Pukul 12.00. Karina menyambut kedatangan Rossa dan kedua anaknya. Ia memeluk ke dua keponakannya, Fathir dan Myra, dengan erat.
"Tante kangeeeeeeeeennnn banget sama kalian! Ponakan-ponakan tante yang ganteng dan cantik ini." Seru Karina sambil terus memeluk mereka.
"Kita juga kangen sama Tante, Tante Karin kenapa, sih, nggak pernah ke sini? Masa kita terus yang ke Jakarta," ujar Fathir. Karina tersenyum. Keponakan laki-lakinya yang berusia tujuh tahun itu memang pandai bicara. Karina ingat, terakhir kali bertemu Fathir itu setahun yang lalu ketika Rossa dan keluarganya berkunjung ke rumah Karina di Jakarta. Ya, memang sudah lama sekali.
"Kan sekarang Tante udah di sini. Jadi, bisa ketemu Fathir dan Myra setiap hari deh!" ujar Karina.
"Tante mau tinggal di sini? Sama kita? Bener, nih? Asyiiiikkkkk!!" Myra, keponakan perempuannya yang berusia empat tahun juga tidak kalah pandai bicaranya, ia berseru kegirangan. Mereka tertawa bersama-sama.
"Eh, ayo kita makan dulu, yuk! Fathir dan Myra, kan, belum makan siang? Bu Rainah udah siapin makanan tuh buat kalian." Rossa menggandeng anak-anaknya menuju meja makan.
"Rin, kita makan bareng, yuk! Kamu juga belum makan, kan?" tanya Rossa kepada Karina.
"Belum, Mbak. Yuk, kita makan sama-sama!" ujar Karina sambil ikut menggandeng si kecil Myra.
"Ayok!!" seru Myra dan Fathir bersamaan.
"Bu Rainah sama Pak Kardi juga ajak makan bareng kita, ya, Rin!"
"Iya, Mbak. Sebentar, ya, aku panggil mereka dulu." Karina berjalan menemui Bu Rainah dan Pak Kardi.
Mereka berada di saung kecil di pinggir kolam renang sedang bersantai. Karina langsung menghampiri mereka dan mengajak makan siang bersama. Namun, mereka menolaknya, mungkin masih mau beristirahat dulu setelah bekerja dari tadi pagi. Akhirnya, Karina kembali ke ruang makan.
"Mbak, katanya mereka nanti aja makannya. Kita duluan aja." Kata Karina kepada Rossa.
"Loh, kenapa?"
"Mungkin capek, Mbak, habis bersih-bersih rumah. Bu Rainah dan Pak Kardi kerjanya cepat. Lihat tuh, Mbak, kolam renang, taman, udah bersih semua."
"Iya, ya, Rin. Nanti makanannya kita pisahkan aja buat mereka, ya!"
Karina mengangguk. Ia mengambil sepiring nasi dan lauknya, lalu mereka menikmati makan siang sambil sesekali mengobrol.
Setelah makan siang, Karina mengajak Fathir dan Myra main di taman belakang. Karina mengajak kedua keponakannya itu main petak umpet. Mereka bermain dengan seru, sesekali terdengar suara gelak tawa dari ketiganya.
Ketika sedang asyik bermain tiba-tiba Rossa menghampiri mereka. Rossa datang bersama seorang wanita berambut panjang hitam lurus, wajahnya cantik oriental blasteran Indonesia-Jepang dan tubuhnya tinggi semampai bak model.
"Karin, kenalin ini Lidya." Ujar Rossa kepada Karina.
Karina segera menghampiri Rossa dan temannya itu.
"Halo, Karina, aku Lidya. Sekarang kamu tinggal di sini, ya?" sapa Lidya dengan suara lembut sambil mengulurkan tangannya.
"Hai, Mbak. Iya aku tinggal di sini sekarang." Ujar Karina membalas berjabat tangan.
Bila dilihat dari dekat, Lidya sepertinya orang yang serius dan tidak suka basa-basi. Perawakannya seperti wanita karir. Tubuhnya tegap dan dagu yang agak ke atas.
"Lidya, sepupuku ini lagi cari tempat kuliah di Bandung. Mungkin kamu ada referensi tempat kuliah yang bagus buat Karina?"
"Oh gitu, kamu mau ambil jurusan apa, Rin?" tanya Lidya kepada Karina.
"Aku, sih, tertarik bidang psikologi, Mbak. Mbak Lidya yang rumahnya di depan itu kan?"
"Oh, psikologi. Nanti Mbak carikan yang bagus, ya. Iya betul, kamu kalau ada apa-apa ke rumah Mbak aja, ya, kamu juga bisa main sama Candy, anak Mbak."
"Oh, ya, Candy mana, Lid? Gak kamu ajak ke sini?" tanya Rossa kepada Lidya.
"Anakku sakit, Ros. Udah tiga hari nggak mau makan. Sekarang lagi tidur di rumah. Aku tinggalin sebentar ke sini." tutur Lidya dengan wajah yang sedih.
"Oh, ya? Sudah dibawa ke dokter?" tanya Rossa.
"Sudah, tapi, dokter bilang nggak ada apa-apa. Kalau malam suka demam dan tiba-tiba nangis, lalu, mengoceh nggak karuan. Kalau nanti malem masih seperti itu, besok pagi aku mau bawa dia ke dokter yang lain."
"Astaga, semoga cepat sembuh ya, Lid, anakmu."
"Iya, terima kasih, ya Ros. Oh ya, maaf aku nggak bisa lama-lama, nih, kasihan Candy sendirian di rumah."
"Oh, ya, nggak apa-apa. Yuk,ku antar kamu pulang," kata Rossa.
"Karina, Mbak pulang dulu. Kalau kamu bosan atau perlu apa-apa kamu main ke rumah Mbak aja, jangan sungkan, ya!"
"Iya, Mbak. Makasih. Semoga Candy cepat sembuh, ya." Ujar Karina. Lidya dan Rossa berlalu meninggalkan Karina.
"Tante, main ke perpustakaan, yuk!" ajak Fathir sambil menarik tangan Karina.
"Yuk, Fathir mau baca buku?"
"Iya, Tante. Di sana kan banyak bukunya, ada buku anak-anak juga."
"Oke deh, kapten, yuk kita ke sana! Myra ikut juga, ya?"
"Iya, Tante." Jawab Myra dengan suaranya yang imut.
Mereka bertiga lalu berjalan menuju perpustakaan di lantai dua. Karina menuntun Fathir dan Myra. Sesampainya di sana, Fathir langsung mengambil buku anak-anak. Karina mengambil buku dongeng dan membacakannya untuk Myra.
Mereka asyik bermain di perpustakaan hingga berjam-jam. Hingga Fathir dan Myra tertidur. Karina menggendong keduanya secara bergantian ke kamar sebelah untuk menidurkannya. Selesai membaringkan kedua keponakannya di tempat tidur, Karina berjalan menuju balkon. Hari sudah mulai sore dan udara terasa sejuk, Karina menghirup udara pelan-pelan. Dingin. Lalu, ia memandang ke sekitar rumahnya. Sepi sekali.
Tiba-tiba matanya melihat ke arah rumah Lidya yang tepat berada di depan. Karina mengerjap kaget ketika melihat seorang anak perempuan yang berdiri di balik gorden. Anak itu berwajah pucat, berambut panjang kusut dan berbaju putih. Ia melihat ke arah Karina dengan tatapan kosong. Sedikit menyeramkan!
'Oh itu pasti Candy, anaknya Mbak Lidya yang sedang sakit.' gumam Karina dalam hati.
Karina tersenyum dan melambaikan tangan. Candy berjalan masuk ke dalam rumahnya, lalu menghilang. Karina melihat ke sekeliling rumah Lidya, rumahnya besar tapi sepertinya tidak sebesar rumah ini. Kenapa Lidya menjual rumah ini dengan harga murah? Padahal rumah ini lebih besar dari rumahnya. Tapi, Karina segera menepis pikirannya lalu turun ke lantai bawah.
***
Candy serem ya..
Tapi, itu benar Candy atau bukan ya??
Yuk simak terus ceritanya biar gak penasaran :)
Lanjuttt ->>
KAMU SEDANG MEMBACA
Selir [TAMAT]
HorrorSetelah kematian kedua orang tuanya, Karina merasa tidak memiliki siapa-siapa lagi. Dan dia tidak tahu harus bagaimana menjalani hidupnya karena harta orang tua nya pun habis untuk membayar hutang ke bank. Beruntung ia masih memiliki seorang sepupu...