”
“kau boleh pergi”
Dan Chenle tidak bisa lebih terkejut lagi dengan sikap Jisung seperti saat ini.
••
“Hyung, sepertinya aku akan mengundurkan diri dari kantor”
Haechan tersedak dengan ucapan Chenle baru saja, apa katanya? Mengundurkan diri?
“kenapa? Kenapa mengundurkan diri?” tanya Haechan menuntut penjelasan. Wajahnya sudah terlihat jika ia kebingungan dan kesal.
“aku ing—”
“jangan mengucapkan itu lagi, aku lelah mendengarnya. Itu adalah alasan yang selalu kau ungkapkan jika berbicara mengenai pekerjaanmu. Lagipula apa salahnya sih bekerja dengan mantan pacar? Aku dan Lucas biasa saja” ceramah Haechan.
“kalau itu Hyung saja yang tidak punya malu, bersikap biasa saja pada Lucas Hyung, padahal harusnya Hyung malu karena berselingkuh dengan Mark Hyung di—aakhh!!” Chenle menghentikan ucapannya diikuti dengan elusan kasar di kepalanya karena baru saja Haechan memukul kepalanya.
“berhenti berbicara tentang itu!”
Chenle benar benar bingung, dia harus bagaimana, dia ingin menjauhi Jisung, tapi ia tak bisa meninggalkan pekerjaannya, pekerjaan itu sangat penting bagi Chenle.
“kau harus tetap bekerja disana, bersikaplah profesional, bersikap seolah kau tak pernah mengenal Jisung ” nasihat Haechan, Chenle hanya memandang datar layar TV di depannya, dia benar benar bingung.
••
“aku mohon.. Dengarkan aku dulu” suara Jisung terdengar serak—ya meski aslinya juga serak.
Dia menggenggam tangan Chenle, mengusapnya dengan sayang menggunakan ibu jari miliknya.
“tak ada yang perlu kau jelaskan Jisung-ah” Chenle memandang teduh Jisung, entah apa yang ada di pikirannya sekarang, yang jelas ia tak bisa menolak saat Jisung menarik paksa dirinya untuk berbicara berdua.
“aku sangat merindukanmu. Sudah empat tahun kita terpisah, dan takdir indah yang lah membawamu kemari, ke tempat yang seharusnya”
Chenle menatap mata itu, pancaran itu sama persis seperti 6 tahun lalu saat Jisung mengungkapkan perasaan padanya, Chenle dapat melihat aura tulus yang di pancarkan oleh mata Jisung.
“aku hanya ingin kau kembali padaku, menjadi rumahku, tempat ku berkeluh kesah”
Jisung meneteskan air matanya, itu adalah kelemahan Chenle, dia tidak bisa melihat Jisung nenahis seperti ini. Chenle menghapus air mata itu, matanya pun ikut berkaca kaca bersiap menumpahkan air mata yang telah ia berikan bendung.
“jangan menangis, aku tidak suka, kau masih ingat itu kan?” Jisung mengangguk lalu membawa Chenle dalam pelukannya, di dekatnya kepala itu, ia benamkan dalam dadanya, ia hirup aroma yang tak pernah berganti itu. Ia sangat bahagia karena bisa memeluk pria manis ini.
“aku akan menganggap ini awal dari kembalinya kita setelah empat tahun lamanya, maafkan dosaku dimasa lalu dan maukah kau menerimaku kembali?”
Chenle mengangguk. Sungguh, tak ada hal lain yang bisa membuat Jisung sebahagia ini. Ia bisa memiliki lagi pria manis ini adalah kebahagiaan yang sangat tak ada bandingannya.
“aku berjanji akan mempertahankan hubungan kita, meskipun aku harus kehilangan karir ku”
Jisung sangat bersyukur, dia tak akan melakukan dosa konyol dan berakhir ditinggal Chenle seperti waktu itu, ia akan menemani Chenle berbelanja apapun yang berhubungan dengan lumba lumba agar hubungannya baik baik saja.
End.